Setiap kali bercita-cita ingin diet, kebanyakan orang cuma akan membayangkan tubuh yang langsing, singset, dan kencang layaknya model-model papan atas. Sedikit sekali dari mereka yang berpikiran soal kulit tubuhnya yang mungkin mengendur setelah lemak menghilang. Ibarat balon yang diisi udara lalu dilepaskan lagi, bentuk balon sebelum dan setelah diisi udara pasti tidak akan sama.
Masih ingat sama bocah obesitas bernama Arya Permana? Sekitar 2 tahun lalu, ia mendadak terkenal karena berat tubuhnya yang hampir mencapai 200 kg, padahal umurnya waktu itu masih 10 tahun. Sekarang kabarnya ia sudah jauh lebih kurus lo. Tapi ya itu tadi, Arya kini mengalami masalah yang seringkali ditemui banyak penderita obesitas lain yaitu ‘excess skin‘. Sebenarnya ada nggak sih metode buat menghilangkan ‘excess skin’ ini? Simak uraiannya bareng Hipwee News & Feature dulu yuk!
ADVERTISEMENTS
Excess skin sebenarnya muncul saat orang kehilangan berat badannya dalam jumlah banyak di waktu yang relatif singkat, seperti yang dialami Arya ini
Sekitar 2 tahun lalu, berat badan Arya dilaporkan mencapai 192 kg, padahal usianya masih 10 tahun. Tapi sekarang, ia sudah berhasil menurunkan beratnya sampai 90 kg. Arya yang dulu sempat dikunjungi Ade Rai dan dibimbing langsung untuk latihan fisik agar beratnya turun itu juga pernah menjalani operasi penyempitan lambung, tujuannya biar cepat kenyang setiap kali makan.
Belum lama ini, orangtua Arya mengunggah potret terkini kondisi anaknya lewat akun Facebooknya. Penurunan berat badan drastis itu memang termasuk pencapaian besar. Tapi, masalah baru justru muncul karena kulit Arya jadi mengendur. Dilansir dari Health Line, excess itu memang bisa muncul pada orang yang berat badannya turun drastis dalam waktu singkat.
ADVERTISEMENTS
Bisa juga terjadi sama orang yang memang sudah menderita obesitas sejak lama. Lalu tiba-tiba beratnya turun drastis. Soalnya kulitnya udah terbiasa meregang gitu
Kulit kendur dan tampak menggantung itu sebenarnya terjadi saat kulit kehilangan kolagen dan lemak di balik lapisannya. Selain bisa terjadi sama orang-orang yang mulai menua, excess skin juga suka muncul pada penderita obesitas sejak lama yang tiba-tiba beratnya turun drastis. Kulit yang biasanya meregang dan melebar mengikuti bentuk tubuh, jadi kehilangan elastisitasnya saat bentuk dan ukuran tubuh berubah.
ADVERTISEMENTS
Buat orang seperti Arya –yang berat badannya bisa turun sangat drastis– prosedur diet biasanya diikuti dengan operasi untuk menghilangkan excess skin. Soalnya kulit yang telah mengendur sulit sekali kembali ke bentuk semula
Bagi banyak orang obesitas, berhasil menurunkan berat badan saja ternyata belum cukup lo. Soalnya seringkali mereka menemui masalah baru, yaitu munculnya excess skin itu tadi. Biasanya, mereka akan melalui prosedur operasi bedah plastik buat menghilangkan excess skin ini. Operasi akan meliputi pengangkatan dan pembuangan kulit bergelambir yang dilakukan di bawah pengawasan dokter spesialis bedah plastik
Jika jumlah kelebihan kulitanya tidak terlalu banyak, metode non-operasi di bawah ini juga mungkin bisa diupayakan:
- Skin needling: memicu pertumbuhan kolagen di dalam lapisan kulit agar kulit jadi kencang kembali
- Radiothermoplasty atau terapi sinar laser: menyalurkan energi panas ke dalam lapisan kulit supaya jaringan dan otot mengencang
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Meski sukses turunkan berat badan, banyak penderita obesitas yang baru sadar perjuangannya belum selesai karena masalah excess skin. Bukan cuma soal penampilan, masalah ini juga bisa memicu ruam dan infeksi ragi lo!
Marie Jhin, seorang dermatologis di San Fransisco, seperti dikutip WebMD, mengatakan kalau excess skin ini jika dibiarkan juga bisa memicu ruam dan infeksi ragi. Gangguan kulit ini terjadi karena excess skin bisa membuat keringat malah “terperangkap”. Selain itu, excess skin yang berlebihan juga otomatis bakal bikin orang kesulitan bergerak bebas.
Terlepas dari masalah excess skin ini, tren obesitas pada anak di Indonesia sendiri ternyata mengalami peningkatan lo! Dari studi global yang dirilis New England Journal of Medicine, seperti dikutip DW, angka obesitas anak ini meningkat 3 kali lipat. Secara global, jumlah pengidap obesitas pada anak tumbuh lebih cepat dibanding obesitas pada orang dewasa. Duh, padahal orangtua di Indonesia banyak yang menganggap anak gemuk itu lebih sehat ya, justru sebenarnya malah bahaya…