Indonesia memang sedang dilanda euforia Asian Games 2018. Tapi tidak seharusnya euforia Asian Games, membuat kita lupa akan kondisi saudara-saudara yang sedang mengalami musibah. Di tengah gegap gempita menjadi tuan rumah perhelatan ajang olahraga se-Asia ini, ternyata banyak saudara setanah air yang sedang dilanda bencana.
Selain gempa Lombok yang sudah memakan ratusan korban jiwa, ternyata saudara-saudara kita di Pontianak kini juga butuh perhatian dan bantuan kita semua. Pasalnya, mereka sudah dikepung kabut asap dari pembakaran hutan dan lahan sejak sebulanan terakhir ini. Saking minimnya perhatian, masyarakat Pontianak sampai ada yang bilang, apa perlu menunggu korban makin banyak biar bencana kabut asap ini bisa dinyatakan sebagai bencana nasional? Kali ini Hipwee News & Feature sudah mengumpulkan bukti-bukti parahnya kabut asap di Pontianak, agar kita semua bisa membuka mata dan mulai lebih peduli dengan bencana satu ini. Mari simak bersama.
ADVERTISEMENTS
Kabut asap yang terjadi di Pontianak sudah berlangsung sejak sebulanan terakhir ini, dan makin hari makin parah
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Akibat tebalnya kabut asap, jarak pandang cuma terbatas 200-300 meter saja. Orang yang berkendara dihimbau untuk hati-hati
ADVERTISEMENTS
Parahnya kabut ini dipicu oleh kebakaran hutan dan lahan yang terus meluas. Semingguan lalu jumlah titik api yang terdeteksi sebanyak 473 titik
Kalau kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, 301 titik masuk kategori sedang, dan 173 kategori tinggi.
ADVERTISEMENTS
Di sana banyak warga yang masih bandel membuka lahan dengan cara membakar hutan. Padahal dampak asapnya bisa membahayakan semua orang
ADVERTISEMENTS
Berdasarkan alat pengukur Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) kota Pontianak, udara di sana sudah masuk kategori tidak sehat, mencapai 215 gram/m3
Akibat buruknya kualitas udara ini, sekolah-sekolah yang terdampak kabut asap dari PAUD sampai SMP terpaksa diliburkan mulai Senin (20/8) kemarin
Rencananya siswa-siswi PAUD, TK, dan SD baru mulai masuk 27 Agustus 2018. Sedangkan pelajar SMP masuk kembali 24 Agustus 2018.
Walikota Pontianak, Sutarmidji, terpaksa meliburkan anak sekolah karena memang kabut asap ini dampaknya cukup berbahaya. Mereka bisa terkena infeksi saluran pernafasan (ISPA)
Selain ISPA, pekatnya kabut asap bisa menyebabkan mata perih hingga infeksi. Bayangkan sulitnya hidup di sana saat ini, pakai masker & kacamata pun rasanya tidak cukup
Kabarnya kabut ini sudah sampai wilayah Sarawak, Malaysia. Masyarakat di sana pun mulai mengeluhkan dampak kebakaran yang juga menimpa mereka
Warga di Pontianak dan sekitarnya agaknya perlu diberi sosialisasi agar tidak sembarangan membakar lahan. Mungkin juga perlu diberi pemahaman soal dampaknya yang masif
Kalau memang mau membuka lahan sebaiknya tidak pakai cara lama dengan main bakar seenaknya. Apalagi saat musim kemarau begini, bisa-bisa yang terbakar tidak hanya 1-2 hektar aja, tapi mungkin meluas sampai belasan bahkan puluhan hektar.
Kebakaran dan kabut asap yang terus meluas ini juga secara tidak langsung bisa melemahkan sektor pariwisata di Pontianak dan sekitarnya lho. Para turis baik lokal maupun mancanegara pasti jadi mikir dua kali kalau mau berlibur ke Kalimantan Barat. Ya soalnya di saat seperti ini, liburan ke Pontianak sama aja cari penyakit. Duh, semoga aja bencana menahun ini bisa segera ketemu solusi terbaiknya ya!