Bicara soal sampah memang nggak ada habisnya. Benda yang selalu kita temui sehari-hari itu seringkali jadi sumber masalah pencemaran lingkungan. Tentu saja, hal itu terjadi lantaran manusia nggak memiliki sistem pengelolaan sampah yang memadai, atau minimal kesadaran untuk mau bertanggung jawab sama sampahnya masing-masing.
Bukannya mau meremehkan negara sendiri ya, tapi kalau boleh jujur, sistem pengelolaan sampah di Indonesia ini sebenarnya juga masih jauh dari kata sempurna. Padahal produksi sampah setiap harinya di satu kampung aja bisa sampai berton-ton. Sedangkan tempat-tempat pembuangan akhir pasti punya limit tertentu yang sewaktu-waktu bisa kelebihan “muatan”.
Kondisi di atas lantas menggerakkan seorang ASN di Cianjur untuk membuat alat yang bisa mengubah sampah menjadi barang-barang bernilai tinggi, mulai dari briket, hingga kosmetik! Wah gimana sih kisah inspiratifnya? Simak bersama Hipwee, yuk!
Semua itu berawal dari rasa risi yang terus memanggil-memanggil setiap melihat tumpukan sampah di lingkungannya. Produksi sampah yang tinggi nggak dibarengi dengan pengelolaan yang baik
Nenden Raspati, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Cianjur merasa risi dengan kondisi di lingkungannya yang dipenuhi sampah. Hal itu terjadi lantaran produksi sampah di lingkungan perumahannya terbilang tinggi, namun kondisi itu nggak dibarengi dengan pengelolaan yang memadai. Proses pengangkutan sampah di tempat tinggalnya hanya berlangsung dua kali seminggu. Alhasil, lingkungan jadi kurang nyaman karena banyak sampah menumpuk di depan rumah warga.
Dari keresahan itulah kemudian Nenden mencetuskan ide brilian untuk mengubah sampah menjadi barang-barang bernilai ekonomis tinggi. Ia bahkan membuat sendiri alatnya lo!
Bagi banyak orang, segala sesuatu yang berakhir di tempat sampah sudah kehilangan nilai dan dianggap tak lagi berharga. Namun, berbeda dengan Nenden, PNS di lingkungan Sekretariat DPRD Kabupaten Cianjur itu justru melihat sampah sebagai sesuatu yang bernilai ekonomis tinggi. Ia mengumpulkan sampah-sampah di lingkup perumahannya untuk kemudian diubah menjadi bahan bakar alternatif, briket, hingga kosmetik!
Nenden memiliki alat bernama tabung reaktor 120C yang ia rancang sendiri berbekal pengetahuan dari ketika ia masih bekerja di Dinas PU (Pekerjaan Umum). Dalam reaktor berkapasitas 50 kilogram itu, sampah dibakar dengan limbah kayu selama 3 jam sampai menghasilkan karbon aktif. Dari situ baru kemudian diolah lagi untuk menjadi barang-barang tertentu.
Khusus untuk kosmetik atau produk kecantikan, Nenden mengaku hanya menggunakan sampah-sampah organik seperti ranting pohon, dedaunan, kayu, kertas, dan lain-lain
Dari sekian banyak produk yang dihasilkan dari aktivitas pembakaran sampah ala Nenden, sebetulnya yang paling menarik adalah produk-produk kecantikan. Nggak nyangka juga kalau sampah yang seringkali diabaikan rupanya bisa disulap jadi barang favorit jutaan wanita, mulai dari lulur, masker, sampo, sampai sabun batangan. Namun ternyata tidak semua sampah bisa dijadikan beauty product. Menurut Nenden, hanya sampah-sampah organik lah yang bisa, seperti ranting pohon, dedaunan, kertas, atau kayu.
Di dunia kecantikan, rupanya konsep mengubah sampah jadi makeup atau skin care sudah lumayan ramai dilakukan. Terbukti dengan munculnya produk-produk ramah lingkungan di pasaran
Konsep mengubah sampah jadi makeup atau skin care dalam industri kecantikan disebut circular beauty. Konsep ini rupanya sudah mulai sering diperkenalkan ke publik. Terbukti dengan munculnya produk-produk kecantikan yang diusung sejumlah brand dengan menerapkan konsep circular beauty. Sampah-sampah yang diolah kembali ini biasanya berasal dari sampah makanan. Eits, tapi sampah yang dimaksud di sini bukan dari sisa makanan orang lain atau yang sudah berakhir di tempat sampah lo ya! Mereka umumnya menggunakan buah atau sayur yang sudah tak layak, hibahan dari supermarket, atau sisa gilingan kopi dari kafe-kafe. Bisa juga pakai kelopak bunga dari tukang bunga untuk acara-acara pernikahan.
Wah, menarik juga ya konsep circular beauty ini. Setelah banyak brand yang mulai sadar kalau animal-testing buat produk-produknya itu sama dengan penyiksaan, kini mulai banyak juga yang perhatian soal isu sampah di lingkungan sekitar. Semoga semakin banyak brand kecantikan yang menerapkan prinsip ramah lingkungan ya~