Aksi terorisme di New Zealand minggu lalu masih berbuntut panjang. Selain jadi mendorong Perdana Menteri New Zealand mengeluarkan kebijakan baru terkait pelarangan senjata api di sana, kejadian tragis itu juga bikin sejumlah negara jadi mempertimbangkan untuk melarang game yang banyak mengekpos kekerasan, seperti PlayerUnknown’s Battlegrounds atau PUBG.
Belum lama ini, dilansir dari Vice, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat kabarnya sedang menggodok rencana menerbitkan fatwa haram game PUBG. Alasannya karena beredar kabar kalau pelaku penembakan di New Zealand kemarin terinspirasi dari game tersebut. Meski pada akhirnya berita itu dikonfirmasi sebagai hoax, tapi mungkin rencana melarang PUBG itu nggak buruk-buruk amat sih…
MUI Jabar kabarnya sedang mengkaji fatwa haram game PUBG, sebagai respon atas kasus penembakan di New Zealand kemarin
Banyak orang menyangka kalau pelaku aksi terorisme di New Zealand kemarin terinspirasi dari game perang PUBG. Namun setelah ditelaah dari manifesto yang ditulisnya sendiri, kabar itu rupanya cuma hoax. Menanggapi hal ini, MUI Jabar kabarnya langsung mempertimbangkan perlunya fatwa haram untuk PUBG. Menurut Rahmat Syafei, ketua MUI Jabar, pihaknya perlu meneliti dulu gimana sebenarnya dampak dari game ini. Intinya sih selama sesuatu itu bisa memberi efek negatif secara luas, apalagi sampai memicu tindak kekerasan, pasti MUI bakal melarang.
Kemungkinan penolakan game PUBG nggak cuma datang dari Indonesia aja, banyak negara yang malahan sudah jelas-jelas melarang game ini. Penolakannya udah level global!
Negara mayoritas muslim lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, juga sedang sibuk berdiskusi menggagas pelarangan PUBG. Di sana ada pihak yang setuju, dan ada yang nggak. Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Syed Saddiq, yakin kalau aksi terorisme nggak ada hubungannya sama game tembak-tembakan seperti PUBG. Menurutnya, tindakan terorisme dan ekstremisme itu sudah ada bahkan sejak sebelum game-game itu lahir.
Nggak seperti Indonesia dan Malaysia, negara-negara seperti India, Lebanon, dan Pakistan sudah jelas-jelas melarang PUBG. Malah negara bagian di India, Gujarat, sudah mengharamkan game itu sejak awal tahun 2019 lalu. Siapa pun yang ketahuan main PUBG bakal digelandang polisi. Selama Februari-Maret 2019, kabarnya sudah ada 16 orang yang berurusan sama polisi gara-gara main PUBG.
Memang rada nggak masuk akal kalau kita menyalahkan PUBG sepenuhnya atas kejadian terorisme. Tapi kalau melihat dampak buruk lainnya, larangan game penuh kekerasan seperti ini mungkin bisa dipertimbangkan
Perilaku terorisme tentu nggak muncul begitu saja dari dalam diri seseorang cuma gara-gara dia hobi main PUBG –atau game lain serupa. Jelas banyak faktor lain yang memicunya, seperti ideologi, latar belakang, atau pengaruh lingkungan. Tapi usulan buat melarang game PUBG nggak bisa juga ditolak mentah-mentah. Di India, pernah ada orang menyakiti diri sendiri cuma karena nggak bisa meraih ‘chicken dinner’ di game itu. Ada juga remaja bunuh diri setelah orangtuanya melarang main PUBG. Dan nggak sedikit yang sampai lupa daratan karena keasyikan main.
Sadar kalau game bikinannya banyak dilarang di negara-negara dunia, PUBG Mobile merilis pernyataan yang intinya sih menjelaskan kalau game itu murni diciptakan untuk hiburan. Mereka juga sedang bekerja buat menyosialisasikan sistem main game yang lebih sehat, termasuk rencana membatasi waktu bermain buat pemain-pemain di bawah umur. Hmm, semoga aja segera ada jalan keluar dari masalah ini ya~