Sudah sejak lama Bahasa Inggris dipakai sebagai bahasa internasional. Mau di negara manapun, Bahasa Inggris jadi bahasa global yang banyak digunakan turis asing atau petinggi negara yang berkunjung ke negara lain untuk berkomunikasi. Bahkan Bahasa Inggris juga dipakai sebagai bahasa sehari-hari di banyak sekali negara, kecuali Indonesia.
Yup, di Indonesia sendiri Bahasa Inggris tak ubahnya hanya sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang harus kita kuasai teorinya. Praktiknya? Hmm… mohon maaf nih, kurang banget lo. Fakta ini diperkuat dengan data yang bilang kalau kemampuan berbahasa Inggris orang Indonesia tuh di bawah rata-rata kalau dibandingkan negara-negara Asia lain.
Seperti dilansir Republika, hasil penelitian EF English Proficiency Index (EPI) 2018, menunjukkan kalau tingkat kemahiran berbahasa Inggris Indonesia ada di peringkat 13 dari 21 negara di Asia. Miris nggak sih? Kira-kira kenapa ya kok rasanya susah banget mau ngomong pakai Bahasa Inggris di Indonesia? Mungkin ini sederet alasannya.
ADVERTISEMENTS
1. Bisa jadi karena setiap mau latihan ngomong Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, kita malah dicibir, dibilang sok Inggris lah, banyak gaya lah. Kalau begini terus, kapan majunya??
Mungkin kamu adalah satu di antara sekian banyak orang yang malas ngomong Bahasa Inggris karena takut dicibir. Entah dibilang sok Inggris, banyak gaya, atau yang baru-baru ini sering disinggung, sok-sokan kayak anak Jaksel (Jakarta Selatan). Padahal Bahasa Inggris nggak bisa dikuasai hanya dengan belajar teorinya aja lo. Praktiknya malah kayaknya paling penting deh. Soalnya percuma juga hafal ribuan kosa kata atau jago grammar kalau nggak dipakai buat ngobrol.
ADVERTISEMENTS
2. Namanya belajar, pasti ada salah-salahnya alias nggak bisa langsung benar semua. Tapi di Indonesia, kalau salah grammar atau salah ngomong malah diketawain dan jadi bahan gosip. Huh!
Pernah dengar istilah grammar nazi?
“Grammar nazi adalah sebutan untuk mereka yang sangat sensitif terhadap kaidah penggunaan bahasa yang salah.”
Para “polisi” grammar ini biasanya nggak segan untuk menegur kesalahan berbahasa Inggris orang lain di depan publik. Di Instagram sampai ada lo akun yang jadi grammar nazi caption-caption Bahasa Inggris seleb terkenal. Mungkin maksud dan tujuannya baik ya, buat ngasih tahu mana yang salah dan benar dalam caption si seleb itu. Tapi kebanyakan cara menegurnya malah kayak judgmental gitu.
Kesalahan si seleb diunggah di Instagramnya yang punya ribuan followers. Bukannya berterima kasih, si seleb mungkin malah jadi malu karena orang-orang jadi tahu kesalahan dia. Di kolom komentar juga jadi banyak yang menertawakan. Duh, kenapa ngasih tahunya nggak lewat DM aja sih?
ADVERTISEMENTS
3. Padahal orang bule aja bodo amat kalau tahu kita salah ngomong, grammar-nya ngawur, atau pronunciation-nya nggak tepat. Kenapa kita yang sama-sama orang Indonesia harus ngetawain?
Orang bule yang dari lahir udah ngomong Bahasa Inggris aja nggak peduli kok sama cara ngomong kita yang salah. Asal maksudnya bisa dimengerti, mereka sih oke-oke aja. Lah, kita yang baru jago Bahasa Inggris kemarin sore aja kok sok-sokan ketawa kalau ada orang salah ngomong. Sekarang coba dibalik aja deh, apa kita bakal ketawa kalau tahu orang bule salah ngomong Bahasa Indonesia? Pasti bakal maklum ‘kan? Mungkin itu juga yang ada di pikiran mereka pas tahu Bahasa Inggris kita salah. Jadi, nggak perlu lah malu-malu segala.
ADVERTISEMENTS
4. Belajar Bahasa Inggris di era modern kayak sekarang ini penting banget lo, Guys. Percaya nggak kalau tingkat kemahiran berbahasa Inggris itu bakal ngaruh ke pendapatan seseorang!
Gampangnya gini deh, semakin orang mahir berbahasa Inggris, semakin luas pula lingkungan pertemanan mereka, karena mereka nggak hanya akan bergaul dengan orang Indonesia, tapi juga warna negara global. Berdasarkan data EF EPI di atas, kemahiran berbahasa Inggris ini berpengaruh terhadap daya saing ekonomi serta perkembangan sosial dan inovasi lo. Negara yang penduduknya lebih mahir ngomong Bahasa Inggris, cenderung punya pendapatan yang lebih tinggi. Tentu saja hal ini berpengaruh juga terhadap pertumbuhan di bidang perdagangan dan teknologi suatu negara. Jadi makin maju deh.
Yuk lah mulai sekarang nggak usah ragu-ragu kalau mau ngobrol pakai Bahasa Inggris. Bisa dimulai dari lingkaran terkecil, misalnya keluarga. Coba bikin aturan atau kesepakatan ngobrol pakai Bahasa Inggris sehari dalam seminggu. Yang keceplosan pakai Bahasa Indonesia bakal dapat hukuman, misalnya membersihkan WC, atau yang lain. Salah pun nggak masalah, yang penting berani dulu buat mencoba.
Buat kalian yang sudah merasa jago atau nilai TOEFL atau IELTS-nya selangit, nggak perlu deh ngetawain mereka yang masih belajar. Mengoreksi boleh aja, tapi kalau bisa jangan di depan publik, atau pakai ngetawain lah, biar yang ditegur nggak malu.