Masih hangat di ingatan soal peristiwa pengeroyokan berujung kematian yang dilakukan senior kepada juniornya di sekolah penerbangan di Makassar. Belum lama ini, peristiwa serupa dilaporkan kembali terjadi yang mirisnya berlangsung di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes). Tempat yang umumnya jadi tujuan para orangtua muslim saat ingin membentuk akhlak anak-anaknya menjadi lebih baik lagi, justru jadi saksi bagaimana peristiwa sadis ini terjadi.
Setelah sempat dirawat kurang lebih seminggu dalam keadaan koma, korban yang bernama Robi ini pun meninggal dunia. Sepupu dari Robi, baru saja membuat thread pengakuan blak-blakan di Twitter soal kondisi saudaranya itu, serta beberapa kejanggalan yang ia rasakan. Berikut ini ulasan lengkapnya. Mari simak bersama.
ADVERTISEMENTS
Sebuah thread berisi pengakuan blak-blakan, jadi sorotan di Twitter. Thread itu dibuat sendiri oleh orang yang mengaku saudara sepupu Robi –korban pengeroyokan berujung kematian di Ponpes
Last week has been very tough on me. This and that, and my cousin has been beaten to death by freaking 17 people. Tonight we are buried him down, after fighting 1 week in the state of comatose.
Now I know why you are not DEFINED by your religion. pic.twitter.com/7FaHErCWW5
— Um, next? (@achyntia) February 18, 2019
Sebuah akun bernama @achyntia di Twitter mengejutkan banyak warganet atas pengakuan blak-blakannya. Ia bercerita soal betapa terpukulnya ia dan keluarganya, mengetahui Robi, saudara sepupunya, dikeroyok 17 santri di Ponpes Nurul Ikhlas, Padang Panjang, Sumatera Barat. Pengeroyokan yang dilakukan 3 malam itu berujung kematian tragis, setelah sebelumnya Robi sempat dirawat di rumah sakit.
ADVERTISEMENTS
Hal lain yang jadi sorotan dalam threadnya adalah betapa pihak Ponpes dinilai gagap dalam menangani kasus ini
Saat Robi dibawa ke rumah sakit, salah satu ustaz di Ponpes Nurul Ikhlas sempat mengatakan kalau Robi kesurupan dan memukul-mukul dirinya sendiri. Padahal dokter yang memeriksanya langsung tahu kalau Robi baru dipukuli banyak orang. Bukti kegagapan lainnya adalah, saat itu pihak Ponpes nggak langsung memberi kabar orangtua Robi, melainkan memanggil ayahnya ke pesantren dan memberi nasihat-nasihan bahwa ini cobaan.
Ponpes juga sempat meminta berkali-kali supaya kasus ini diselesaikan lewat jalur damai. Menurut pengakuan Chyntia, ini semua karena salah satu tersangka nggak lain adalah anak dari wakil pemilik pesantren.
ADVERTISEMENTS
Dari berita-berita yang beredar, ada keterangan kalau Robi sering mencuri barang santri lain. Alasan itulah yang kemudian disinyalir jadi dasar pengeroyokan tragis ini. Namun pengakuan Chyntia berbeda
Kalo dari pelaku bilang hapenya diambil.
Padahal Robi sebelumnya pernah cerita ke Kakanya, dia suka dipalakin dan kalo gak ngasih dipukulin. Bullying. Udah itu aja ?
— Chyntia (@achyntia) February 19, 2019
Seperti dikutip Kompas, Kepala Reserse Satuan Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Padang Panjang, Iptu Kalbert Jonaidi, mengatakan kalau peristiwa ini terjadi lantaran korban dilaporkan suka mencuri. Meski sudah mengakui kesalahan dan minta maaf, Robi tetap melakukannya. Padahal kalau menurut pengakuan Achyntia, Robi pernah cerita kalau ia sering dipalaki, kalau nggak diberi, korban selalu dipukuli. Dan kejadian pengeroyokan itu bermula saat Robi mengambil ponsel salah satu pelaku. Entah, mungkin saking kesalnya dibully atau gimana…
Tapi apapun alasannya, sekalipun benar Robi mencuri, pengeroyokan membabi buta seperti itu jelas nggak bisa dibenarkan! Kenapa nggak lapor ke pihak Ponpes saja, biar ditindak sesuai peraturan yang berlaku?? Kenapa harus dihajar, dipukul, sampai nyawanya melayang?! Duh, semoga saja kasus ini segera mendapat titik cerah, dan keluarga korban yang merasa dirugikan, mendapat penyelesaian yang seadil-adilnya.