Pekan lalu, kejadian kurang mengenakkan yang dialami Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Hari Sabtu (21/10), Gatot dan rombongan akan bertolak ke Amerika Serikat untuk menghadiri acara Chiefs of Defense Conference on Countering Violent Extremist Organization (VEOs), yang melibatkan 78 negara Asia Pasifik, pada 23-24 Oktober 2017. Rencananya saat itu, rombongan delegasi akan bertolak dari Indonesia pukul 17.00 menggunakan maskapai Emirates EK 0357.
Tapi cuma selang beberapa saat sebelum berangkat, Gatot malah mendapat kabar dari pihak maskapai kalau ia dan rombongan tak boleh memasuki wilayah AS oleh US Custom and Border Protection. Lah, padahal dirinya mendapat undangan resmi dari Panglima Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Joseph F. Durford, Jr. lho! Hingga sekarang pun kabarnya belum diketahui alasan sebenarnya kenapa seorang Panglima TNI ini sampai ditolak masuk AS. Tapi setidaknya sudah ada beberapa fakta yang kita perlu tahu soal ini. Apa aja? Yuk simak rangkuman Hipwee News & Feature!
ADVERTISEMENTS
Berita pelarangan itu kabarnya disampaikan langsung oleh maskapai Emirates cuma lewat lisan lho
Panglima Gatot yang saat itu juga didampingi istrinya, mendapat laporan dari pihak maskapai Emirates kalau keberangkatan harus dibatalkan karena mereka tak diizinkan memasuki wilayah AS. Tapi bukannya melalui surat resmi, seperti keterangan Mayjen TNI Wuryanto saat jumpa pers, laporan tersebut malah disampaikan secara lisan. Padahal rombongan delegasi sudah mengurus visa dari jauh-jauh hari. Kecewanya lagi, tak jelas alasan mengapa pihak pemerintah AS harus mengeluarkan keputusan itu.
ADVERTISEMENTS
Sampai sekarang belum ada klarifikasi langsung dari pihak AS soal alasan sebenarnya kenapa Gatot sampai dilarang berangkat, hanya permintaan maaf resmi
Baik pemerintah AS maupun pemerintah Indonesia, sama-sama tak bisa menjawab pertanyaan khalayak soal apa alasan penolakan Panglima Gatot ke AS. Hingga kini pun belum ada klarifikasi resmi yang dikeluarkan negeri Paman Sam tersebut. Padahal kejadian ini bisa saja memengaruhi hubungan diplomatik kedua negara, bila tidak diselesaikan secara baik-baik. Tapi dilansir Tempo, Duta Besar AS untuk Indonesia, Joseph Donovan, telah meminta maaf atas insiden kurang mengenakkan itu. Kedutaan Besar AS juga telah merilis pernyataan tertulis dalam website resminya yang bisa diakses di sini.
ADVERTISEMENTS
Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi telah mengirim nota diplomatik kepada pemerintah AS untuk mencari kejelasan
Tak tinggal diam, Menlu Retno telah melakukan berbagai cara untuk mendesak pihak AS supaya mengklarifikasi insiden ini. Seperti mengirimkan nota diplomatik ke Dubes AS di Jakarta, menghubungi Dubes AS, dan memerintahkan KBRI Washington DC untuk mengirim nota diplomatik juga yang ditujukan kepada Kemlu AS. Dilansir CNN, Menlu Retno mengatakan kalau pihak AS kini masih terus berdiskusi dengan otoritas terkait guna mengetahui kejadian dan sebab sebenarnya. Ia menambahkan, klarifikasi harus tetap dilakukan mengingat Indonesia adalah mitra strategis AS.
ADVERTISEMENTS
Tak hanya itu, Menlu Retno juga memanggil Wakil Dubes AS di Indonesia untuk membicarakan persoalan ini
Erin Elizabeth McKee, Wakil Duta Besar AS untuk Indonesia, telah memenuhi panggilan Menlu Retno hari ini (23/10), untuk menyelesaikan masalah yang ramai dibicarakan ini. Usai pertemuannya, McKee menuturkan kalau pelarangan Panglima Gatot ke AS sudah dicabut, kini Gatot sudah bisa pergi ke sana dan AS akan menyambut baik kedatangannya. Ia juga menyatakan penyesalan mendalam atas insiden yang menimpa Gatot dan rombongan saat akan terbang ke Washington DC. Kini Kedubes tengah bekerja keras untuk mencari tahu lebih dalam mengenai kejadian ini, meski tak mengatakan penyebab pastinya.
ADVERTISEMENTS
Ternyata, Panglima Gatot bukan pejabat TNI pertama yang pernah ditolak masuk AS
Kejadia di atas bukan baru pertama kalinya. Beberapa pejabat lain juga pernah merasakan hal serupa, seperti Wiranto, Prabowo Subianto, dan Sjafrie Sjamsoeddin. Wiranto yang saat itu menjabat sebagai Jenderal TNI (Purn), dituduh PBB terlibat kejahatan perang di Timor Timur tahun 1999. Sama halnya dengan mantan Panglima Kostrad, Letjen TNI (Purn) Prabowo, yang saat 2014 lalu ditolak AS atas tuduhan keterlibatan kejahatan perang saat pemerintahan Soeharto. Sedangkan mantan Letjen TNI (Purnawirawan), Sjafrie Sjamsoeddin dilarang masuk saat mendampingi SBY di pertemuan G20 di Pittsburgh, Amerika Serikat, Oktober 2009, karena diduga terlibat peristiwa Santa Cruz di Timor Leste pada 12 November 1991.
Meski nggak cuma nama-nama itu aja yang pernah ditolak masuk suatu negara, namun gesture tidak bersahabat dari negara lain itu jelas tidak bisa dibiarkan begitu saja. Yang jelas sih kita menunggu-nunggu klarifikasi pihak AS supaya segera mengeluarkan pernyataan resmi mengenai insiden Panglima Gatot kemarin ya~