Pemanasan global atau global warming sudah jadi isu yang terus mendapat perhatian para ilmuwan sejak bertahun-tahun lalu. Makin menipisnya ozon, katanya mampu membuat kondisi bumi makin panas setiap harinya. Salah satu buktinya adalah cuaca yang semakin nggak menentu. Es-es di kutub juga kabarnya semakin hari semakin menipis.
Kita sih mungkin bakal mikir kalau global warming itu ya sebatas karena penebangan pohon liar, atau karena polusi udara yang makin parah setiap harinya. Padahal tanpa disadari, orang yang hobi nonton video porno secara online atau streaming, juga turut memperparah pemanasan global lo! Nggak nyangka, ‘kan?? Awalnya memang terdengar mustahil, tapi setelah ditelaah, eh, ada benarnya juga! Simak, yuk, penjelasannya..
Nonton video porno online memang jarang banget disebut dalam sederet penyebab terjadinya pemanasan global. Tapi kalau ingat nontonnya pakai listrik, ya jelas aja kalau aktivitas itu turut memperparah pemanasan global
Nggak nyangka yang kayak gini ternyata ada penelitiannya! Sebuah lembaga peneliti, The Shift Project, dilansir dari New Scientist, menyebutkan kalau aktivitas menonton video porno online menyumbang gas emisi sebagai penyebab pemanasan global. Sebanyak 300 juta ton karbon dioksida dilepas ke udara lewat aktivitas menyebarkan dan menonton video secara online —ini termasuk menonton Netflix dan video porno— di beberapa negara seperti Belgia, Bangladesh, dan Nigeria.
Kok bisa sih? Sebenarnya secara umum, mengakses internet sudah turut memperparah global warming lo seperti dikutip Network World. Berselancar di internet tentu butuh listrik. Semakin besar kuota yang digunakan, semakin banyak juga listrik yang terpakai. Video online sendiri menyumbang 60% dari aliran data global pada tahun 2018.
Semakin tinggi resolusi video yang kita tonton, otomatis akan makin banyak memakan listrik. Makanya kalau nonton YouTube jangan yang HD 🙁
Saat kuota lagi melimpah, atau pas wifi lagi banter-banternya, siapa sih yang nggak pengin nonton YouTube pakai resolusi HD (high-definition)? Pasti kamu pun akan senang kalau video yang kamu tonton jernih, nggak kotak-kotak. Padahal semakin jelas atau tinggi kualitas sebuah video, akan makin banyak memakan kuota. Listrik yang terpakai juga makin banyak.
Peneliti dari The Shift Project di atas sih menyarankan untuk mematikan fitur auto-play di platform-platform video, atau menghindari menonton video HD jika memang nggak perlu-perlu banget.
Fakta ini tentu harus segera dipikirkan solusinya sama para “penguasa” teknologi digital. Memang sih, internet jadi makin memudahkan hidup manusia, tapi di sisi lain juga ikut andil memperparah global warming
Saat ini penggunaan teknologi digital secara keseluruhan telah menyumbang gas emisi sebanyak 4%. Diperkirakan jumlah ini meningkat jadi 8% pada tahun 2025, kata penelitian di atas. Makanya, ilmuwan mendorong pengusaha teknologi buat memikirkan cara supaya masalah ini bisa diatasi. Misalnya dengan mengotak-atik fitur di platformnya, gimana cara agar teknologi digital lebih ramah lingkungan.
Kalau sebagai individu, kita juga bisa bantu dengan lebih jarang meng-upgrade ponsel kita, memiliki tidak lebih dari 1 gadget, dan seperti yang sudah disebut tadi, tidak boros kuota.
Hmm.. mungkin memang sudah saatnya manusia tobat nonton video-video “hiburan” ya~