Gonjang-ganjing kasus vaksinasi Measles Rubella (MR) ternyata belum berakhir. Vaksin MR yang awalnya dianggap haram karena mengandung babi akhirnya diperbolehkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) atas pertimbangan kesehatan. Namun, masih ada lho daerah di Indonesia yang belum mau menikmati fasilitas imunisasi MR tersebut. Menurut Kompas, Plt Gubernur Aceh, Nova Irwansyah masih menunda imunisasi tersebut di daerahnya lantaran tetap dianggap haram. Keputusan MUI tampaknya nggak berlaku disana.
Padahal, kalau anak terjangkit virus ini, dampaknya bisa seumur hidup lho, bahkan sulit disembuhkan. Biaya yang harus dirogoh untuk mengobati anak juga nggak main-main. Jauh lebih mahal daripada ketika melakukan vaksinasi. Bukannya mencegah emang lebih baik daripada mengobati ya? Kenapa sih kok pemerintah Aceh masih kukuh dengan pendiriannya? Dan gimana dampak anak yang terkena penyakit tersebut? Yuk kulik bersama Hipwee News & Feature!
ADVERTISEMENTS
Angka vaksinasi MR di Aceh jadi yang paling rendah di Indonesia. Baru ada sekitar 100 ribu anak dari 1,5 juta anak yang sudah disuntik MR
Sekretaris Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Aceh, dr Aslinar, mengatakan bahwa saat ini imunisasi MR di Aceh baru mencapai 7% dari total ada 1,5 juta anak di Aceh. Angka ini sangat jauh dari target pemerintah yang ingin Indonesia bebas penyakit Measles Rubella pada tahun 2020, seperti yang diinstruksikan oleh Presiden RI, Joko Widodo dalam rangka Kampanye Imunisasi MR.
ADVERTISEMENTS
Ini dikarenakan pemerintah provinsi melalui PLT Gubernur Aceh menunda vaksin MR karena belum bisa dibuktikan kehalalannya
Ternyata, sedikitnya anak yang sudah diimunisasi MR di Aceh disebabkan oleh aturan PLT Gubernur Aceh, Nova Irwansyah, yang masih belum mencabut penundaaan imunisasi MR semenjak gonjang ganjing kehalalan imunisasi tersebut. Menurut health officer badan kesejahteraan anak-anak PBB, Unicef Indonesia, Dita Ramadonna, kalau imunisasi terus ditunda, 84% anak di Aceh terancam terkena rubela lho. Lagipula, MUI kan sudah memperbolehkan vaksin tersebut.
ADVERTISEMENTS
Sekelompok ibu-ibu yang tergabung dalam Komunitas Rumah Rubella Aceh mendesak penerapan vaksinasi MR di Aceh demi kesehatan anak
Ibu-ibu yang sudah sadar akan bahayanya rubela pun ikut mendesak pemerintah segera memberlakukan kembali vaksinasi MR di Aceh. Mereka tergabung dalam Komunitas Rumah Rubella Aceh. Beberapa dari mereka sudah merasakan susahnya memiliki anak yang mengidap penyakit rubela dan nggak ingin ada ibu-ibu lain yang punya anak cacat karena penyakit ini.
ADVERTISEMENTS
Penyakit rubela ditularkan melalui pernafasan sehingga penyebarannya sangat cepat. 1 Anak bisa menulari 12 – 18 anak yang lainnya
Penularan penyakit yang asalnya dari pernafasan emang bahaya banget deh karena bisa menyebar dengan sangat cepat. Pada kasus rubela, dr Aslinar menyebutkan bahwa satu anak bisa menulari 12 – 18 anak lain yang ada di ruangan yang sama melalui kontak pernafasan, batuk, dan bersin. Tapi, rubela yang ditularkan ke ibu hamil jauh lebih bahaya untuk kondisi bayi yang dikandungnya lho~
ADVERTISEMENTS
Paling bahaya kalau rubela dialami oleh ibu hamil. Anaknya yang lahir akan berpotensi cacat seumur hidup misalnya tuli, jantung bocor, atau buta
Popi Handayani, seorang guru ini terjangkit rubela saat hamil karena tertular oleh anak didiknya sendiri. Akibatnya, anak yang dilahirkan mengalami kelainan pendengaran dan harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah untuk melakukan implan agar anaknya bisa mendengar. Nggak hanya tuli aja, anak bisa terancam buta atau mengalami jantung bocor serta ancaman cacat seumur hidup. Kalau sudah begitu, kan untuk pengobatan keluar biaya yang nggak sedikit kan.
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Kesehatan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa memang sudah selayaknya diprioritaskan. Lagi pula, MUI sudah memperbolehkan imunisasi tersebut meskipun mengandung babi~