Nama peneliti Indonesia kembali harum di kancah internasional. Baru-baru ini Time, majalah berita Amerika Serikat merilis daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia pada 2021. Salah satu nama yang masuk dalam daftar tersebut adalah Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH. Ph.D.
Ilmuan perempuan ini mendapat pengakuan dunia atas kontribusinya sebagai pemimpin dalam penelitian World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta dalam mengatasi penyakit demam berdarah. Berkat proyek risetnya yang memasukkan bakteri Wolbachia ke nyamuk Aedes aegypti dan kemudian melepaskannya di beberapa kota besar di Indonesia, kasus DBD dapat ditekan. Kasus DBD di kota Yogyakarta sendiri dilaporkan berkurang hingga 77 persen, seperti dilansir dari Kagama.co, media resmi di bawah naungan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA). Selengkapnya simak ulasan berikut ini ya.
ADVERTISEMENTS
Nama Adi Utarini masuk dalam kategori pionir di majalah Time, berkat terobosan dalam mencegah ancaman penyakit yang dibawa oleh nyamuk demam berdarah
Kiprah perempuan kelahiran Yogyakarta pada 4 Juni 1965 ini salah satunya mengenai pemberantasan demam berdarah di Indonesia. Ia merupakan ilmuan yang memimpin riset suatu teknologi untuk memberantas DBD yang kerap menjadi masalah kesehatan utama di masyarakat RI.
Dalam penelitiannya, ia berhasil melakukan inokulasi (memasukkan) nyamuk Aedes aegypti dengan Wolbachia. Bakteri yang tidak berbahaya bagi manusia, tetapi mampu membuat nyamuk tak menularkan demam berdarah dari gigitannya.
Saat itu, Prof Uut, sapaan akrabnya, bahkan mesti meyakinkan warga di sekitar agar merasa aman kerika melepaskan nyamuk-nyamuk yang sudah diinfeksi bakteri ini. Terobosan tersebut menjadi studi pertama yang mempu membuktikan teknik ini berhasil menurunkan tingkat penyakit di masyarakat. Utarini sendiri telah terselamatkan dua kali dari penyakit DBD yang kerap menghantui negara beriklim tropis dan memiliki penyakit endemis.
Dari keenam kategori yang dirilis Time, seperti ikon, pionir, titan, artis, pemimpin, dan inovator. Nama Adi Utarini berhasil dinobatkan ke dalam kelas pionir, bersama dengan Frans Timmermans, Ben Crump, Sunisa Lee, Roger Cox hingga mereka yang dinilai sebagai pelopor yang memberikan manfaat besar kepada lingkungan.
ADVERTISEMENTS
Profesor asal Indonesia ini bahkan direkomendasikan langsung oleh Melinda Gates. Dalam unggahan di media sosial, sosok filantropis tersebut mengungkapkan rasa kagumnya
Guru besar Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM ini direkomendasikan oleh philanthropist Amerika Serikat sekaligus mantan manajer umum Microsoft, Melinda French Gates. Bukan tanpa alasan Melinda menuliskan langsung sosok Adi Utarini.
Seperti yang dikutip dari Time, Melinda bercerita beberapa tahun lalu sempat berkunjung ke satu keluarga yang dekat dengan laboratorium Adi Utarini di Yogyakarta. Ia pun penasaran dengan kiprah penelti tersebut yang mampu meyakinkan orang sekitar sebelum melepaskan nyamuk hasil riset bersama timnya.
Melinda menilai apa yang dilakukan Utarini merupakan terobosan dan terbukti berhasil menurunkan tingkat penyakit di beberapa kota di Indonesia.
“Saya belum pernah sebegitu bersemangatnya membahas gigitan nyamuk. Kemudian saya bertemu Dr. Adi Utarini. Dalam sebuah terobosan eksperimen, ia membuktikan bahwa menginokulasi nyamuk dengan bakteri yang disebut Wolbachia dapat membantu menurunkan demam berdarah yang mematikan. Saya bangga dengan menuliskan hasil kerja Dr.Utarini untuk #Time100 hari ini,” tulis Melinda dalam unggahan di Instagram, Sabtu (18/9).
ADVERTISEMENTS
Sebelum namanya tercatat sebagai sosok berpengaruh di dunia, Adi Utarini telah mempublikasikan 138 jurnal ilmiah internasional maupun nasional
Sebelumnya, Utarini juga sempat didapuk komunitas jurnal penelitian Nature Research sebagai 10 orang yang dianggap paling berpengaruh dalam pengembangan ilmu pengatahuan selama tahun 2020. Ia disandingkan dengan pengembang vaksin virus corona hingga seorang perdana menteri.
“Bersama kolega mereka, orang-orang ini membantu membuat penemuan luar biasa dan berhasil menarik perhatian publik kepada masalah krusial. Nature’s 10 bukanlah penghargaan atau peringkat. Pilihan ini disusun editor Nature untuk menyoroti peristiwa penting melalui cerita menarik dalam sains dari mereka yang terlibat,” tulis pernyataan dari Nature Research.
Berdasarkan penelusuran Google Scholar, Prof. Utarini setidaknya telah mempublikasikna sebanyak 138 jurnal ilmiah internasional maupun nasional. Dikatakan bahwa ia amat menjunjung detail dan kualitas dalam setiap penelitian. Sekali lagi, selamat atas kontribusi karya yang telah diberikan Guru Besar UGM, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH. Ph.D. Semoga kisah prestasi beliau bisa memberikan inspirasi banyak orang untuk selalu semangat memberikan dampak positif kepada lingkungan sekitar ya!