Kabar kerusakan terumbu karang di Raja Ampat masih hangat terdengar di sekitar kita. Beberapa hari yang lalu, kapal pesiar Caledonian Sky menabrak karang indah di Raja Ampat yang mengakibatkan kerusakan parah. Belum tuntas perkara di Raja Ampat, giliran taman karang alami terbesar dunia The Great Barrier Reaf yang jadi headline berita dunia. NYTimes melaporkan bahwa kekayaan alam paling terkenal Australia ini mengalami kerusakan terparah sejak tahun 1998. Sekitar 50% karang warnanya berubah putih pucat serta hilangnya biota di atasnya jadi pertanda bahwa terumbu karang di sana sudah sekarat.
Sedih sih melihat nasib terumbu karang di dunia. Ternyata selain Raja Ampat, kerusakan juga turut terjadi di belahan dunia lainnya. Kalau nggak ditabrak kapal, pemanasan global yang membunuhnya. Sedih…
ADVERTISEMENTS
Kasus di Raja Ampat adalah contoh kerusakan karang karena ulah manusia. Tabrakan kapal merusak lebih dari 13.522 meter persegi terumbu karang!
Raja Ampat sangat terkenal dengan suguhan pemandangan laut nan indah. Airnya yang jernih serta kehidupan biota lautnya yang ramai dan berwarna-warni jadi daya tarik utama. Namun seperti yang sudah kamu tahu, terumbu karang indah yang ada di sana kemarin rusak karena ulah manusia.
Kejadiannya memang tidak disengaja. Kapal tersebut menabrak karang karena tak memperkirakan kondisi peraian di sana. Namun tetap saja terumbu karang Raja Ampat rusak parah karena kelalaian SOP awak kapal Caledonian Sky yang menabraknya. Lihat dampaknya. Lebih dari 13.522 meter persegi terumbu karang. Kerugiannya pun tak bisa diganti dengan materi. Meski pihak Caledonian Sky bersedia mengganti rugi dengan nominal Rupiah, namun pemulihan karang di sana butuh waktu hingga puluhan tahun.
Kerusakan terumbu karang di Raja Ampat nggak bisa diganti dengan uang sebesar apapun!
ADVERTISEMENTS
Tidak perlu ditabrak kapal pesiar saja, terumbu karang dunia sudah sekarat. Yang paling mengejutkan adalah kerusakan di The Great Barrier Reaf akibat kenaikan suhu laut tahun 2016
Belum selesai cerita soal karang Raja Ampat, dunia harus dihadapkan dengan temuan bahwa sebagian besar wilayah di taman terumbu karang terbesar dunia, The Great Barrier Reaf yang berada di Australia dinyatakan telah mati. Kabar ini jelas menambah suram masa depan kehidupan laut bumi. Kalau kasus Raja Ampat rusak karena ditabrak kapal, Great Barrier Reaf lebih kompleks lagi.
“Pemasan global bukanlah ancaman di masa depan. Di kawasan The Great Barrier Reef, efek pemanasan global sudah berlangsung selama 18 tahun terakhir!” – Terry P. Hughes, Direktur Coral Reaf Study, James Cook University
Ekosistem yang paling sensitif akan kenaikan suhu global adalah ekosistem laut, terutama terumbu karang. Sedikit saja kenaikan suhu, terumbu karang yang tadinya berwarna-warni akan langsung berubah jadi putih. Ditambah lagi polusi tambahan dari daratan, para peneliti dengan pesimis mengatakan bahwa kekayaan alam terbaik Australia ini mungkin tak akan lagi bisa kembali indah seperti dulu. Padahal lebih dari 70 ribu warga Australia yang bekerja di sektor pariwisata sangat bergantung pada deretan karang alami ini. Deretan karang yang dulu saking indahnya sampai terlihat dari luar angkasa, sekarang berubah putih kusam.
ADVERTISEMENTS
Jika manusia dan pemanasan global terus ‘bekerja sama’ menghancurkan karang, pemandangan indah bawah laut sebentar lagi mungkin hanya tinggal sejarah
“Kami tidak menyangka akan ada kerusakan separah ini pada The Great Barrier Reaf. Setidaknya dalam 30 mendatang,” ujar Hughes, dikutip dari NYTimes.
Meskipun yang merusak The Great Barrier Reaf adalah pemanasan global, namun yang mempercepat proses pemanasan global tersebut pada akhirnya juga manusia. Mulai dari sampah, produksi emisi karbon berlebih hingga pola hidup manusia yang terlalu banyak merusak alam jadi penyebabnya. Memang sih suhu bumi naik setiap tahunnya secara alami, namun tingkah kitalah yang mempercepatnya.
Karena perilaku manusia yang merusak alam dan memproduksi polusi yang kelewat batas, suhu bumi jadi mengalami kenaikan. Tak terkecuali bagian lautnya. Suhu laut yang biasanya dingin dan tiba-tiba memanas mengakibatkan rusaknya kehidupan biota laut di sana. Belum lagi ulah keteledoran manusia yang tak sengaja menabrak karang, ini juga turut andil dalam merusak terumbu karang. Baik di Raja Ampat, The Great Barrier Reaf maupun taman terumbu karang lain di dunia.
Karena itu mari kita ubah perilaku kita. Mari kita jaga sama-sama kehidupan biota laut di bumi. Biar nanti anak cucu kita bisa ikutan menikmati indahnya. Bukan cuma lihat di film dokumenter atau Finding Nemo, ‘kan sedih 🙁