Sejak awal pandemi, memasak jadi kegiatan yang digandrungi oleh hampir sebagian besar orang Indonesia. Alhasil kini, aktivitas dapur ini bukan lagi sekadar untuk memasak makanan, melainkan jadi ajang refreshing nan eksperimental dalam menciptakan menu-menu baru biar nggak bosan selama di rumah aja.
Nah, makin ke sini imbas popularitas memasak bukan cuma itu. Adalah konsumsi santan kemasan yang turut meraih popularitasnya. Seperti kita tahu, ragam masakan Indonesia cukup identik dengan santan. Eksperimen yang dilakukan masyarakat juga telah membuat santan makin familier digunakan untuk minuman dan camilan.
Lantas, selain karena jadi ciri khas kuliner Indonesia, apalagi alasan meroketnya konsumsi santan kemasan? Tetra Pak Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang pemrosesan dan pengemasan makanan dan minuman menjelaskan temuannya.
ADVERTISEMENTS
Pola konsumsi yang berubah lantaran pandemi membuat santan kemasan kian populer
Marketing Manager Tetra Pak Indonesia, Panji Cakrasantana mengatakan perubahan pola konsumsi masyarakat akibat situasi pandemi adalah alasan utama mengapa sebagian besar konsumen Indonesia, khususnya generasi milenial, memilih santan kemasan sebagai bahan pelengkap masakan mereka.
Kesimpulan itu didapat Tetra Pak setelah melakukan survei berjudul ‘The Future Is Now Coconut Milk’ bersama Kantar, perusahaan analitik data dan konsultasi merek yang berbasis di London, terhadap sekurangnya 1.200 konsumen di Indonesia pada akhir tahun 2020 lalu.
“Hasil survei ini menarik. Kami melihat adanya peningkatan yang signifikan untuk konsumsi santan kemasan. Konsumen banyak yang beralih dari santan konvensional ke santan kemasan. Yang sebelumnya sudah menggunakan pun pembeliannya meningkat,” kata Panji dalam virtual gathering Kejutan Seru di Balik Santan Kemasan Bersama Tetra Pak, Kamis (29/4/2021).
Dari alasan utama tersebut, Panji menerangkan lima alasan turunan mengapa konsumen beralih dari santan konvensional ke santan kemasan, yaitu karena lebih praktis, mudah didapat, dijual dengan harga terjangkau, kualitasnya yang terjaga, dan yang terakhir karena word of mouth antar konsumen.
ADVERTISEMENTS
Konsumen lebih memerhatikan aspek higienitas. Santan kemasan memenuhi aspek tersebut
Seperti kita ketahui, di masa pandemi ini kehigienisan merupakan unsur penting yang diperhatikan konsumen sebelum membeli sebuah produk. Dalam hal ini, Panji mengatakan, santan kemasan Tetra Pak telah menjawab perhatian tersebut karena sejak lama berkomitmen mengedepankan keamanan produknya lewat proses produksi dan pengemasan yang terjamin.
“Konsumen beralih ke santan kemasan karena mereka sudah tahu kalau Tetra Pak menggunakan teknologi Ultra High Temperature (UHT) dan kemasan aseptik sehingga higienitas produk terjaga. Kami selalu menjunjung tinggi moto ‘Melindungi yang Baik’ untuk solusi keamanan pangan kami,” imbuhnya.
Dijelaskan kalau teknologi UHT adalah proses memanaskan produk dalam suhu tinggi selama beberapa detik untuk membunuh bakteri sebelum dikemas. Proses yang sama juga dilakukan untuk produk susu. Sementara untuk kemasan aseptik adalah kemasan yang terdiri atas enam lapisan, di mana masing-masing lapisan memiliki fungsi perlindungan.
“Kemasan aseptik Tetra Pak meliputi enam lapisan. Lapisan pertama polyethylene, kedua kertas, ketiga polyethylene, keempat aluminium foil, kelima polyethylene, dan terakhir (juga) polyethylene yang bersentuhan langsung dengan produk,” jelas Panji.
Untuk polyethylene pada lapisan pertama, Panji menerangkan fungsinya adalah untuk menjaga produk dari kelembaban. Sementara aluminium foil pada lapisan keempat berfungsi sebagai perlindungan dari cahaya dan oksigen yang bisa merusak rasa dan nutrisi produk.
Panji menambahkan, penggunaan teknologi UHT dan kemasan aseptik sekaligus menjelaskan alasan mengapa santan kemasan Tetra Pak bisa tahan lama sekalipun nggak menggunakan bahan pengawet.
“Santan kemasan sering diasumsikan menggunakan pengawet. Ini keliru. Santan kemasan tidak menggunakan pengawet karena sudah melewati fase UHT dan dikemas menggunakan kemasan aseptik,” imbuhnya.
Meski hasil survei menunjukkan terjadi alih konsumsi yang signifikan untuk santan kemasan, Panji menyampaikan hal ini bisa pula dipengaruhi oleh preferensi, di mana masyarakat tetap memilih santan konvensional karena berbagai alasan.