Seiring dengan perkembangan zaman, ternyata banyak hal atau medium yang digunakan untuk berekspresi maupun saling berbagi satu sama lain. Terlebih di era yang serba digital ini, pemilihan medium seperti Youtube, Instagram, dan alternatif lain yang memberikan pilihan berupa audio dan visual menjadi favorit banyak orang.
Tapi siapa sangka, kalau ternyata podcast yang notabene hanya memiliki format audio juga tak lepas menjadi pilihan alternatif karena berbagai alasan. Land of Leisures YK tahun ini dalam talkshownya bersama Iyas Lawrence dan Fellexandro Ruby sebagai podcaster profesional membagikan banyak hal terkait pemilihan podcast sebagai pilihan medium alternatif. Simak yuk!
ADVERTISEMENTS
Banyak orang memiliki pilihan sendiri-sendiri, penggunaan podcast dapat menyasar mereka yang lebih suka mendengarkan
Meski hanya menghadirkan format audio dalam penggunaanya, tak dapat dimungkiri jika podcast tetap mendapat posisi favorit di berbagai kalangan sebagi medium untuk berbagi. Memang, banyak medium lain yang menghadirkan kombo antara format audio dan visual untuk menarik perhatian. Namun bagi sebagian golongan, terlebih mereka yang lebih suka mendengarkan, podcast dapat menjadi pilihan yang menarik. Ibaratnya, dengan hanya menghadirkan format audio, podcast dapat didengarkan kapanpun dan dalam situasi apapun.
Selain itu, obrolan dan topik-topik yang menarik di berbagai podcast dapat dengan mudah kita temukan dari berbagai sumber. Mulai dari yang sifatnya santai, bercandaan, hingga serius membuat medium ini makin populer dan digemari oleh publik.
ADVERTISEMENTS
Siapapun bisa menjadi podcaster kok, nggak harus mereka yang punya banyak banget pengetahuan
“Nggakpapa kok kalau kamu nggaktahu tentang sesuatu. Itu bukan kesalahan. Semua orang mengalami yang namanya proses”, ungkap Iyas.
Semakin ramaianya pendengar dan peminat podcast di Indonesia, wajar dong kalau banyak juga yang menginginkan menjadi seorang podcaster. Tapi, nggak jarang keinginan itu hanya berakhir menjadi sebuah wacana karena takut untuk mengeksekusinya. Banyak hal yang mendasarinya, seperti misalnya rasa kurang pede menjadi podcaster, merasa kurang pengetahuan, hingga malu suaranya didengar banyak orang.
Padahal, nggak ada salahnya lho untuk nggak tahu tentang suatu hal. Nggak semuanya pun harus kita tahu, kalau kata Ilyas, “semua orang mengalami apa yang disebut proses”.
Bagi seorang pemula, kita bisa belajar dari banyak influencer atau podcaster lain bagaimana cara mereka branding. Bisa juga rajin-rajin melihat tayangan di Youtube tentang gimana cara orang bertanya dan berkomunikasi satu sama lain. Bagaimana mengembangkan pertanyaan yang baik dan benar. Intinya, jangan malu untuk mencoba , dan yang terpenting, jangan merasa paling oke.
ADVERTISEMENTS
Nggak peru ragu, podcast bukan hanya medium yang tren dengan daya tahan sementara
Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah perihal ketahanan podcast sebagai media alternatif. Karena nggak sedikit juga lho, orang-orang di luar sana yang menggantungkan nasibnya kepada media sosial sebagai ruang gerak dan bentuk kreativitas mereka. Bagi Ilyas maupun Fellexandro, medium semacam podcast akan tetap bertahan seiring dengan eksistensi radio pada kehidupan kita.
Selama orang-orang masih mau mencari media alternatif non mainstream, podcast akan tetap selalu ada. Sebaliknya, dengan mengetahui bagaimana podcast akan bertahan, pikiran semacam itu hanya akan membuat kita menjadi seorang yang ambisius. Terlalu sibuk mengejar target dan melupakan esensi kualitas medium itu sendiri.
Dan, yang pasti, misalpun suatu saat nanti podcast benar-benar bukan lagi menjadi pilihan bagi masyarakat, masih banyak lagi kok medium lain untuk bersuara.