Tahun 2019 tampaknya bukan tahun yang baik bagi kesejahteraan ikan-ikan di laut. Setelah berita seekor ikan paus yang lagi-lagi ditemukan mati karena menelan 40 kg sampah plastik di Filipina, baru saja dilaporkan ada 110 ekor ikan hiu mati mendadak di sebuah penangkaran di Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah. Menurut pemilik penangkaran tersebut, Cun Ming, kematian massal ikan hiu itu sebenarnya telah terjadi sekitar 2 minggu lalu sebagaimana dilaporkan Kompas. Namun kisah dan foto-foto tragis seperti tumpukan puluhan ikan hiu mati yang teronggok bersama sampah baru beredar luas kemarin.
Selain bikin prihatin, orang-orang jelas banyak yang penasaran kenapa bisa ikan-ikan hiu itu bisa mati mendadak dan secara bersamaan.
ADVERTISEMENTS
Telah membuka penangkaran hiu sejak tahun 1960, pemiliknya mengaku ia baru pertamakali mengalami kejadian seperti ini. Jerih payahnya memelihara ikan hiu selama puluhan tahun, hilang seketika
Selama lebih dari 50 tahun menangkarkan ikan hiu di Karimunjawa, Cun Ming mengaku baru pertamakalinya kejadian seperti ini terjadi. Dua minggu lalu, tepatnya pada hari libur 7 Maret 2019 kemarin jam 04.00 pagi, pegawainya melaporkan bahwa 110 ekor ikan hiu dan beberapa ikan jenis lainnya ditemukan mati mengapung di kolam-kolam penangkaran yang terletak di Pulau Menjangan Besar, Karimunjawa. Selain ikan-ikan hiu dewasa yang sudah berukuran besar, beberapa indukan ikan juga ditemukan mati. Padahal kalau indukannya mati, masih dilansir dari Kompas, Cun Ming menjelaskan akan butuh proses yang sangat lama untuk kembali mengembangbiakkan ikan-ikan tersebut.
Kini hanya ikan-ikan hiu kecil yang tersisa di penangkaran Hiu Kencana milik Cun Ming. Jerih payahnya selama puluhan tahun seakan-akan hilang seketika.
ADVERTISEMENTS
Selain mengirim sampel air kolam dan daging ikan hiu yang mati juga telah dikirim ke laboratorium, pemilik juga telah melaporkan kasus ini ke Polda Jateng untuk diusut lebih lanjut
Melihat ratusan ikan yang ia pelihara mati seketika, Cun Ming langsung berusaha mencari tahu akar masalahnya. Ia mengirim sampel air kolam dan daging ikan hiu ke laboratorium di Jepara untuk diteliti. Menurut penjelasan pemilik penangkaran itu, kepala laboratoriumnya menjelaskan bahwa tidak mungkin ikan hiu besar mati mendadak seperti itu karena penyakit. Terlebih lagi jumlahnya mencapai ratusan. Maka dari itu, Cun Ming curiga penyebabnya bukan penyakit, tapi ‘ada orang yang tidak senang’ sebagaimana dikutip Kompas. Ia juga telah melaporkan kasus ini ke Polda Jateng untuk diselidiki lebih lanjut.
ADVERTISEMENTS
Kejadian ini diklaim pemerintah tidak akan mengganggu pariwisata di Karimunjawa. Apalagi sebenarnya aktivitas ‘berenang bersama hiu’ yang dulu sangat populer, sudah ditutup untuk umum sejak Juni 2018
Meskipun peristiwa ini sangat dramatis, Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKj) Agus Prabowo, menjelaskan peristiwa ini tidak akan mengganggu jalannya pariwisata di Karimunjawa. Pasalnya, aktvitas ‘berenang bersama hiu’ yang sempat jadi icon dan tujuan wisata populer di kepulauan tersebut sebenarnya sudah ditutup untuk umum sejak Juni 2018. Mulai saat itu, pengelola dilarang untuk membuka kolam penangkaran untuk wisata. Keputusan itu diambil karena ada beberapa kejadian di mana wisatawan yang berenang dengan hiu akhirnya terluka karena digigit. Kayaknya sih itu berarti, meski sudah lama ada di penangkaran, ternyata ikan hiu itu tidak bisa sepenuhnya jinak.
Aktivitas ‘wisata’ yang sempat jadi primadona di Karimunjawa itu kini telah ditutup. Makanya wajar sih kalau orang bertanya, terus penangkaran hiu yang masih ada di Karimunjawa itu untuk apa ya? Toh sudah tidak boleh dibuka untuk wisata…
ADVERTISEMENTS
Penangkaran hiu memang dari sebenarnya pembahasan yang kontroversial, apalagi untuk wisata. Selain faktor keselamatan pengunjung, ada juga pertanyaan apakah itu konservasi atau eksploitasi
Ikan-ikan hiu yang ada di penangkaran Cun Ming memang bukan termasuk spesies yang harus dilindungi, jenisnya adalah hiu karang hitam dan karang putih, tetapi secara umum alasan di balik penangkaran ikan-ikan buas tidak dihabitat aslinya ini memang perlu dikulik lebih jauh. Menanggapi kematian ratusan ikan hiu di Karimunjawa ini, koordinator World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, Dwi Ariyoga Gautama sebagaimana dikutip dari laman Detik, menjelaskan bahwa ikan hiu sebaiknya tidak berada di penangkaran. Apalagi jika ternyata ikan-ikan hiu yang berada di dalam penangkaran tersebut sebenarnya hasil tangkapan dan hanya dipindah lokasi ke kolam-kolam air laut, bukan dikembangbiakkan.
Dulu sewaktu wisata ‘berenang bersama hiu’ sedang populer-populernya di Karimunjawa, banyak juga petisi atau gerakan untuk menghentikan praktik yang sebagian orang yakini sebagai bentuk eksploitasi hewan. Seperti laman petisi di Change.org ini. Tapi terlepas dari masalah etis dan tidak etisnya keberadaan penangkaran ikan hiu di Karimunjawa, sepertinya semua pihak termasuk WWF setuju kalau kasus (kematian 110 ekor ikan hiu) ini harus diusut tuntas. Semoga saja ya segera diketahui kenapa ikan-ikan malang itu bisa mati mendadak…