Hobi postcrossing yang menyenangkan | Credit: Hipwee via www.hipwee.com
Memiliki seseorang untuk menjadi teman bercerita merupakan suatu keuntungan. Selain bisa membuat perasaan menjadi lega, adanya kawan untuk berbagi kisah juga mampu memberikan perspektif baru dalam hidup. Apalagi, di tengah pandemi yang membuat perilaku seseorang bisa berubah, salah satunya menjadi lebih menyendiri.
Maka dari itu, penting sekali untuk berinteraksi supaya nggak hanya memendam pikiran dan perasaan seorang diri. Di era digital seperti sekarang, segala sesuatunya lebih dipermudah. Ditambah dengan kehadiran aplikasi pesan singkat hingga media sosial yang membuat kita tetap terhubung dengan orang terkasih. Meski demikian, menurut beberapa orang kegiatan seperti ini juga bisa menjenuhkan.
Namun, jangan khawatir, ada beragam cara untuk tetap berkomunikasi dengan dunia luar. Kali ini Hipwee Premium akan membahas seputar postcrossing, berkirim kartu pos seru kepada orang asing tanpa harus merasa bingung untuk memulainya. Bagaimana caranya? Emang bisa ya cara ini dilakukan untuk healing? Simak yuk cerita dari beberapa orang yang sudah melakukannya!
ADVERTISEMENTS
Memberikan sensai baru dalam bertukar pesan, situs Postcrossing menjadi alternatif saat belum bisa travelling
Sejak 14 Juli 2005, seorang penggemar kartu pos asal Portugal, Paulo Magalhaes menciptakan situs berkirim kartu pos secara acak ke seluruh dunia. Gagasan Paulo lewat platform ini cukup sederhana, pengguna bisa mengirimkan dan menerima kartu pos secara random dari akun lain secara global.
Menariknya, Postcrossing memiliki sistem di mana setiap anggota diberikan nomor postcard ID. Bisa dibilang, situs Postcrossing.com semacam media sosial bagi para penggemar kartu pos. Bukan hanya itu, pada situsnya juga diberikan profil singkat supaya orang lain bisa mengetahui identitas si penerima kartu. Pengguna juga bisa menuliskan daftar tema kartu pos yang ingin mereka kumpulkan, lo.
ADVERTISEMENTS
Cara menggunakan situsnya cukup mudah, kamu hanya perlu mendaftar akun untuk mendapatkan postcard ID
Tampilan awal laman Postcrossing | Credit: postcrossing.com
Pertama, buka website Postcrosingnya dan klik daftar bagi yang belum mempunyai akun. Nantinya, kamu akan diberikan slot untuk mengirim ke alamat random seseorang di negara lain. Jika jatah untuk mengirim masih ada, jangan lupa untuk klik boks centang “I’ve read the notes above and want to receive an address to where I’ll send a postcard.”
Postcard ID yang tetera pada situs wajib ditulis di kartu pos kamu, gunanya agar penerima bisa me-register kartu yang kita berikan. Kemudian klik request address. Di platform tersebut akan tertera profil, alamat, dan informasi terkait penerima kartu.
Sebagian ada juga yang mencantumkan data diri singkat dan preferensi kartu pos kesukaaan. Artinya, jika mereka menyukai handmade postcard, kamu bisa mendesainnya sendiri kalau memungkinkan. Namun, preferensi mereka juga nggak wajib untuk diikuti kok jika terlalu sulit untuk dilakukan.
Dalam kartu tersebut, kamu bisa menuliskan pesan seputar diri pribadi seperti perasaan yang tengah dialami ataupun mempromosikan hal menarik yang ada di tempat tinggal kita. Sebelum dikirim ke kantor pos, tempel prangko yang bisa menggambarkan negara ataupun hal unik di dalamnya. Hal ini dilakukan supaya penerima terkesan dan menjadikan kartu posmu sebagai koleksi.
ADVERTISEMENTS
Meski terlihatnya merepotkan, seni mempersiapkan postcard ini justru bisa bikin kamu ketagihan
Mengoleksi kartu pos dari seluruh dunia | Credit: Becky Phan on Unsplash
Kepada Hipwee Premium, Arintya menceritakan pengalamannya menggunakan Postcrossing. Awalnya ia belum terlalu familiar dengan situs web tersebut, sampai akhirnya teman di kantor membuatnya penasaran dengan koleksi postcard yang dimiliki. Benar saja, sekali mencoba dan menerima kartu pos dari orang luar, justru membuatnya semakin tertarik untuk melakukan hal yang sama.
Ia pun jadi lebih tahu jika mengirim kartu pos itu punya cara tersendiri. Mulai dari perlu menulis alamat selengkap-lengkapnya, membeli prangko yang mana jika tempat yang dituju semakin jauh maka harga pun akan naik, sampai putar otak bagaimana memaksimalkan ruang pesan di kartu pos untuk bertukar informasi.
“Aku jadi punya koleksi postcard dari berbagai orang di penjuru dunia. Dari mahasiswa di Jepang, bapak-bapak di Finlandia, sampai oma-oma di Perancis yang postcard-nya gemes banget!” pungkasnya.
Meski demikian, memang dibutuhkan kesabaran sampai kartu pos diterima, Biasanya memerlukan waktu 2 sampai 3 bulan, berbeda dengan pesan elektronik yang sifatnya instan di hari dan waktu yang sama. Penantian ini pada akhirnya terbayar ketika melihat kartu pos dari negara lain tiba di depan rumah.
Menurut Arintya, ketika rajin membuat postcard, keuntungannya adalah membuat ia jadi terbiasa menulis tangan. Apalagi, kegiatan ini termasuk hal menyenangkan yang bisa mendistraksi kepenatan dari urusan pekerjaan. Membaca kisah hidup orang lain ternyata begitu menenangkan pikiran dan perasaan, lo.
“Salah satu cerita yang paling aku ingat adalah seorang oma asal Perancis yang tinggal berdua sama anjingnya. Dia punya rutinitas minum teh di pagi hari. Meski tinggal sendiri, dia enggak merasa kesepian sejak rutin postcrossing. Heartwarming banget kan cerita si oma ini?” pungkas Arintya.
ADVERTISEMENTS
Saling bertukar pesan melalui postcard ternyata memberikan informasi baru yang belum ditemukan di internet
Manfaat gunakan Postcrossing | Credit: Hipwee
Menggunakan kartu pos untuk berkenalan dengan orang mancanegara juga dialami Reza. Awalnya ia mengetahui tentang Postcrossing dari grup Facebook “Backpacker Dunia”. Salah satu teman virtualnya mengadakan sayembara untuk memberikan postcard lantaran sudah menumpuk. Beruntungnya, Reza menjadi salah satu orang yang terpilih.
Ia mendapat kartu pos dari Chicago, Sydney, Ile St. Marguerite, Antwerpen, Praha, dan Malans. Menurutnya, sangat seru dan bisa memberikan rasa bahagia tersendiri ketika menerima dan mampu mengoleksi wujud fisik dari barang unik yang menggambarkan ciri khas masing-masing negara.
Pria 27 tahun ini sebenarnya sempat menggunakan situs Postcrossing, tetapi ia menemukan cara baru yang lebih efektif dengan memanfaatkan hashtag di media sosial. Cara ini dianggap lebih cepat dalam memberikan kepastian. Melalui pesan di Instagram, keduanya bisa langsung bertukar alamat, sekaligus memberikan bukti bahwa postcard sudah dikirimkan.
Prosesnya pun cukup sederhana, kamu yang tertarik bisa membeli prangko sesuai nominal yang diminta petugas. Saat Reza mengirimkan postcard ke Sri Lanka dan Tiongkok misalnya, dia hanya perlu membayar Rp10.000.
Meski memiliki kendala berupa ruang pesan terbatas mengikuti ukuran kertas, dari Postcrossing Reza justru mendapatkan pengetahuan baru dan bisa mengenal seseorang yang memiliki ketertarikan serupa. Apalagi, kalau kartu pos yang didapat unik atau berasal dari negara yang disuka, hal ini tentunya membuat ia bangga.
“Memang bentuk dan kegiatannya terlihat sepele, tetapi rasa bahagia saat menerima postcard dari Pak Pos dan membayangkan kita berada di kota kawan pengirim itu. Dreamy!” tuturnya.
ADVERTISEMENTS
Meski pamor kartu pos tak seheboh dahulu, cara yang satu ini bisa menjadi rekomendasi menarik di kala punya waktu luang
Menulis bagian dari terapi | Credit: Adeolu Eletu on Unsplash
Sekarang ini kita dihadapkan dengan zaman serba digital di mana kegiatan dilakukan secara praktis. Mencoba postcrossing tentunya bisa menjadi angin segar. Menerima barang nyata dari negara lain yang bisa dipegang, disimpan, dan dikoleksi nyatanya punya makna tersendiri.
Secara nggak langsung, postcrossing akan membuat kamu lebih banyak menulis. Seperti kita ketahui, menulis menjadi salah satu alat terapi untuk mengelola pikiran hingga perasaan. Hal ini baik dijadikan pelampiasan untuk menumpahkan segala kepenatan karena aktivitas rutin yang kadangkala membuat jenuh.
Tentunya, kamu pun jadi sering menggunakan bahasa asing yang akhirnya mengasah kemampuan tersebut. Kamu jadi menyadari, kalau selembar kartu pos dapat memberikan sejuta inspirasi dari budaya negara lain. Bahkan, nggak jarang yang akhirnya menjalin persahabatan dari kawan pena di situs Postcrossing ini. Nah, bagaimana, SoHip? Apakah kamu tertarik untuk mencoba?