Baru sehari berlangsung, sudah ada atlet asal Indonesia yang menyumbangkan medali emas di ajang Asian Games 2018 kemarin. Defia Rosmaniar, atlet taekwondo yang masih berusia 23 tahun ini berhasil meraih emas setelah mengalahkan Marjan Salahshouri dari Iran. Belum reda pujian membanjiri Defia, atlet seni bela diri lain — atlet wushu asal Indonesia, Lindswell Kwok, juga berhasil meraih medali emas! Benar-benar putri bangsa yang layak diacungi jempol.
Ngomong-ngomong soal seni bela diri atau yang Bahasa Inggrisnya martial arts ini, ternyata banyak banget jenisnya. Mulai dari yang sering disebut dan ada ekskulnya di sekolah, kayak karate, taekwondo, dan pencak silat, sampai yang masih asing di telinga semacam kurash atau sambo. Nah, kali ini Hipwee News & Feature sudah mengumpulkan perbedaan beberapa seni bela diri yang dilombakan di Asian Games 2018. Daripada salah tiap ditanya orang, mending simak dulu yuk ulasan kita berikut ini~
ADVERTISEMENTS
1. Jujitsu diyakini ada di dunia sejak 2.500 tahun lalu dan dibuat oleh ahli taktik militer asal Jepang, Takenouchi Hisamori
Di Asian Games, Jujitsu terdiri dari 8 kategori berdasarkan berat atletnya, 6 buat cowok, 2 buat cewek. Juri akan menilai dari teknik dan manuver yang dilakukan atlet kepada lawannya. Bentuk penilaiannya berdasarkan poin. Nanti siapa yang paling banyak melakukan manuver cerdas, poinnya akan ditambah, dan yang terbanyak akan menang. Jujitsu dikenal butuh strategi cukup rumit, karena itu ia dijuluki “catur”nya bela diri.
ADVERTISEMENTS
2. Sedikit mirip dengan jujitsu, model permainan judo adalah satu lawan satu. Penemu olahraga ini adalah Jigoro Kano, yang menekankan filosofi “efisiensi maksimum, usaha minimum”
Judo lekat dengan jurus menjatuhkan lawan ke tanah, melumpuhkan atau menundukkan, atau mengunci pergelangan dan mencekik. Ada beragam cara yang bisa dilakukan atlet judo untuk mencetak skor; pertama dengan melempar lawan mendatar di punggungnya, kedua menjepit lawan di atas tanah selama 20 detik dengan mengendalikan bagian atas tubuhnya, ketiga mengunci lengan atau mencekik lawan sampai mereka menyerah.
ADVERTISEMENTS
3. Seni bela diri lain yang nggak kalah populer adalah wushu, asalnya dari Tiongkok
Ada 2 kategori utama dalam wushu; Taolu (style) dan Sanda (sparring/bertanding). Kalau Taolu itu kombinasi antara senam dan wushu. Atlet akan dinilai berdasarkan gerakannya, termasuk kuda-kuda, tendangan, pukulan, keseimbangan, lompatan, sweep, dan lemparan. Gerakan-gerakan mereka itu diiringi musik. Mungkin kalau di basket kayak freestyle gitu ya…
Nah, kalau Sanda ini artinya bertarung, jadi ada lawannya. Sanda melibatkan teknik meninju, menendang, melempar, gulat, dan bertahan.
ADVERTISEMENTS
4. Kurash mungkin masih awam terdengar di telinga kita. Tapi olahraga ini masuk daftar seni bela diri Asian Games lho
Pasti banyak dari kita yang baru pertama kali mendengar kurash. Mungkin karena olahraga ini asalnya dari Uzbekistan, dan kurash baru memulai debutnya pertama kali di Asian Games ini. Sederhananya, kurash ini bergulat tanpa kekerasan. Petarung hanya boleh menyerang tubuh bagian atas, nggak boleh memukul atau menendang, nggak ada gulat sambil gulung-gulung, dan teknik mengunci atau mencekik juga dilarang.
Ada 3 istilah penting dalam kurash; khalol — melempar lawan tepat di punggungnya, yonbosh — saat peserta berhasil melempar lawan di sisi-sisinya, chala — saat peserta bisa melempar lawannya dengan lemah di sisinya. Skor tertinggi dari tiga istilah itu adalah khalol, diikuti yonbosh dan chala. Dua yonbosh dihitung satu khalol.
ADVERTISEMENTS
5. Selain kurash, ada juga sambo yang istilahnya masih lumayan asing di telinga
Sambo adalah seni bela diri yang dikembangkan tentara merah Uni Soviet pada 1920-an. Sambo ini adalah gabungan dari banyak martial arts, seperti judo, jujitso, dll. Triknya adalah mengakhiri pertandingan dengan cepat, dengan mengontrol dan mengunci kaki lawan. Sebenarnya sambo dibagi jadi 5 jenis; combat sambo, freestyle sambo, bela diri sambo, sambo khusus, dan olahraga sambo. Atlet sambo biasanya identik dengan celana pendek ketat dan sepatu khususnya.
ADVERTISEMENTS
6. Kalau pencak silat kemungkinan besar udah sangat akrab di telinga kita, soalnya memang asalnya dari tanah melayu sih
Beda dari olahraga-olahraga sebelumnya, dalam pencak silat, petarung diperbolehkan membawa senjata jenis tertentu. Tapi saat beradu, mereka juga tetap mengandalkan teknik serangan mencolok, bergulat, dan melempar. Bagian-bagian tubuh lawan yang boleh jadi target serangan adalah dada, perut atas pusar, tulang rusuk dan belakang tubuh.
7. Karate juga sudah cukup dikenal masyarakat Indonesia, bahkan kayaknya hampir di setiap sekolah, bela diri ini dimasukkan kegiatan ekskul
Karate identik dengan seragam putih-putih dan sabuk warna-warni. Katanya sabuk itu melambangkan level yang sudah dicapai si atlet atau karateka. Dalam karate, si karateka yang beradu ini diperbolehkan saling menyerang, menendang, dan memukul. Nantinya gerakan-gerakan itu juga masuk penilaian juri. Wilayah yang boleh diserang hanya terbatas pada kepala, wajah, leher, perut, dada, punggung dan samping.
8. Selain karate, taekwondo biasanya juga sering jadi pilihan ekskul para pelajar yang hobi seni bela diri
Taekwondo adalah seni bela diri kuno dari semenanjung Korea. Gerakan yang dianggap bisa mencetak skor dalam olahraga ini adalah pukulan dan tendangan; tendangan depan, samping, berputar — yang disampaikan dalam kecepatan dan sudut berbeda. Dalam Asian Games, ada 2 kompetisi taekwondo yang dilombakan; pertama poomsae — pertunjukkan teknik-teknik dalam taekwondo seperti kuda-kuda, balok, pukulan, dan tendangan. Kedua kyorugi — bertarung (ada lawan).
Nah, mirip-mirip sih emang ya, tapi setidaknya kita sekarang udah bisa sedikit membedakan ya, apalagi udah tahu kostumnya juga~