Sebuah patung raksasa di Tuban, Jawa Timur, sedang berada di tengah-tengah perdebatan sengit soal nasionalisme di negeri ini. Pada Senin (7/8) kemarin, sekelompok massa yang mengaku berasal dari gabungan lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Surabaya berunjuk rasa di depan gedung DPRD Jawa Timur menuntut pemerintah segera merobohkan patung tersebut. Alasannya? Patung setinggi 30,4 meter yang baru saja dinobatkan MURI sebagai patung tertinggi se-Asia Tenggara itu, dinilai tidak pantas ada di Indonesia.
“Patung tersebut tidak ada kaitan sejarah dengan bangsa Indonesia. Masih banyak pahlawan Indonesia atau tokoh pejuang daerah yang lebih pantas dijadikan patung di Tuban” mengutip pernyataan korlap aksi unjuk rasa sebagaimana dilansir Kompas.
Patung yang dipermasalahkan adalah patung dewa perang dalam kultur Cina, yaitu Kongco Kwan Sing Tee Koen. Padalah patung yang terletak di kawasan Klenteng Kwan Sing Bio (KSB) di Kabupaten Tuban ini, dibangun atas dana sumbangan jemaat kelenteng sendiri. Satu-satunya yang mungkin jadi permasalahan adalah fakta bahwa pengelola belum merampungkan permasalahan izin resmi untuk membangun patung tersebut. Tapi jika yang dipermasalahkan adalah bagaimana patung dewa Cina tidak pantas ada di Indonesia, itu jelas meresahkan.
Aksi yang mungkin dianggap sebagai bentuk nasionalisme oleh para pengunjuk rasa, justru berpotensi memecah belah masyarakat Indonesia yang memang terdiri dari beragam suku dan budaya. Miris sih melihat polemik seperti ini menjelang hari kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Yuk kupas tuntas bareng Hipwee News & Feature!
ADVERTISEMENTS
Demi mendinginkan situasi, pengelola sampai berinisiatif untuk menutup sementara patung raksasa tersebut dengan kain putih
Dilansir dari laman Kompas, Kabag Humas dan Media Pemerintah Kabupaten Tuban, Agus Wijaya, mengatakan bahwa untuk sementara patung sudah ditutup oleh pengelola. Mereka melakukan itu berdasarkan inisiatif sendiri tanpa desakan pemerintah. Sebelumnya massa berunjuk rasa di depan kantor DPRD Jawa Timur pada Senin lalu dan menuntut pemerintah untuk merobohkan patung raksasa tersebut dalam waktu 7×24 jam. Apabila tidak segera dirobohkan, maka massa menuntut akan merobohkannya sendiri.
Massa menilai bahwa patung tersebut tidak ada hubungannya dengan nilai perjuangan bangsa Indonesia karena figur patung disebut sebagai panglima perang Tiongkok. Menurut massa, masih banyak pahlawan Indonesia yang lebih pantas dibuatkan patung di Tuban. Karena kontroversi inilah patung sementara ditutup kain putih untuk mengurangi ketegangan antara pihak pengelola di Kelenteng Kwan Sing Bio.
ADVERTISEMENTS
Selain soal panglima perang Tiongkok, ternyata patung ini memang belum sepenuhnya memiliki izin resmi
Massa ketika berunjuk rasa juga mempermasalahkan soal izin resmi patung. Setelah dikroscek pada Pemkab Tuban, memang benar adanya kalau patung raksasa ini belum punya izin resmi. Sebenarnya pihak pengelola sudah mengajukan izin resmi untuk patung ini, namun ada beberapa dokumen yang belum lengkap sehingga izin resmi juga belum keluar.
Sementara izin resmi patung ini belum keluar, patung ini justru sudah diresmikan sejak 17 Juli lalu. Ikut hadir dalam peresmian Ketua MPR Zulkifli Hasan. Kekurangan inilah yang juga menjadi alasan tuntutan massa. Tetapi secara regulasi, pihak pengelola berhak untuk membangun patung baik itu patung pahlawan Indonesia atau patung dewa. Hal ini juga disampaikan Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPRD Jatim, Agus Maimun. Menurutnya justru pembangunan patung raksasa tersebut menandakan keberagaman bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENTS
Saling menghargai dan toleransi di Indonesia kok makin terkikis? Sampai-sampai patung raksasa yang dituduh sebagai simbol kemenangan Cina ini terancam dirobohkan
Massa yang berunjuk rasa menilai Kongco Kwan Sing Tee Koen bukanlah seorang dewa perang Cina, melainkan seorang jenderal perang Cina yang hidup pada zaman San Guo (221-269). Pembangunan figur jenderal perang Cina dikhawatirkan akan mengikis nasionalisme bangsa karena sang jenderal berasal dari Cina. Kekhawatiran berlebihan pun dilontarkan beberapa pihak, bahwa patung setinggi 30,4 meter yang menghabiskan biaya Rp 2,5 milyar untuk dibangun ini merupakan bentuk ekspansi militer Cina di Indonesia. Padahal patung ini didirikan murni untuk alasan beribadah.
Berbeda dengan massa, ketua Asosiasi Cina Indonesia, Gatot Seger Santoso menilai anggapan ini hanyalah sebuah upaya politisasi. Sementara satu-satunya masalah pendirian patung ini murni soal belum adanya IMB resmi. Menurutnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena berdirinya patung ini ditujukan untuk beribadah umat di Kelenteng. Mereka menganggap Kongco Kwan Sing Tee Koen sebagai sosok dewa perang dengan figur penuh keberanian dan kejujuran.
Bahkan sebenarnya masyarakat dan nelayan sekitar juga merasa terbantu dengan keberadaan patung ini. Jumlah kunjungan wisatawan dari luar maupun dalam negeri, juga naik. Selemah itukah rasa nasionalisme orang-orang yang ikut berunjuk rasa kemarin, sampai hanya karena sebuah patung mereka merasa terancam. Padahal ya patung itu dibangun oleh orang-orang Indonesia sendiri…