Jasmerah. Slogan pendek yang berarti ‘Jangan Lupakan Sejarah’ tersebut punya makna mendalam. Kita sudah sering mendengar jargon bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang nggak melupakan sejarahnya. Tentu, dengan sejarah kita bisa belajar untuk tak mengulangi kesalahan masa lalu dan memperbaikinya untuk masa depan. Dalam konteks bernegara, sejarah penting agar kita semakin paham tentang identitas bangsa. Seluruh rakyat Indonesia wajib untuk mengenal sejarah bangsanya agar bisa bersyukur dan menghormati perjuangan bangsa dalam mencapai kemerdekaan.
Atas alasan tersebut pelajaran sejarah Indonesia diajarkan di sekolah. Dari mulai Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas kita selalu belajar sejarah bangsa kita. Sayangnya, akhir-akhir ini sering terdengar ada wacana untuk membatasi mata pelajaran sejarah bagi pelajar.
ADVERTISEMENTS
Wacana tersebut bermula dari info tentang penyederhanaan kurikulum pelajaran 2021. Salah satunya adalah pembatasan pelajaran sejarah bagi siswa SMA dan SMK
Sejarah adalah pelajaran penting bagi generasi bangsa. Anak-anak muda Indonesia harus mempelajari sejarah agar nggak melupakan identitasnya sebagai bangsa. Namun akhir-akhir ini berembus berita bahwa pemerintah berencana untuk membatasi pelajaran sejarah yang teramat penting tersebut.
Melalui draft “Sosialisasi Penyederhanaan Kurikulum dan Asesmen Nasional” tanggal 25 Agustus yang dikeluarkan Kemendikbud, pelajaran sejarah untuk tingkat SMA hanya dipelajari untuk kelas 10 saja. Jika siswa sudah menginjak kelas 11 dan 12, pelajaran sejarah nggak wajib dipelajari. Pelajaran tersebut akan bergabung dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan nggak berdiri sendiri seperti hari ini. Singkatnya siswa yang duduk di kelas 11 dan 12 diberi pilihan untuk mengambil mata pelajaran sejarah atau tidak, seperti dilansir Vice.
Sementara itu bagi siswa SMK, pelajaran sejarah juga akan cuma jadi mata pelajaran pilihan yang tidak wajib dalam rencana kurikulum tahun 2021. Dengan adanya rencana kurikulum ini, sepertinya memang wajar jika para guru sejarah protes. Mereka menentang wacana penyederhanaan kurikulum 2021 yang justru mengabaikan pelajaran sejarah yang penting bagi generasi penerus bangsa.
ADVERTISEMENTS
Guru sejarah yang tergabung dalam Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) melakukan aksi protes terhadap rencana Kemendikbud. Mereka membuat petisi untuk mengembalikan sejarah sebagai pelajaran wajib bagi siswa SMA dan SMK
Wacana penyederhanaan kurikulum 2021 menuai protes dari guru sejarah. Para guru sejarah yang tergabung dalam Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) mengecam wacana yang dicanangkan Kemendikbud tersebut. Bahkan mereka membuat petisi di Change.org yang diunggah pada tanggal 14 September 2020 kemarin. Sebanyak 17 ribu orang telah menandatangani petisi tersebut saat artikel ini ditulis.
Menurut AGSI, pelajaran sejarah adalah upaya kita untuk merawat ingatan generasi muda pada identitas dan jati diri bangsa. “Dengan mempelajari sejarah saja, bangsa ini mengalami krisis. Apalagi tidak mempelajarinya. Jangan sampai sejarah hanya menjadi alat legitimasi penguasa dan elite,” ujar perwakilan AGSI, Sumardiansyah seperti dilansir Tirto.
Nggak hanya protes, AGSI juga memberikan pandangan kritis dan memberi masukan pada dokumen tersebut secara preventif. Hal tersebut dilakukan sebab mereka percaya bahwa sejarah adalah kunci pengembangan karakter bangsa.
ADVERTISEMENTS
Menanggapi hal tersebut, pihak Kemendikbud memberikan klarifikasinya
“Kemendikbud mengutamakan sejarah sebagai bagian penting dari keragaman dan kemajemukan serta perjalanan hidup bangsa Indonesia, pada saat ini dan yang akan datang”, ujar Kepala Balitbang, Totok Suprayitno
Selengkapnya -> https://t.co/huiMFtzmD2
— #MerdekaBelajar (@Kemdikbud_RI) September 18, 2020
Melalui unggahan di laman resmi Kemendikbud, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud Totok Suprayitno menyebutkan bahwa secara umum rencana penyederhanaan kurikulum ini masih dalam tahap awal. “Rencana penyederhanaan kurikulum masih berada dalam tahap kajian akademis” ujar Totok.
Totok juga menegaskan bahwa kabar pelajaran sejarah akan keluar dari kurikulum tersebut tidak benar. Menurutnya, pelajaran sejarah tetap akan diajarkan dan diterapkan di setiap generasi.
“Sejarah merupakan komponen penting bagi Indonesia sebagai bangsa yang besar sehingga menjadi bagian kurikulum pendidikan. Nilai-nilai yang dipelajari dalam sejarah merupakan salah satu kunci pengembangan karakter bangsa,” tegasnya.