Mungkin benar kata Agnes Monica, bahwa cinta kadang-kadang tak ada logika. Bukan kadang, tapi sering. Di dunia asmara, sudah umum dikatakan kalau cinta itu buta. Orang yang sedang jatuh cinta punya pola pikir yang berbeda dengan orang kebanyakan. Itu juga sebabnya mungkin kamu sering nggak habis pikir dengan sikap temanmu yang sedang jatuh cinta. Terkadang kok temanmu itu seolah-olah buta karena tidak bisa melihat kalau pasangannya itu sebenarnya nggak cukup layak dipertahankan.
Selama ini banyak yang percaya bahwa cinta adalah urusan hati. Tapi sebagian orang menyebutkan bahwa cinta itu semata reaksi kimia yang terjadi di otak manusia. Hmm, itu artinya, proses cinta-mencintai juga bisa dijelaskan seperti proses pernapasan dan peredaran darah. Nah kalau kamu penasaran kenapa ada orang yang bisa cinta gila sampai cinta mati, ternyata ada lho penjelasan ilmiahnya. Nih ulasan khusus Hipwee News & Feature buat yang suka gagal paham kenapa cinta itu seringkali buta.
ADVERTISEMENTS
Saat jatuh cinta, otak kita memproduksi berbagai macam hormon kebahagiaan. Itulah jawaban kenapa hati terasa berbunga-bunga saat jatuh cinta
Jatuh cinta, berjuta indahnya
Biar hitam biar putih manislah tampaknya
Dua baris lagu Titiek Puspa di masa lalu sudah cukup menjelaskan intinya. Dalam sebuah penelitian di University College London, terbukti bahwa ada reaksi yang terjadi di sel-sel syaraf di otak kita saat jatuh cinta. Reaksi tersebut berupa lebih aktifnya bagian otak yang disebut ‘reward system’, yang berperan dalam menciptakan efek euforia.
Kamu pasti sudah tahu bahwa jatuh cinta bikin bahagia? Soalnya ketika seseorang jatuh cinta, otak terbukti memproduksi lebih banyak oksitosin, dopamin, serotonin, testoteron, dan hormon-hormon bahagia lainnya. Karena itulah kalau lagi jatuh cinta, melihat dia di kejauhan saja sudah bikin kamu tersenyum bahagia. Anehnya kalau ditanya kenapa, kamu susah menjawabnya. Ya ternyata karena kadar serotonimu meluber ke mana-mana.
ADVERTISEMENTS
Saat jatuh cinta, neuron otak kita juga terkoneksi dengan si dia. Karena itulah yang membuat kamu seolah mengenal dia melebihi yang lainnya
Saat jatuh cinta, seolah-olah kita begitu mengenal pasangan. Padahal baru kenal beberapa bulan, kamu bisa merasa sudah memahami dia luar dalam. Neuron di otaklah yang bertanggung jawab atas itu semua, karena membuat kita terkoneksi dengan pasangan. Itu juga yang membuat kamu selalu mengelak “Ah, dia nggak gitu kok orangnya”, saat seseorang menceritakan fakta negatif tentang pasanganmu. Karena koneksi tak kasat mata itu, kamu jadi merasa lebih mengenal dan memahami dia dibanding yang lainnya. Yah, yang sedang jatuh cinta sih bebas ya.
ADVERTISEMENTS
Di sisi lain, bagian otak yang berperan atas kewaspadaan justru tertidur pulas. Itulah kenapa kita bisa jatuh cinta sampai tergila-gila
Sementara hormon bahagia meluber ke mana-mana, jatuh cinta ternyata malah seringkali mematikan salah satu bagian otak. Bagian ini yang berperan dalam membuat penilaian, serta segala hal yang sifatnya negatif seperti diskriminasi, curiga, dan kewaspadaan. Artinya otak manusia bekerja menjaga mood baik, sehingga hal-hal negatif tidak mampu menggoyahkan suasana. Itulah kenapa orang bisa sampai tergila-gila. Apa pun yang terjadi, pokoknya tetap cinta. Karena reaksi kimia yang sifatnya ‘magic-making’ ini jugalah kenapa orang bilang, menasihati orang jatuh cinta bagai menggarami lautan. Percuma.
Nah kombinasi antara serotonin dan dopamin yang berlebihan ditambah sisi kewaspadaan yang tidur panjang, jadilah konsep yang kita kenal sekarang. Cinta itu buta, karena bisanya melihat yang ‘indah-indah’ saja. Fakta menarik lainnya adalah, konsep ‘buta’ ini tak hanya untuk cinta yang sifatnya eros alias antara pasangan, melainkan juga tentang cinta ibu kepada anaknya yang sepanjang masa.
ADVERTISEMENTS
Sensai seperti sihir dalam otak ini bisa berhenti bekerja saat hubungan mulai diwarnai gejolak. Saat luka, marah, dan cemburu datang, mata kembali terbuka
Ketika di tengah jalan, riak-riak kecil hubungan mulai berdatangan, saat itu perlahan-lahan sensasi sihir di otak yang membuat segalanya indah akhirnya mulai pudar. Kadar hormon kebahagiaan mulai berkurang, sehingga kamu mampu merasakan marah, sedih, cemas, sedih, dan emosi negatif lainnya. Terhentinya ‘magic-making’ di otak, sekaligus membuat matamu terbuka. Sehingga kelak ketika kamu mengakhiri hubungan dan melakukan refleksi atasnya, kamu akan berpikir: ‘Kok bisa sih aku nggak bisa baca tanda-tandanya sejak dulu?’. Dan ujung-ujungnya kamu akan berpikir ‘Kok bisa sih aku dulu cinta sama dia?’. Yah, begitulah cinta dengan segala misterinya.
Namun ada yang bilang ini bukanlah akhir dari cinta, melainkan justru awal dari cinta yang sesungguhnya. Ketika relasi baru yang tidak melulu didominasi oleh pikiran yang buta, kamu dan dia bisa menghubungkan kembali dua hati yang sempat renggang. Dari situ lah cinta yang lebih mampu dinalar bisa kamu rasakan.
Wah, ternyata benar ya cinta bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan. Yah, terserah sih percaya atau tidak. Karena bagi sebagian orang, cinta adalah sesuatu yang sangat agung sehingga perlu dipertahankan sisi tak-terjelaskannya. Tapi namanya cinta, tetaplah cinta. Meski sudah diteliti dan dijelaskan dengan berbagai teori, seperti kata Kahlil Gibran, tetap saja cinta adalah misteri.