Rasanya jadi petless people | Illustration by Hipwee via www.hipwee.com
Pernahkah kamu merasa bingung harus ngomong apa di tengah teman-teman yang membicarakan hewan peliharaan? Sebagai seorang petless people alias nggak punya hewan piaraan sama sekali, kamu tentu nggak nyambung dengan obrolan mereka. Sebenarnya yang paling menyebalkan, ketika mereka mulai memandangmu aneh. Lantaran nggak punya hewan piaraan, kamu dinilai sebagai orang yang egois, tidak peduli, dan tidak punya hati. Padahal punya hewan peliharaan atau tidak, bukan jaminan seseorang memiliki karakter yang baik kan?
Memelihara hewan adalah hakmu sepenuhnya. Namun, petless people kerap menerima stereotip miring. Dinilai sebagai aktivitas yang berdampak positif pada manusia, memelihara hewan punya nilai plus. Apalagi di zaman sekarang, punya hewan peliharaan adalah hal lumrah. Belum lagi banyak binatang-binatang menggemaskan seperti kucing dan anjing yang bisa dijadikan ‘teman’. Bahkan tak sedikit yang menganggap kalau berteman dengan binatang jauh lebih menyehatkan secara mental.
Ketika orang memilih tidak memelihara satu pun hewan, alhasil ia dipandang negatif. Walaupun keputusan tersebut tentu beralasan. Lantas tepatkah menilai seseorang dari keputusannya memelihara binatang atau tidak?
ADVERTISEMENTS
Hidup tuna asmara, eh, petless tanpa punya binatang piaraan dianggap nggak punya karakter yang baik. Sedihnya~
Sedihnya jadi petless people | Credit: Piqsels
“Kok bisa-bisanya nggak punya hewan piaraan? Emang nggak suka hewan?”
Keheranan itu cukup sering menghinggapi pikiran orang yang punya hewan piaraan. Baginya, aneh saja bila ada orang yang tak punya hewan piaraan sama sekali. Padahal tidak ada yang salah dengan pilihan tersebut. Menukil HuffPost, orang yang tidak punya hewan memang tergolong minoritas. Sekitar 62% orang Amerika Serikat memiliki hewan peliharaan. Bahkan sebagian besar memiliki lebih dari satu hewan.
Meski belum ada penelitian, orang-orang Indonesia termasuk golongan yang suka memelihara hewan. Di kalangan anak muda, memelihara hewan jadi pilihan di tengah makin tingginya tuntutan hidup. Hewan kesayangan bisa jadi penyembuh ketika stres dan lelah sedang melanda. Hewan juga terbukti mampu menurunkan tingkat kesepian. Singkatnya, lebih mudah menemukan orang yang punya hewan peliharaan ketimbang orang yang tidak punya. Bisa dikatakan, jumlah petless people lebih sedikit.
Di lingkaran sosial, petless people jadi langganan stereotip miring. Mulai dari dicap dingin, minim kepedulian, dan egois. Memelihara hewan diidentikkan dengan perasaan dan karakter positif selama ini. Sehingga terbentuk pemikiran kalau pemelihara hewan adalah orang yang baik hati dan penuh kasih sayang. Tanpa disadari, pikiran dan penilaian sebaliknya ditujukan pada orang-orang yang tidak punya binatang peliharaan. Mereka lebih sering jadi sasaran anggapan buruk. Lalu apakah pemelihara hewan bebas dari stereotip negatif?
ADVERTISEMENTS
Pemelihara hewan sebenarnya nggak luput dari stereotip negatif, hanya saja penilaian positif lebih banyak tertuju pada mereka
Stereotip negatiif yang ditujukan pada petless people | illustration by Hipwee
Ngomongin stereotip negatif, pemelihara hewan pun mengalaminya. Andini (25 tahun) pernah dianggap antisosial gara-gara memelihara ikan. Bagi orang di sekitarnya, ikan bukan hewan piaraan yang bisa diajak bermain layaknya kucing, hamster, atau anjing. Selain antisosial, biasanya mereka yang memelihara hewan dianggap sebagai orang introver dan tak punya banyak teman. Mereka adalah tipe orang-orang kesepian.
Meski menerima stereotip negatif, orang yang punya hewan peliharaan lebih banyak mendapatkan pandangan positif. Sepertinya penilaian ini sejalan dengan dampak positif yang diterima saat seseorang memelihara hewan, yakni jauh lebih percaya diri, penuh empati, punya kemampuan sosial yang bagus, dan punya kemampuan pengasuhan. Ya, pemelihara hewan dinilai lebih peduli, penuh kasih, dan berhati lembut.
Namun, orang-orang yang memelihara hewan punya karakteristik sendiri. Rata-rata mereka adalah pasangan yang telah berumahtangga, memiliki anak, punya pekerjaan tetap, dan penghasilan per bulan yang cukup tinggi atau stabil. Dengan memelihara hewan, para orangtua bisa sekaligus mengajarkan soal empati dan kepedulian pada anak.
ADVERTISEMENTS
Tak ada kaitannya antara memiliki hewan piaraan dengan kepribadian seseorang
Apakah petless people adalah orang yang tidak baik? Credit: Wikimedia
Salah kaprah soal orang yang tidak memelihara hewan harus dihentikan mulai dari sekarang. Pasalnya, semua stereotip tidaklah benar. Baik pemelihara hewan atau bukan, punya kecenderungan memiliki karakter yang baik dan buruk. Perbedaan yang cukup signifikan malah ditemukan pada mereka yang memelihara anjing (dog people) dan memelihara kucing (cat people).
Jika pun dikaitkan tingkat kebahagiaan, orang yang memiliki hewan peliharaan pun tidak bebas dari rasa sedih. Tingkat kebahagiaannya tak jauh beda dengan orang yang tidak punya hewan peliharaan. Dua-duanya juga tetap rentan mengalami kesepian atau depresi.
Lagipula orang yang tidak memelihara hewan punya alasan yang di baliknya. Enggan punya tanggung jawab untuk mengurus hewan bisa jadi salah satunya. Tidak bisa bertanggung jawab dan malah menelantarkan hewan piaraan jadi ketakutan yang kerap menghalangi mereka untuk memiliki hewan piaraan. Selain itu, alasan kesehatan juga jadi faktor lain. Penolakan orang terdekat yang tinggal seatap pun sering menjadi dasar orang enggan memelihara hewan. Seperti yang dialami Jihan (26 tahun). Sebenarnya ia suka hewan lucu seperti kucing. Sayangnya sang ibu nggak suka. Mau tak mau ia harus menahan keinginan untuk memelihara hewan.
Di sisi lain, Faisal (18 tahun) sengaja tidak mau memelihara hewan. Bukannya ia tidak punya kepedulian, tapi memelihara hewan cukup sulit baginya. Apalagi ia lebih banyak bermain di luar rumah dengan teman sekolah. Ia tidak punya banyak waktu untuk merawat hewan kesayangan. Karena tak ingin merepotkan orangtua atau saudara, ia tidak memiliki hewan.
Sudah jelas nggak ada kaitannya sama sekali dengan karakter seseorang, stereotip negatif pada orang yang tidak punya hewan piaraan tak perlu ‘dirawat’ dalam pikiran. Setiap orang berhak memilih, termasuk memilih jadi petless people. Selama pilihan itu nggak merugikan dirinya dan orang lain, sudah sepatutnya kita tidak menghakiminya. Kan bukan kita juga yang menjalani pilihan itu.