Ingat nggak dengan video Isyana Sarasvati yang sedang menyanyi opera viral di YouTube? Warganet heran karena musik yang dibawakan Isyana berbeda dari biasanya. Dia menyanyi dengan suara yang sangat tinggi, menggelegar, dan seolah menggema ke mana-mana. Bahkan suara Isyana bisa mengalahkan alunan instrumen lengkap di belakangnya. Kok bisa ya?
Ternyata, Isyana menyanyi dengan teknik opera khusus sehingga suaranya bisa seperti itu. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, yuk kita pelajari hal-hal menarik seputar opera!
ADVERTISEMENTS
Jauh sebelum video Isyana viral, opera muncul di Italia pada abad ke-16. Pertunjukan ini memadukan berbagai aspek kesenian yang memukau
Pertama-tama kita perlu tahu, sebetulnya opera itu apa sih? Dilansir dari Encyclopedia Britannica, opera adalah seni pertujukan yang menggabungkan nyanyian dan iringan instrumental. Kesenian ini muncul di Italia pada abad ke-16. Biasanya, penyanyi opera bakal ditemani orkestra dengan alat musik lengkap. Opera juga bisa digarap layaknya teater. Perbedaannya adalah para pemain nggak mengucapkan dialog, tetapi menyanyikan dialog tersebut. Kostum dan set dekorasinya juga digarap dengan sungguh-sungguh.
Setelah muncul di Italia, opera berkembang ke berbagai negara lain. Sayangnya, kesenian klasik ini kurang populer di Indonesia. Tetapi pernah ada sejumlah pertunjukan opera yang fenomenal. Misalnya saat opera klasik Eropa berjudul Carmen ditampilkan pertama kalinya pada 2016 di Jakarta. Ada 131 orang yang terlibat, termasuk artis Happy Salma!
ADVERTISEMENTS
Untuk menyanyi dengan baik, para penyanyi opera harus berlatih dengan teknik khusus. Kita bisa mempelajarinya juga lo!
Siapapun sebenarnya bisa belajar untuk menyanyi opera. Berbeda dengan nyanyian biasanya, kita perlu menyiapkan energi yang lebih kuat agar suara yang keluar lebih keras dan tinggi. Hal ini juga dipengaruhi oleh jenis suara dan jangkauan nada kita. Perempuan yang punya suara soprano (tinggi) bakal lebih gampang menyanyi opera dibandingkan yang mempunyai suara mezzo-soprano (sedang) atau kontralto (rendah).
Seandainya nggak mempunyai suara yang tinggi, kita tetap bisa berlatih menyanyi opera kok. Pelajarilah seni colaratura atau improvisasi vokal yang penting. Colaratura terdiri dari teknik scale, trills, arpeggios, dan appoggiatura. Mulai aja dari teknik trills yang merupakan pergantian cepat antara dua nada. Caranya, kita bisa sering-sering mendengarkan dan mencontoh lagu penyanyi opera. Lebih bagus lagi kalau mempunyai pelatih atau bergabung ke tempat latihan vokal.
ADVERTISEMENTS
Dengan latihan yang rutin, penyanyi opera bisa menghasilkan suara yang terdengar sampai ke mana-mana. Bahkan nggak perlu pakai mikrofon!
Biasanya para penyanyi opera nggak memakai mikrofon selama pertunjukan. Tetapi, suara mereka tetap bisa terdengar di seluruh penjuru ruangan. Bahkan mengalahkan suara berbagai instrumen orkestra di belakangnya. Kok bisa? Ternyata ini berhubungan dengan frekuensi suara.
Dilansir dari Scientific American, alunan orkestra biasanya mempunyai frekuensi 500 Hz. Sedangkan suara penyanyi opera bisa melebihi 2.000 Hz! Karena frekuensinya lebih tinggi, suara penyanyi opera bisa lebih terdengar sekalipun nggak memakai mikrofon. Apalagi telinga manusia paling sensitif saat mendengar suara berkekuatan 3.000 hingga 4.000 Hz. Untuk mencapai frekuensi tersebut, penyanyi opera bisa menggunakan teknik “cincin vokal” yang memperkuat keluarnya suara.
Kalau ingin tahu lebih lanjut, kamu bisa mendengarkan aksi para penyanyi opera terkenal di dunia. Misalnya Luciano Pavarotti, Andrea Bocelli, Maria Callas, dan masih banyak lagi. Masing-masing mempunyai karakter suara yang berbeda sehingga nggak bikin bosan. Selamat mendengarkan!