Siapa yang tidak tahu kalau Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa?! Namun sayangnya kita mungkin hanya sekadar tahu dan berkoar-koar bangga saja, tanpa mengerti bagaimana cara menghargai dan melestarikan warisan nenek moyang. Baru ketika ada klaim dari negara lain, kita berteriak maling. Seringnya kebudayaan Indonesia diklaim oleh negara lain harusnya jadi tamparan dan memicu proses introspeksi diri. Lemahnya pertahanan Indonesia dalam menjaga kebudayaan memang sering jadi celah. Apalagi jika negara lain justru lebih ulet dan giat mempromosikan budaya yang jelas asli Indonesia.
Seperti bolu batik yang akhir-akhir ini populer abis di Singapura. Motif-motif batik pesisiran Indonesia, mulai dari megamendung sampai parangrusak, menghiasi kue bolu yang biasanya polos dengan begitu menariknya. Produk kreasi warga Singapura, Nura Alhatib, yang diberi merek Batikrolls ini langsung memikat perhatian masyarakat termasuk turis asing yang mencari oleh-oleh. Kalau di Indonesia yang lagi nge-tren jadi ‘oleh-oleh daerah’ adalah kue artis kekinian, di Singapura justru malah bolu batik. ‘Kan miris…
Kalau sudah begini, siapa ya yang salah? Bisakah kita protes dan menuntut pelaku bisnis asing yang memakai kebudayaan asli Indonesia seperti batik? Bagaimana menurutmu guys, apakah bisnis Nura ini sah-sah aja atau memang sebuah pelanggaran hak cipta? Yuk simak info selengkapnya bareng Hipwee News & Feature!
ADVERTISEMENTS
Nura sendiri membeberkan alasannya meniru motif batik Indonesia. Katanya, meniru adalah salah satu bentuk sanjungan tertinggi
”Sama seperti sushi Jepang dan croissant Prancis, batik adalah seni yang melekat dengan Indonesia dan sudah seharusnya dibagikan dengan dunia.” ujar Nura Alhatib sebagaimana dilansir BBC.
Bisnis Batikrolls yang pasaran utamanya adalah Singapura dan Malaysia ini, memang memakai motif batik sebagai daya tarik utama. Nura mengaku ibunya dulu besar di Jawa sehingga dirinya cukup akrab dengan kebudayaan Indonesia seperti batik. Di tangan Nura, motif-motif batik Indonesia bisa dengan begitu cantiknya dijadikan motif kue gulung. Ini bukti keuletan dan kreativitas yang bahkan mungkin sulit ditemukan di Indonesia.
Sebenarnya pasti ada juga orang Indonesia yang juga membuat bolu batik seperti ini. Tapi entah karena perbedaan teknologi dan kualitas produk, atau strategi marketing Nura yang lebih unggul, bolu batik yang dikenal dunia justru datang dari Singapura.
ADVERTISEMENTS
Namun ada pendapat bertentangan yang mengatakan batik tidak bisa sembarangan ditiru karena sudah dipatenkan jadi warisan budaya Indonesia oleh UNESCO. Apalagi untuk tujuan bisnis
”Kalau dipakai bisnis, lain dengan pendidikan atau mungkin acara apresiasi, seharusnya ada kontraprestasi untuk yang punya motif. Karena itu terkait dengan intellectual property (hak akan kekayaan intelektual).” kata Goris Mustaqim, Konsultan Pemberdayaan Masyarakat yang masih dilansir dari BBC.
Goris berargumen bahwa batik jelas tidak bisa disamakan dengan sushi Jepang maupun croissant Perancis. Menurut Goris, batik bukan cuma benda atau seni khas seperti sushi atau croissant tapi sudah diakui jadi warisan budaya asal Indonesia oleh UNESCO. Selain telah mendapat pengakuan internasional, cara membuat batik juga sudah dipatenkan dan didaftarkan dalam World Intellectual Property Organization (WIPO). Jadi ketika motif batik dipakai untuk bisnis, maka seharusnya ada kontraprestasi bagi Indonesia. Di poin ini, Nura merespon bahwa metode pembuatan motif batik di kuenya jauh berbeda dari cara membatik biasa.
ADVERTISEMENTS
Faktor lemahnya modal bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia memang menjadi faktor utama sulitnya bersaing dengan pengusaha mancanegara
Sudah 8 tahun batik diresmikan sebagai warisan budaya oleh UNSECO. Bisnis bolu gulung batik pun juga telah lama beredar di pasar dalam negeri. Tapi mengapa lagi dan lagi kita kalah dengan pengusaha luar yang notabennya lebih bisa memperkenalkan bolu batik daripada kita sendiri?
Indonesia memang masih lemah dalam urusan upaya mendaftarkan dan mendigitalisasi unsur budaya. Kendala terbesar yang dihadapi UMKM dalam negeri memang terletak pada kecilnya modal dan nilai produk yang berkaitan dengan model bisnis serta pasar. Sudah menjadi rahasia umum jika kesuksesan sebuah produk pasti tak bisa terlepas dari konsep produk dan target pasar yang jelas. Di zaman digital seperti ini, media sosial akan berpengaruh besar sebagai alat promosi. Hal inilah yang seharusnya bisa dijadikan pelajaran dan dorongan bagi UMKM untuk mulai melihat celah.
ADVERTISEMENTS
Pembelajaran, jangan baru berkoar jika kekayaan leluhur kita sudah diambil. Sudah seharusnya kita lebih sadar dan menjaga kebudayaan bangsa bersama-sama
Bukan hanya kali ini saja motif batik dipakai oleh pihak asing, sebelumnya sebuah brand sepatu ternama Adidas juga pernah mengeluarkan series batik pada desain mereka. Jika tidak dijaga, hal ini dikhawatirkan batik sebagai warisan budaya bangsa akan terkikis oleh asing.
Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua untuk bisa menjaga kekayaan leluhur kita terdahulu. Jangan sampai ada lagi aset negara yang diakui oleh pihak lain. Lalu dengan cara apa kita bisa menjaga kekayakaan bangsa ini? Dalam hal ini, pemerintah akan sangat berperan penting untuk mendaftarkan dan mendigitalisasi unsur budaya. Kita sebagai generasi penerus juga bisa berkontribusi dengan cara terus memperkenalkan kebudayaan yang kita punya lebih luas lagi. Dan satu hal mendasar yang harus kita lakukan ialah menanamkan dalam diri kalau Indonesia sangat kaya akan keberagaman budaya yang harus kita jaga bersama.