Hari Gizi Nasional (HGN) yang jatuh setiap tanggal 25 Januari memasuki peringatan ke-61 pada tahun ini. Dalam peringatannya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengusung tema “Remaja Sehat Bebas Anemia” dengan berbagai gelaran kegiatan sejak awal Januari 2021.
Seperti mungkin banyak dari kamu nggak ketahui, anemia atau kondisi ketika darah nggak punya cukup sel darah merah yang sehat, telah jadi salah satu masalah gizi mikro yang serius di Indonesia. Anemia bukan perkara sepele, ketika sel darah merah yang sehat berkurang dalam tubuh, aliran oksigen turut berkurang dan akan mempengaruhi banyak hal.
Kelelahan dan detak jantung cepat adalah salah dua gejala umum anemia. Bagi remaja, akibatnya bisa kurang produktif atau bahkan ketinggalan secara akademis. Sementara khusus bagi remaja putri yang notabenenya akan melahirkan anak, anemia diketahui dapat memengaruhi generasi selanjutnya.
ADVERTISEMENTS
Mengupayakan remaja sehat bebas anemia sejalan dengan tujuan menciptakan SDM unggul
Sampai saat ini jumlah remaja Indonesia hampir mencapai 20 persen populasi atau sekitar 45 juta lebih. Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin mengatakan, para remaja yang punya peran penting menentukan masa depan bangsa Indonesia, harus dipersiapkan menjadi SDM unggul. Salah satu caranya adalah dengan menggalakkan program gizi seimbang, di mana dengan itu juga dapat mencegah anemia sebagai salah “penghambat”.
“Para remaja yang jumlahnya sangat banyak akan sangat menentukan apakah Indonesia akan naik kelas nantinya. Negara yang punya banyak populasi muda berpotensi jadi negara besar, karena generasi mudanya bisa sangat mendongkrak gross domestic product (GDP) yang akan mendorong rangking ekonomi dunia di tataran dunia,” kata Menkes Budi dalam pembukaan Acara Puncak Hari Gizi Nasional ke-61 yang disiarkan secara virtual, Senin (25/1/2020).
Lebih lanjut ia menjelaskan kalau keberhasilan remaja menjadi SDM unggul harus dibangun secara bersama-sama. Karena menurutnya ada empat pilar yang penting dalam perjalanannya, yakni fisik, akal, hati dan jiwa. Di antara semua itu, Kemenkes punya tanggung jawab untuk membangun di tataran fisik, sementara pilar lain harus dibangun bersama dengan pihak lainnya.
“Saya percaya, keberhasilan remaja dimulai dari fisik, diikuti oleh tataran akal, dilanjutkan di tataran hati, dan diselesaikan secara paripurna di tataran jiwa. Keempat tataran ini harus dibangun bersama-sama, dan Kemenkes punya tanggung jawab untuk membentuk di tataran fisik,” imbuhnya.
ADVERTISEMENTS
Dampak dari anemia sudah akan terasa bahkan sejak remaja baru mengalami gejala anemia
Guru Besar FKM UI, Prof. Endang L. Achadi mengatakan proses terjadinya anemia itu cukup lama. Biasanya akan diawali dengan defisiensi besi baru kemudian anemia. Kendati demikian, ia mengatakan tahap defisiensi biasanya sudah memunculkan dampak jangka pendek dari anemia, yakni menurunnya produktivitas. Oleh karena itu gejala anemia nggak boleh disepelekan
Sedangkan dampak jangka panjang, atau ketika sudah mengalami anemia, ia mengatakan perempuan memiliki risiko pendarahan saat bersalin, dan berpotensi menghambat pertumbuhan janin yang menimbulkan risiko stunting. Berdasarkan data tahun 2013 yang ia kutip, Endang mengatakan anemia di Indonesia terjadi umumnya karena kekurangan zat besi yang disebabkan pola makan.
“Dari data tahun 2013, prevalensi anemia pada remaja putri itu 22.7%. 63% di antaranya disebabkan oleh defisiensi besi,” kata Endang.
Oleh karena itu, dengan segala dampaknya, baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap remaja putra atau putri, Endang menyarankan remaja harus mulai mengatur pola makan yang sehat dengan gizi seimbang, atau paling gampang mengacu pada program Isi Piringku, di mana komposisi isi piring adalah makanan pokok, sayuran, buah-buahan, lauk hewani dan nabati.
Ia pun menyampaikan kalau sumber zat besi terbaik, untuk mencegah anemia, itu berasal dari lauk hewani. Namun, seringkali sumber makanan dari hewani relatif mahal. Nah, untuk itu, agar kebutuhan dapat terpenuhi tablet tambah darah bisa jadi solusi yang penting dan lebih terjangkau.
“Sumber zat besi terbaik itu dari hewani. Tapi sumber makanan hewani relatif mahal. Oleh karena itu tablet tambah darah jadi makin penting,” imbuh Endang.
ADVERTISEMENTS
Kemenkes dan tiga kementerian lain tekan deklarasi untuk galakkan program minum tablet tambah darah bagi remaja
Setali tiga uang dengan Endang, Plt Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Kartini Rustandi menyampaikan momentum HGN ke-61 ini juga punya highlight penting yakni deklarasi komitmen dari empat kementerian dalam program minum tablet tambah darah (TTD) bagi remaja usia 12-18 tahun, khususnya bagi remaja putri. Adapun empat kementerian yang dimaksud adalah Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri.
Isi deklarasi tersebut menyatakan kalau empat kementerian terkait akan mendukung pemberian TTD satu minggu sekali di sekolah-sekolah khususnya bagi remaja putri, dan akan menetapkan hari minum bersama. Selanjutnya akan melakukan edukasi terkait gizi seimbang kepada orang tua dan remaja, dan akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan ketersediaan TTD.
“Terakhir, pada masa pandemi memastikan remaja putri untuk tetap mengonsumsi TTD serta menjalankan program perilaku hidup bersih dan sehat,” pungkas Kartini.
Endang menyampaikan bahwa konsumsi TTD nggak berbahaya sama sekali untuk tubuh. Ia pun mengingatkan para remaja putri di masa pandemi ini dapat mengonsumsi TTD secara mandiri satu minggu sekali tanpa harus khawatir. Hanya, ia menegaskan apapun merek yang dipilih setidaknya harus mengandung 60 mg zat besi elemental, atau jika berbentuk multivitamin harus yang isinya minimal 30 mg elemental C.