Belakangan cuaca tak menentu kerap kita rasakan, sesekali panas terik, kadang mendung, bahkan hujan dalam waktu berdekatan. Mulai bulan Mei hingga September umumnya wilayah Indonesia memasuki periode musim kemarau. Sedangkan, Oktober sampai April seharusnya kita menghadapi musim penghujan. Namun, belakangan kondisi cuaca tak sesuai prediksinya. Bulan September misalnya, banyak wilayah yang sudah diguyur hujan, padahal belum masuk pada musimnya.
Perubahan cuaca yang tak menentu ini membuat banyak orang resah, apalagi jika dibarengi dengan cuaca ekstrim. Daerah panas semakin panas atau sebaliknya, hujan dengan intensitas tinggi bisa sebabkan kebanjiran seperti yang terjadi di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan baru-baru ini. Perubahan cuaca yang cepat membuat kita jadi teratur untuk memeriksa prakiraan cuaca, tak bisa berpatokan lagi pada timeline musim yang biasanya terjadi di Indonesia.
Lantas, mengapa kejadian ini terus berlangsung dan begitu cepat terjadi? Apa tindakan yang perlu kita waspadai menghadapi perubahan iklim secara global ? Nah, untuk menjawabnya, Hipwee Premium berikan ulasan penyebab cuaca yang tak bersahabat akhir-akhir ini nih.
ADVERTISEMENTS
Selain karena posisi Indonesia dilewati khatulistiwa, perubahan iklim yang terjadi bisa dipicu karena suhu muka air laut yang mengalami pemanasan
Indonesia berada di wilayah tumbukan lempeng tiga arah, di kelilingi dua benua dan dua samudera. Maka dari itu, iklim di sini berbeda dengan daratan Amerika, Eropa, dan Australia. Hal ini menyebabkan cuaca di Indonesia cepat berubah, sehingga rawan terdampak perubahan iklim global. Ada pulau yang rentan terkena perubahan muka air laut. Belum lagi, suhu air laut kita mudah mengalami pemanasan karena Indonesia merupakan negara maritim. Melansir dari Media Indonesia, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa suhu muka air laut Indonesia lebih hangat dari normal.
Baik atau buruk, ya kabar tersebut?
Iklim laut cenderung lembab dan mendatangkan hujan. Iklim ini juga dipengaruhi keberadaan angin darat dan angin laut. Peningkatan jumlah panas pada lautan menyebabkan hujan lebih lebat karena air laut lebih banyak menguap ketika temperatur meningkat, memberikan lebih banyak kelembapan di atmosfer.
Akibatnya, banjir dan tanah longsor akan terjadi di mana-mana. Air laut yang hangat mampu melelehkan bongkahan es dan mengurangi penopang gletser, sehingga memungkinkan air mengalir lebih cepat dan membuat banjir. Peningkatan suhu muka air laut berarti sebuah tanda yang buruk nih, SoHip.
ADVERTISEMENTS
Penyebabnya bukan hanya terjadi secara alami, melainkan ada andil dari sikap manusia yang seharusnya bisa dihindari
Perubahan iklim bisa sebabkan cuaca tak menentu | Credit: Hipwee
Perubahan iklim yang signifikan bukan hanya terjadi di Indonesia, menurut jurnal Advances in Atmospheric sciences pada Januari 2020. Kenaikan suhu rata-rata permukaan laut global pada tahun 2019 adalah 0,074 derajat celsius, sedangkan berdasarkan pengkajian yang diterbitkan International Journal of Climatology, suhu permukaan laut Jawa dan Samudra Hindia, barat Sumatera juga menghangat dengan kenaikkan 0,5 derajat celsius.
Salah satu penyebabnya adalah aktivitas pemanasan global. Pembangkit listrik dan instalasi industri lainnya merupakan penghasil CO2 utama. Belum lagi, beberapa gas atmosfer yang bertindak sebagai kaca dengan memerangkap panas matahari yang menyebabkan perubahan iklim global. Pembakaran batu bara, minyak dan gas, hingga penebangan hutan secara besar-besaran juga menjadi faktor jumlah C02 yang kian meningkat.
Dikatakan bahwa tingkat gas rumah kaca sekarang ini jauh di atas siklus alami selama 800.000 tahun terakhir. Aktivitas manusia sehari-hari juga menjadi penyumbang perubahan iklim di bumi. Misalnya, mengendarai kendaraan bermotor, tempat pembuangan sampah yang menumpuk sebagai sumber gas metana, gas CFC dari alat pendingin di rumah, hingga pertanian dan peternakan yang menyumbang Nitrogen Oksida (N2O) atau gas rumah kaca yang sangat kuat.
ADVERTISEMENTS
Efek dari ketidakpedulian manusia sekarang ini sudah marak dirasakan, salah satunya kebakaran hutan yang berlangsung lama di beberapa negara
Kebakaran hutan yang marak terjadi | Credit: Fabian Jones on Unsplash
Bukan hanya musim penghujan yang datang di waktu tak semestinya, pemanasan global membuat kemarau panjang di beberapa negara. Bahkan, hal ini menjadi salah satu pemicu kebakaran hutan yang belakangan marak terjadi. Rekor suhu tertinggi pecah di wilayah Amerika Serikat. Sepanjang tahun, luas lahan yang terbakar di negara bagian California sudah dua kali lebih banyak dari rata-rata lima tahunan. Setidaknya 3,5 juta hektare lahan telah terbakar sepanjang tahun 2021.
Perubahan iklim meningkatkan risiko cuaca panas dan kering yang kemungkinan akan memicu kebakaran hutan. Belum lagi, kebarakan lahan di Turki pada Agustus 2021 yang tercatat sebagai kebakaran hutan terburuk dalam sejarah negaranya. Sekitar 175.000 hektare lahan tersulut api sepanjang tahun ini.
Hal serupa juga dialami Siberia, dilansir dari BBC,volume karbon yang dilepaskan oleh kebakaran di Sakha 2021 jauh melebihi beberapa tahun terkahir. Para ilmuan menyebut suhu yang lebih hangat dan kering di bagian utara Siberia meningkatkan risiko kebakaran.
Dampak perubahan iklim nyata adanya, musim kemarau bertambah panjang hingga kekeringan di beberapa wilayah merupakan salah satu contohnya. Bencana alam terjadi lebih intens dibarengi dengan cuaca ekstrem hingga naiknya permukaan laut yang menyebabkan banjir.
ADVERTISEMENTS
Jika sudah seperti ini akankah kita hanya diam saja? Mari perangi bersama demi keberlangsungan umat manusia
Cara simpel dengan terapkan 3R | Credit: Nareeta Martin on Unsplash
Perlu sinegri antara pihak yang satu dengan lainnya. Masyarakat, pemerintah, hingga perusahaan industri perlu bertindak tegas demi menurunkan penyebab perubahan iklim. Pemerintah bisa menggunakan hukum untuk memerangi para pencemar besar. Sistem hukum yang kuat menjadi salah satu senjata melawan perusahaan besar yang terus menyumbang polusi.
Berdasarkan laporan dari United Nations Environment Programme atau UNEP, menyekolahkan perempuan hingga tingkat tinggi juga menjadi suatu hal yang penting. Wanita yang berpendidikan akan mampu memprogram masa suburnya untuk memiliki anak dalam jumlah sedikit, lebih sehat, dan menjalankan keluarga berencana. Jumlah populasi di dunia masih menjadi masalah kontroversial. Sumber daya bumi semakin tipis, tetapi pertumbuhan populasi yang meningkat disebut-sebut akan menghadirkan malapetaka.
Kita juga bisa mengurangi penggunaan kulkas, freezer, pendingin udara yang mengandung zat pendingin kimia seperti hidrofluorokarbon alias HFC. Metode 3R atau (Reduce, Reuse, Recycle), yakni pengurangan sampah, penggunaan kembali, dan daur ulang menjadi cara simpel yang perlu diterapkan.
Sebelum perubahan iklim semakin parah, kita semua harus berbenah. Jangan menjadi makhluk hidup yang egois tanpa timbal balik kepada alam. Semoga cara tersebut bisa kita terapkan dalam keseharian, ya.