Kabar tak menyenangkan datang dari negara Myanmar. Situasi di sana kian memilukan yang disebabkan oleh kekacauan politik. Selama tiga pekan terakhir jalan-jalan di negara tersebut dipenuhi para demonstran yang memprotes kudeta atau pergantian kekuasaan secara tiba-tiba. Dalam hal ini, angkatan bersenjata, polisi dan militer lainnya mengambil alih kewenangan dari pemerintah resmi.
Baru-baru ini bahkan sejumlah potret hingga video yang beredar di media sosial menggambarkan bagaimana mencekamnya situasi di negara yang dikenal sebagai Burma tersebut. Bahkan demo yang berlangsung diiringi aksi kekerasan oleh pihak kepolisian dan membuat banyak korban sipil berjatuhan. Lantas apa yang menjadi penyebab kericuhan tersebut? Berikut kronologinya.
ADVERTISEMENTS
Berawal dari salah satu pihak partai, tak menerima hasil pemilihan umum yang dimenangkan oleh Aung San Suu Kyi. Kemudian secara ilegal sang perempuan aktivis prodemokrasi Myanmar tersebut ditahan secara paksa
Pada 8 November 2020, pemerintah Myanmar mengadakan pemilihan umum (pemilu) yang dimenangkan oleh Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin oleh perempuan Aung San Suu Kyi. NLD memenangkan kursi sebanyak 82 persen, sedangkan proksi Tatmadaw Union Solidarity and Development Party (USDP) hanya mendapat 6 persen. Naasnya, oposisi Tatmadaw yang telah memimpin Myanmar selama puluhan tahun, memulai klaim tak berdasar tentang adanya kecurangan dan mulai melakukan kudeta.
Pada 29 Januari 2021, pihak Tatmadaw mulai mengerahkan tank dan kendaraan lapis baja di kota-kota besar dan pada 1 Februari 2021, Aung San Suu Kyi ditahan secara ilegal oleh pihak mereka. Kemudian Panglima Tertinggi Min Aung Hlaing mendeklarasikan diri sebagai pemimpin Myanmar.
ADVERTISEMENTS
Tak menerima, ratusan ribu rakyat Myanmar pun turun ke jalan untuk memprotes kudeta. Salah satu mahasiswi yang dijuluki Angel itu pun jadi sorotan publik sebab keberanian yang ditunjukkan sampai tutup usia
Ratusan ribu rakyat Myanmar pun turun ke jalan untuk menentang sistem pemerintah yang baru. Namun Panglima Min Aung Hlaing membentuk Dewan Administrasi Negara demi memperkuat pengaruhnya serta memblokir akses Facebook, Twitter, WhatsApp selama tiga hari. Sejak penahanan Aung San Suu Kyi pendemo tak berhenti melakukan aksi, kepolisian di sana pun melakukan pembubaran dengan kekerasan.
Kisah mahasiswi Myanmar bernama Deng Jia Xi atau akrab disapa Angel turut menjadi sorotan publik. Gadis pemberani berusia 19 tahun tewas tertembak saat mengikuti demontrasi di Mandalay. Slogan “Everything will be Okay”, yang tertulis pada kaus yang digunakan pun menuai perhatian warganet. Sebelumnya pada Facebook Deng Jia Xi sempat mengunggah rincian medis dan meminta untuk menyumbanngkan organ tubuhnya jika nyawanya nggak bisa diselamatkan saat aksi demonstrasi berlangsung. Postingan terakhirnya itu pun dibanjiri pesan duka dan pujian dari kerabat hingga masyarakat Myanmar.
Hingga kini, jumlah korban akibat dampak kudeta militer tersebut sudah lebih dari 50 orang. Kebanyakan mereka menyuarakan pesan yang sama, yakni untuk bisa hidup dalam demokrasi.
“Alasan saya bergabung adalah karena saya termasuk orang yang menderita di bawah diktator sejak lahir. Kami telah memiliki demokrasi dan saya tidak bisa membayangkan sejarah berulang. Saya tak bisa membayangkan kembali ke masa gelap. Saya tak mau generasi berikutnya hidup seperti kami,” ucap Ma Than Dar dikutip dari BBC News Indonesia, Sabtu (6/3/2021).