Cerita dari Mereka, Penggalang Bantuan di Masa Pandemi: Ketika Kemanusiaan Kalahkan Rasa Lelah

Penggalang bantuan di masa pandemi

Diclaimer: Hipwee selalu menyediakan ‘telinga’ untuk siapa pun yang ingin berbagi cerita dan pengalaman. Kali ini, Hipwee mendengarkan cerita teman-teman yang bahu-membahu menolong sesama di masa pandemi. Di tengah kondisi serba sulit dan pandemi seolah tak berujung, mereka membuktikan kalau kepedulian dan kemanusiaan tetap ada.

“….kami berharap mereka (teman-teman yang terpapar virus covid-19) tidak merasa sendiri. Masih ada lo orang-orang yang peduli dengan mereka.” – Anita, Sabtu (17/7).

Pandemi Covid-19 membuat siapa pun merasa lelah dan sulit. Sejak tahun 2020 lalu, semua orang masuk ke dalam mode survival. Bahkan setahun kemudian, pandemi bak lorong panjang nan gelap; seolah tak berujung. Hampir tidak ada orang yang bisa memastikan kapan pandemi ini akan berakhir. Berita-berita yang muncul kadang bikin kesal sendiri. Soal oknum-oknum yang memanfaatkan pandemi ini demi meraup keuntungan pribadi hingga berita pemangku jabatan egois yang minta enaknya sendiri.

Namun di tengah situasi sulit yang rentan membuat orang merasa lelah, justru semakin banyak orang yang tergerak untuk saling bantu. Di tengah lorong gelap yang seolah tak berujung ini, nyala lilin-lilin kecil masih ada untuk membantu kita melewati hari demi hari.

ADVERTISEMENTS

Merasa tergerak, Anita dan kawan-kawan menggalang bantuan untuk mereka yang terpapar Covid-19 dan nggak punya biaya

Cerita dari Mereka, Penggalang Bantuan di Masa Pandemi: Ketika Kemanusiaan Kalahkan Rasa Lelah

Pengumpulan bantuan untuk warga terpapar dan terdampak pandemi | Dok. Anita Duncan

Ketika dihubungi oleh Hipwee pada Sabtu (17/7), Anita Putri Christina Duncan (24 tahun) meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk menggalang bantuan di masa pandemi. Sebagai staf Marketing Communication hotel bintang 4 di Kota Batu dan penulis lagu, ia tidak menampik bahwa dirinya juga turut terdampak pandemi. Seperti diketahui, pandemi membuat sektor pariwisata ‘lumpuh’. Namun, kondisi itu tak menghalanginya untuk membantu mereka yang terdampak pandemi dan sedang membutuhkan pertolongan.

Sejak 8 Juli, ia dan enam teman SMA-nya menggalang bantuan untuk orang-orang yang terpapar Covid-19 dan memiliki kondisi ekonomi yang lemah. Bermula dari cerita seorang teman sekolah yang mengaku harus isolasi mandiri dan kesulitan finansial, Anita berinisiatif menggalang bantuan berupa paket sembako, masker, dan obat-obatan di Kota Batu. Mengingat adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), penyaluran bantuan cuma bisa menjangkau wilayah tersebut.

Ketika saya tanya, teman-teman pun merasakan. Mereka bilang ‘itu si A sedang kesusahan’. Kita melihat sekeliling kita sedang kesusahan,kita bantu selagi kita bisa. Kita menggalang dana akhirnya,” tutur Anita.

Meski sempat khawatir lantaran donasi sepi di hari pertama, Anita berhasil mengumpulkan uang tunai 7 juta rupiah. Ia dan teman-temannya pun masih menerima donasi dalam bentuk sembako, masker, multivitamin, dan obat-obatan. Dengan bantuan ojek online dan konvensional, ia menyalurkan bantuan kepada mereka yang sedang isolasi mandiri dengan kondisi ekonomi yang kurang.

ADVERTISEMENTS

Dengan penggalangan bantuan itu, Anita ingin menunjukkan bahwa masih ada orang-orang yang peduli dengan sesama

Cerita dari Mereka, Penggalang Bantuan di Masa Pandemi: Ketika Kemanusiaan Kalahkan Rasa Lelah

Penggalangan bantuan untuk korban terpapar dan terdampak pandemi | Dok. Anita Duncan

Anita mengakui waktu dan tenaganya terbatas. Apalagi ia dan teman-temannya masih bekerja. Kondisi PPKM juga membuat mereka tak leluasa bertemu. Namun, ia nggak patah semangat. Sebisa mungkin, ia menyalurkan bantuan di sore hari selepas bekerja atau sengaja memilih hari libur. Respons penerima bantuan pun semakin mendorongnya untuk terus menolong sesama. Mereka mengaku sangat terbantu dengan bantuan yang disalurkannya.

“Kita dapet kata-kata so sweet yang membuat kita tersentuh banget. Contohnya, ada orang yang bilang kayak gini ‘Kak terima kasih banyak ya, Tuhan jawab doa saya lewat Kakak. Saat saya isoman dan ga ada biaya, Kakak bersedia membantu saya. Saya nggak akan pernah lupa. Itu membuat kami tersentuh. Ternyata apa yag kami lakukan sangat impactfull untuk mereka,” terang Anita

Ke depannya, Anita berharap gerakan itu bisa memotivasi orang lain agar lebih peduli pada sesama. Orang dengan kondisi ekonomi yang baik bisa membantu mereka yang kondisi ekonominya sedang terpuruk. Harapannya, gerakan itu pun bisa menjangkau daerah se-Malang Raya, nggak cuma di Batu aja. Di sisi lain, penggalangan bantuan yang diinisiasinya itu membuktikan kalau masih ada orang-orang yang mau menolong di tengah pandemi yang menyulitkan. Ia merasa tersentuh dengan banyaknya donatur yang mengirimkan uang tunai dan sembako.

“Untuk orang yang sedang membutuhkan, kami berharap mereka tidak merasa sendiri. Masih ada lo orang-orang yang peduli dengan mereka,” pungkas Anita.

ADVERTISEMENTS

Terus menggalang bantuan sejak awal pandemi, Mang Niki percaya kondisi seberat apa pun akan lebih mudah bila dihadapi bareng

Semangat membantu sesama juga dibuktikan oleh Mang Niki, sapaan akrab Niki Suryaman. Bersama dengan kawan-kawan lintas komunitas dalam Solidaritas Sosial Bandung, Mang Niki tak henti-hentinya membantu mereka yang terdampak pandemi. Bahkan penggalangan bantuannya sudah berjalan hampir dua tahun sejak Mei 2020 lalu. Kini, bantuan paket sembako dan obat untuk korban terpapar Covid-19 telah mencapai 300-an. Wilayah jangkauannya pun sudah meluas sampai kabupaten. Mang Niki sampai berharap semakin banyak orang yang bersedia menyalurkan bantuan.

“Alasannya, mungkin karena kebiasaan, ya. Karena sering, ketika ada kondisi seperti ini (pandemi), kita udah kayak terkoneksi mau bikin apa nih. Selama kita mampu, selama bisa bantu kita lakuin aja. Saya percaya di kondisi seberat apa pun, kalau dikerjakan bareng-bareng, apalagi kita ga bisa hidup sendiri juga. Apa pun kesulitannya, minimal bisa lebih mudah,” terang Mang Niki.

Di samping kesibukannya mengasuh anak dan membangun rumah belajar, Mang Niki masih menyempatkan waktu untuk mengelola donasi yang masuk. Ia  sangat tersentuh dengan semangat teman-teman lain. Padahal mereka punya kesibukan lain dan pasti mengalami kesulitan karena pandemi. Ia berharap semangat tolong-menolong itu tetap terjaga. Sehingga orang-orang yang terdampak pandemi bisa makan, bekerja, atau sekolah lagi.

“Di kondisi sekarang, saya apresiasi yang masih bisa bantu. Mereka pun terdampak, tapi mereka masih semangat untuk saling bantu. Membuktikan kekuatan bareng-bareng. Semoga kita bisa bertahan, bisa melalui ini dengan sehat dan bisa membantu banyak orang,” ungkap Mang Niki.

ADVERTISEMENTS

Padahal ia juga sedang dililit kesulitan, sosok ini tetap berdonasi untuk sesama

Penggalangan donasi yang digalang Mang Niki maupun Anita nggak akan berjalan tanpa donatur. Walaupun keadaan memburuk, ternyata masih banyak orang yang mau menyisihkan sedikit rezekinya untuk membantu sesama. Seperti yang dilakukan Anatasia Anjani, pekerja media di ibukota. Saat ia terpapar Covid-19 beberapa waktu lalu dan tengah berjuang melawan sakit, ia tetap berdonasi untuk sesama. Sesuai pesan orangtuanya, Tasia selalu rutin berdonasi sesulit apa pun kondisi yang dialaminya.

Cerita Anatasia semakin melengkapi gambaran utuh tentang kepedulian dan kemanusiaan. Bahkan di tengah kondisi sulit yang melelahkan, rasa kemanusiaan mendorong orang untuk tetap saling membantu. Semoga semangat kepedulian ini kian tumbuh subur di hati banyak orang, ya. Sehingga napas kehidupan dapat bertahan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Penikmat jatuh cinta, penyuka anime dan fans Liverpool asal Jombang yang terkadang menulis karena hobi.

CLOSE