Ruangan theater 2 Cinema XXI Plaza Senayan dipenuhi tamu undangan dari BKKBN, Forum GenRe Indonesia, JHU CCP dan lintas komunitas lainnya, dalam acara nonton bareng pemutaran film Dua Garis Biru arahan sutradara Gina S. Noer, yang resmi diputar serentak pada Kamis 11 Juli 2019, dan bertepatan dengan jatuhnya Peringatan Hari Kependudukan Dunia 2019.
Salah satu program yang dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja yang diusung oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah Pembinaan Ketahanan Remaja. Hal ini dimaksudkan agar terlaksananya jenjang pendidikan terencana, berkarir dalam pekerjaan terencana, dan menikah dengan penuh perencanaan sesuai fase reproduksi sehat, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 48 UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
ADVERTISEMENTS
Film Dua Garis Biru adalah representasi semangat program BKKBN dalam pembinaan ketahanan remaja
BKKBN telah menjadikan program edukasi kesehatan reproduksi menjadi salah satu fokus utama, untuk mencapai program kerja BKKBN seperti, pencegahan pernikahan dini dan perencanaan kehidupan remaja hingga berkeluarga. Oleh karena itu, film Dua Garis Biru bisa menjadi representasi dari semangat BKKBN untuk terus mengedukasi remaja melalui medium yang gampang untuk dimaknai.
“Film Dua Garis Biru ini membantu BKKBN dalam mensosialisasikan Program Generasi Berencana kepada remaja Indonesia dengan cara yang lebih mudah dipahami”, ujar Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN M. Yani saat dialog setelah acara nonton bareng di Cinema XXI Plaza Senayan, Jakarta (11/07/2019).
Melalui nonton bareng film ini pula, ruang diskusi mengenai isu reproduksi, edukasi seks dan hubungan pasangan yang lebih sehat, bisa hadir dan menjadi cair untuk dibicarakan. Karena hal ini adalah penting untuk dibahas sedini mungkin, dengan perantara sesederhana mungkin seperti film, agar kasus seperti kematian ibu, kematian bayi dan hal buruk lainnya karena tidak adanya perencanaan bisa diminimalisir.
Sejalan dengan itu, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Dwi Listyawardani mengatakan film ini menjadi cara untuk mengedukasi remaja tentang pentingnya kesehatan reproduksi.
“Tema peringatan Hari Kependudukan Dunia yang diselenggarakan hari ini 11 Juli, adalah mengurangi unmeet need KB, angka kematian ibu, kekerasan berbasis gender dan praktik bahaya, film ini benar-benar menggambarkan realita bahwa banyak remaja yang masih awam tentang kesehatan reproduksi dan juga tidak tahu resiko-resiko yang bisa terjadi akibat perkawinan usia dini,” tegasnya.
Film Dua Garis Biru sendiri bercerita tentang pendidikan seks untuk remaja, dengan tokoh utama Bima dan Dara, sepasang kekasih yang masih duduk di bangku SMA. Di usianya yang baru 17 tahun, Dara harus mengalami hamil di luar nikah dan membuat keduanya dihadapkan pada kehidupan yang tak terbayangkan.
ADVERTISEMENTS
Kegiatan nobar ini bertepatan dengan Peringatan Hari Kependudukan Dunia tahun 2019 dan dihadiri 300 peserta dari berbagai kalangan
Setelah pemutaran film, acara dilanjutkan dengan dialog inspiratif seputar isu pernikahan dini. Dalam dialog itu disinggung, menurut data dari BKKBN, sebanyak 375 remaja di Indonesia menikah di usia dini. Dan pernikahan itu berangkat dari bermacam-macam alasan, mulai dari faktor lingkungan hingga masalah kemiskinan. Padahal, jika angka pernikahan dini bisa dikurangi, maka isu kemiskinan bisa jadi sedikit teratasi. Sebab, kebanyakan remaja yang terlibat dalam pernikahan dini ini mayoritas berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya rendah. Dan melakukan pernikahan dini, bisa jadi hanya akan memperpanjang pekerjaan rumah tentang kemiskinan.
Pada era Revolusi Industri 4.0 saat ini, tantangan pembinaan ketahanan remaja sangat kompleks, salah satunya rentannya remaja mengalami pernikahan di usia dini, kehamilan tidak diinginkan, dan terinfeksi penyakit menular seksual hingga aborsi yang tidak aman. Dan melalui pesan yang dibawa oleh film Dua Garis Biru ini, permasalahan tersebut sangat terwakilkan.
Salah satu program yang juga terus digencarkan oleh BKKBN adalah Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yaitu upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, dengan mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 21 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja tetapi mengusahakan agar kehamilan pertamapun terjadi pada usia yang cukup dewasa, sehingga angka kematian Ibu ataupun angka kematian bayi dapat ditekan.
Kegiatan nobar dan dialog interaktif ini terselenggara berkat kerja sama BKKBN, JHU CCP, Forum GenRe Indonesia dan diikuti oleh lebih kurang 300 peserta dari berbagai kalangan. Beberapa yang turut hadir di antaranya adalah Roslina Verauli sebagai Psikolog Anak, Remaja, dan keluarga; Gina S. Noer sebagai sutradara dan penulis cerita; CHand Parwez Servia, Rachel Amanda, Woro Srihastuti sebagai Direktur Direktorat Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga Bappenas; Danial Iskandar Yusuf sebagai Direktur Program Merial Institute; dan Ahmad Zubaedi sebagai Anggota Forum Antar Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan.