*Kamis Mistis kembali membawakan cerita seram untukmu. Kali ini cerita datang dari kisah pembunuhan berantai paling sadis di Negeri Ginseng Korea Selatan, tepatnya di Kota Hwaseong. Salah seorang korban ditemukan tewas di tumpukan jerami perkebunan dekat rumahnya. Nama korban sengaja disamarkan, tetapi cerita yang disajikan nyata dari kekejaman sang pelaku.
Pernahkah kamu menonton film Korea berjudul Memories of Murder?
Film thriller itu menceritakan tentang dua detektif yang berusaha memecahkan kasus perkosaan dan pembunuhan berantai di tengah kegagalan sistem keadilan. Bukan hanya fiksi semata, film itu benar-benar diangkat dari kisah pembunuhan berantai di Kota Hwaseong, Provinsi Gyeonggi, Korea Selatan. Sang pelaku melakukan pemerkosaan dan pembunuhan berantai kepada belasan orang perempuan.
Tanggal 15 bulan September 1986 menjadi awal mula pelaku melancarkan aksinya. Seorang nenek berusia 71 tahun ditemukan meninggal dengan bekas cekikan di lehernya. Tak berspekulasi lebih, polisi mengira pembunuhan itu adalah pembunuhan biasa, yakni pembunuhan yang dilakukan oleh orang yang dendam kepada si nenek. Namun, sebaliknya, pembunuhan itu ternyata mengawali rentetan pembunuhan paling mengerikan dalam sejarah Korea Selatan.
Hwaseong kala itu menjadi kota yang terkenal dengan lahan pertaniannya yang luas. Sepanjang kanan dan kiri jalan, terhampar lahan pertanian yang menghubungkan antara jalanan menuju rumah penduduk. Hal itu tak kemudian membuat orang-orang takut. Mereka sudah biasa berjalan melewatinya. Namun, hari itu nasib malang menimpa Hana.
Usai menghabiskan waktu bersama kekasihnya, Hana diantar sang kekasih menuju halte bis dengan tujuan halte dekat rumahnya. Sesampainya di halte dekat rumahnya, Hana berjalan di tengah lahan pertanian dengan scarf yang terkalung di lehernya. Waktu itu, jalanan gelap dan berkabut. Tak butuh waktu lama, hari membahagiakan itu berubah menjadi hari paling mengerikan baginya. Begini ceritanya…
ADVERTISEMENTS
Malam itu, Hana menghabiskan waktu bersama kekasihnya sampai tak sadar waktu sudah larut. Dia menuju halte bus diantar oleh sang kekasih
Hana menuju halte bus diantar oleh sang kekasih | Photo by Johen Redman on Unsplash
Hwaseong, 14 Desember 1986, hari itu seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan bagi Hana dan Jae-wook, kekasihnya. Setelah bertahun-tahun menjalin hubungan, keduanya akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan lebih serius. Tepat di hari jadi mereka yang kelima, Jae-wook menyematkan sebuah cincin perak di jari manisnya.
Tak ingin mengakhiri kebahagian mereka, Hana dan kekasihnya akhirnya menghabiskan waktu bersama di sebuah kafe di tengah Kota Hwaseong. Keduanya memutuskan untuk pulang pada pukul delapan malam, sebelum bus terakhir tiba. Jae Wook mengantarkan Hana sampai halte bus dekat kafe yang mereka datangi.
ADVERTISEMENTS
Sesampainya di pemberhentian bus dekat rumahnya, kabut menyelimuti jalanan tengah perkebunan…
Beberapa menit usai bus melaju, akhirnya sampai juga Hana di pemberhentian bus dekat rumahnya. Sayang, cuaca kala itu gerimis dan berkabut. Dia pun melilitkan scarf merah untuk menghangatkan diri di tengah rintik gerimis. Meski cuaca sendu, Hana sangat bahagia karena tak sabar menyampaikan kabar bahagia untuk kedua orang tuanya.
Sambil membayangkan hari-hari bahagia yang akan datang bersama sang kekasih, Hana berjalan santai. Kurang lebih 100 meter lagi menuju rumahnya, dia melewati lahan pertanian yang gelap karena tertutup kabut. Hana mulai merasa sedikit takut karena tak biasanya jalanan segelap itu. Namun, dia terus menapaki jalanan itu.
Di tengah perjalanan menuju rumah, Hana tiba-tiba diseret oleh seorang pemuda laki-laki. Tubuh pemuda itu kurus dan matanya tajam
Pembunuh Hwaseong/ Illustration by Hipwee
Berbeda dengan perempuan kebanyakan, Hana sebenarnya cukup pemberani. Dia sama sekali nggak takut dengan hantu atau semacamnya. Namun, malam itu Hana merasakan ketakutan yang lain. Dia merasa ‘seseorang’ sedang mengawasinya. Pelan-pelan, Hana mengumpulkan keberanian untuk berlari. Tiba-tiba..
“Srettttt”
Seakan tau gerak-gerik Hana, pelaku itu dalam sekejap menyeretnya ke tengah-tengah lahan pertanian yang dipenuhi jerami. Sekuat tenaga Hana mencoba berontak dan berteriak, tapi tak juga ada yang mendengarnya. Hujan dan kabut kala itu mengurung orang-orang sekitar untuk tetap di dalam rumah. Sementara, di tengah lahan padi yang luas itu, Hana berjuang sekuat tenaga melepaskan diri dari pelaku.
ADVERTISEMENTS
Di balik perkebunan padi dekat rumahnya, Hana dibunuh. Tangannya diikat, kepalanya ditutupi scarf merah miliknya
Teriakan Hana perlahan melemah, bagaimana tidak? Scarf merah miliknya digunakan pelaku untuk mencekiknya. Sementara Hana hilang kendali atas tubuhnya, sang pelaku melucuti pakaian miliknya. Saat itulah sekelibat ingatan tentang sang kekasih datang bagaikan roll film di kepala Hana. Air mata meluncur deras, sementara tubuhnya yang lain mencoba memberontak sekuat tenaga.
Entah apa yang dilakukan pelaku, sekujur tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa. Sebelum Hana benar-benar hilang kesadaran, pelaku memasukkan benda asing di bagian bawah tubuh Hana. Ya, alih-alih langsung membunuh Hana, laki-laki jahat itu justru melakukan perbuatan keji kepadanya.
ADVERTISEMENTS
Beberapa hari kemudian, Hana ditemukan tak bernyawa. Pakaiannya terlepas, tubuhnya tersayat
Hana ditemukan tak bernyawa | Photo by César Abner Martínez Aguilar on Unsplash
Pukul 11.30 malam, Jae-wook tiba-tiba mendapat telepon dari ayah sang kekasih.
“Jae-wook, kenapa Hana belum juga sampai di rumah?”
Meskipun kaget setengah mati, Jae-wook mencoba menjawab pertanyaan orang tua Hana. Dia mengatakan bahwa pukul delapan malam dia sudah mengantar Hana ke halte menuju rumahnya. Hening meliputi sambungan telepon antara kekasih dan ayah gadis malang itu. Mereka kemudian bergegas dan mencari Hana dengan bantuan kepolisian dan warga setempat.
Pagi harinya, Hana ditemukan mengenaskan di bawah tumpukan jerami perkebunan dekat rumahnya. Scarf merah melilit wajahnya sementara kaos kaki disumpalkan ke dalam mulutnya. Tangannya terikat dengan bra, sementara pakaian yang lain sangat jelas sudah ditanggalkan dari tubuhnya. Bukan hanya itu, pelaku juga meninggalkan luka sayatan yang tampak dilakukannya dengan sengaja.
Tangis histeris kekasih dan keluarga Hana tak bisa dibendung lagi kala itu. Perempuan cantik yang menghiasi hari-hari mereka kini sudah pergi. Bukan hanya kehilangan biasa, keluarga dan kekasihnya kehilangan Hana dengan cara yang paling menyakitkan.
Tiga puluh tahun kemudian, pelaku ditemukan telah mendekam di penjara. Dia telah membunuh lebih dari 10 orang dan memperkosa lebih dari 20 orang
Setelah kejadian yang menimpa Hana, kota Hwaseong dihantui mimpi buruk tentang pembunuhan berantai selama hampir 4 tahun lamanya. Selain Hana, 9 perempuan lain juga ditemukan tewas mengenaskan di sekitar kota. Para perempuan dilarang keluar malam hari, tidak disarankan memakai baju merah, dan tidak boleh keluar dalam keadaan hujan atau berkabut.
Lebih dari 30 tahun lamanya, tepatnya di tahun 2019, polisi menemukan pelaku keji itu. Dia bernama Lee Chun-jae, laki-laki berusia 50 tahun yang hingga kini masih hidup di dalam penjara Kota Cheonju. Saat ditemukan, pelaku sudah berada dipenjara karena kasus pembunuhan terhadap adik iparnya. Saat ditemui, Lee Chun-jae mengaku telah membunuh lebih dari 10 orang dan telah memperkosa 30 orang wanita. Tak salah lagi, orang itu benar-benar psikopat.