Ada banyak hal dalam hidup anak muda kiwari yang mungkin nggak dimengerti para orang tua. Nggak usah yang rumit seperti childfree deh, perkara desain dan model rumah saja sering mengganggu pikiran mereka. Berbagai pertanyaan menumpuk saat mengetahui model rumah kekinian tak sesuai selera zaman mereka. Horor bagi para orang tua jika model rumah seperti itu yang akan dihuni sang anak kelak.
Sebagai anak, laku paling bijak menghadapi hal tersebut adalah dengan menjawabnya. Tentu saja jawaban yang diberikan harus masuk akal agar orang tua mengerti. Urungkan niat menjawab pertanyaan, “Kenapa sih, model rumah sekarang begini?” dengan “Ya, kan lagi ngetren”. Orang tua butuh diberi pengertian. Pandangan generasi mereka terhadap hunian jelas berbeda dengan generasi hari ini.
Lantas, seperti apa perbedaan pandangan antara orang tua dan anak muda terkait model rumah?
ADVERTISEMENTS
“Model rumah anak muda sekarang kurang megah. Sederhana bangettt!”
Untuk memahami pernyataan di atas, harus diketahui kalau megah versi orang tua kita cenderung mengarah kepada rumah model klasik kolonial. Itu lo, rumah dengan pilar megah layaknya istana yang sering muncul dalam sinetron. Sementara bagi generasi muda kekinian, rumah idaman nggak melulu berfokus pada tampilannya, melainkan fungsi. Ini menyusul gaya hidup minimalis yang kian populer.
Kebanyakan orang tua menilai model rumah kekinian “hanya begitu-begitu saja” karena objek yang ditonjolkan begitu minim. Nggak ada pilar-pilar megah dan tangga melingkar. Padahal sebenarnya, hunian kekinian itu kaya fungsi. Poin ini sekaligus dapat menjawab mengapa model rumah kekinian kadang nggak punya ruang tamu khusus, karena satu ruang bisa ditujukan untuk berbagai aktivitas.
Penerapan konsep minimalis ini sebenarnya sudah bisa kita temukan sejak zaman dulu pada hunian Jawa, lo. Seperti bisa diamati, konsep hunian Jawa kerap bersifat luwes dan kosong karena mengutamakan aktivitas manusia pada sebuah ruang. Sebagai contoh, amben memiliki fungsi sebagai tempat menerima tamu, bekerja, belajar, hingga tidur.
ADVERTISEMENTS
“Rumah anak sekarang kekecilan. Bukannya di masa depan butuh lebih banyak ruangan?”
Ini adalah fakta tak terbantahkan dari hunian kekinian. Rumah kecil berukuran kurang dari 100 meter persegi dengan tiga kamar memang mendominasi pasar properti untuk generasi muda. Popularitas rumah mungil ini disebabkan oleh harga tanah dan bangunan yang terus melonjak, sementara kebanyakan dari anak muda merupakan generasi sandwich. Rumah mungil adalah pilihan mutlak selain ngontrak.
Akan tetapi, nggak semua generasi muda memilih hunian mungil karena alasan finansial. Perubahan sosial, seperti banyak dari generasi muda yang saat ini punya prinsip dua anak cukup atau bahkan memilih menjalani hidup childfree, juga jadi alasan mengapa mereka nggak harus punya rumah yang luas meski mampu.
Rumah yang luas kini bukan lagi menjadi standar hidup layak. Kalau orang tua kita dulu mendambakan rumah yang luas karena punya banyak anak, generasi muda sekarang tidak punya alasan yang sama untuk itu.
ADVERTISEMENTS
Orang tua jadi sering bingung, kenapa sih kok rumah nggak ada ruang tamu? Belum lagi, dapur yang terlalu terbuka
Perbedaan gaya hidup juga memengaruhi pandangan orang tua dan anak terkait model rumah. Saat ini, anak muda yang berada di usia produktif merupakan generasi sibuk. Mobilitas mereka cukup tinggi. Mengesampingkan fakta pandemi Covid-19, rumah bagi mereka bisa dibilang hanya sekadar tempat istirahat.
ADVERTISEMENTS
Kamu sedang membaca konten eksklusif
Dapatkan free access untuk pengguna baru!