Hipwee sebagai media yang fokus memproduksi konten-konten positif bagi anak muda, berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi serta Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, menggelar kegiatan Ruang Belajar #MakinCakapDigital untuk menjawab tantangan literasi digital di Tanah Air.
Kegiatan Ruang Belajar #MakinCakapDigital ini menjadi wadah untuk mengembangkan kemampuan literasi digital masyarakat Indonesia, dengan harapan dapat menghasilkan talenta digital baru yang lebih berkualitas dan siap membantu mewujudkan Indonesia Digital Nation.
Adapun rangkaian kegiatan Ruang Belajar #MakinCakapDigital digelar dengan mengusung beragam topik yang relevan. Seperti pada Rabu 31 Agustus 2022, kegiatan yang berlangsung secara virtual ini menghadirkan founder @bapak2ID Drs. Agus Jaelani SE. SKCK. PWG. MBS dan psikolog klinis anak dan remaja sekaligus parenting coach Ayank Irma, untuk mengupas topik bertajuk “Digital Dad: Parenting Ala Bapak2 di Era Digital”
ADVERTISEMENTS
Pentingnya berbagi peran antara Ayah dan Ibu dalam mendidik anak di era digital
Dalam kesempatan ini Agus Jaelani menjelaskan bahwa pengetahuan anak zaman sekarang terhadap teknologi jauh lebih dalam jika dibandingkan dengan orang tuanya. Menurutnya, keadaan ini menuntut para orang tua untuk ikut mempelajari perkembangan teknologi dan mengawasi kegiatan anak di ruang digital sebagai bagian tanggung jawab.
Senada dengan Agus, Irma menyampaikan bahwa mendidik dan mengawasi anak yang sudah melek teknologi sejak dini merupakan tanggung jawab kedua orang tua. Lebih spesifik, ia menyampaikan bahwa peran ayah dan ibu harus seimbang dan satu frekuensi dalam rangka melakukan pengawasan aktivitas teknologi sang anak.
Irma menyampaikan bentuk parenting yang bisa diaplikasikan dalam mendidik anak yang digital native adalah dengan memperhatikan jadwal mengakses gadget. Ia mengatakan jadwal ini harus disusun lewat kerja sama antara ayah dan ibu.
Di sisi lain, Agus Jaelani mengungkapkan bahwa komunikasi antara orang tua, khususnya ayah dengan anak pun perlu diperhatikan. Di sini ia menyarankan agar para ayah bisa membangun kebiasaan berdiskusi dengan anak setiap hari, semata agar anak merasakan kenyamanan berbagi cerita dengan orang tuanya.
Berbicara soal komunikasi antara orang tua dan anak, bagi Irma penting untuk menjadi sosok orang tua yang menerapkan sikap reflektif dan tidak menghakimi. Karena hanya dengan itu anak akan merasa nyaman berbagi cerita dengan orang tuanya.
“Mendengarkan anak itu kita simak, tidak hanya ceritanya saja, tetapi juga ekspresinya dan gesturnya dan merefleksikannya. Itu justru membuat anak merasa bahwa orang tuanya itu menjadi tempat yang nyaman untuk bercerita,” kata Irma.
ADVERTISEMENTS
Belajar pola asuh dari masa lalu untuk menjadi orang tua masa kini
Terdapat perbedaan cara atau gaya pola asuh orang tua zaman dahulu dan masa kini, khususnya mengenai perkembangan teknologi yang juga ikut dirasakan oleh anak. Baik Agus maupun Irma, keduanya punya cara tersendiri dalam menerapkan gaya pola asuh.
Bagi Agus, ia mengaku mendidik dan mengawasi anak dengan cara memodifikasi gaya pola asuh keras dan tegas yang ia terima dari orang tuanya dulu, dengan gaya pola asuh masa kini.
“Saya mengambil hikmah dari cara pola asuh orang tua saya. Saya mengambil (cara pola asuh) yang baik (dari orang tua saya), dan apa yang jelek tidak saya ikuti,” kata Agus.
Sepakat dengan apa yang disampaikan Agus, Irma menjelaskan bahwa melakukan modifikasi pola asuh orang tua kita dulu, dan menerapkannya kepada anak merupakan cara yang tepat untuk menghindari adanya inner child yang terluka pada anak.
Lebih lanjut, Irma mengatakan bahwa orang tua masa kini lebih banyak memiliki kesempatan untuk berbenah dari pola asuh masa lalu karena banyaknya literatur untuk belajar parenting.
Dalam mencari sumber belajar parenting ini, Agus juga menekankan untuk selalu kritis terhadap setiap sumber yang dipelajari. Hal ini berhubungan dengan kredibilitas dan validitas informasi yang nantinya juga akan diterima oleh anak.
“Kita harus terbuka wawasan untuk mencari berbagai referensi. Sehingga, kita tidak hanya menelan (informasi) bulat-bulat […] (Karena) dalam mendidik anak, kita melakukannya supaya anak menjadi (pribadi) yang lebih baik dari kita,” kata Agus.
Senada dengan itu, Irma juga menegaskan untuk berhati-hati agar tidak terbawa arus mengikuti seluruh gaya parenting yang sebenarnya belum tentu cocok diterapkan. Dengan kata lain, orang tua harus mampu mengenali potensi dan kekurangan baik dalam dirinya sendiri maupun sang anak.
Untuk menghindari itu, Irma pun menyarankan para orang tua untuk bisa mengikuti komunitas yang kredibel dan menemui sosok yang memang memiliki kemampuan dalam bidang parenting, agar dapat mengaplikasikan pola asuh yang tepat bagi sang anak.
“Tidak ada sekolah formal khusus untuk parenting, dan proses pembelajaraan orang tua itu akan panjang. (Oleh karena itu) manfaatkan media sosial dan beragam tools yang ada untuk terus belajar,” pungkas Irma.
Melalui topik yang dikupas oleh Agus Jaelani dan Ayank Irma ini, dapat disimpulkan bahwa berbagi peran antara ayah dan ibu dalam mengasuh anak di era digital merupakan suatu keniscayaan.
Apa yang dijelaskan oleh Agus Jaelani dan Ayank Irma diharapkan dapat memotivasi, dan lebih jauh, dapat meningkatkan kerja sama antara ayah dan ibu dalam mendidik sekaligus membersamai sang anak di era digital saat ini hingga nanti menjadi orang dewasa yang sehat secara fisik maupun mental.
Ke depannya akan ada banyak topik-topik menarik dan relevan terkait dunia digital yang akan dibahas dalam kegiatan #MakinCakapDigital. Untuk itu, jangan lupa follow akun Instagram @siberkreasi untuk mendapatkan update kegiatan #MakinCakapDigital selanjutnya.
Kamu juga bisa mengakses laman literasidigital.id untuk mendapatkan beragam konten panduan berinternet, serta konten bermanfaat lain mengenai pemanfaatan teknologi digital secara positif.