Memakai pakaian perempuan, bedak, dan gincu tidak ketinggalan, lalu meliuk-liuk membuat tarian untuk hiburan. Itulah yang sehari-hari dilakukan oleh para Bacha Bazi. Secara harfiah Bacha Bazi artinya “boy play” yang barangkali bisa diartikan waktu untuk ‘bermain-main’ dengan anak lelaki. Sebuah tradisi di Afghanistan di mana anak laki-laki yang masih berusia belasan harus berdandan dan menari demi menghibur pria dewasa.
Di Afghanistan, tradisi ini sudah menjadi rahasia umum. Artinya, meski kontroversial dan dilarang namun masih sering dilakukan oleh banyak orang. Tradisi ini sering dianggap sebagai prostitusi anak dan kekerasan seksual kepada anak. Sebab tak hanya menari saja, anak-anak berusia belasan tahun ini juga harus menjadi budak seks. Kali ini Hipwee News & Feature ingin membawamu mengintip sejenak salah satu tragedi kemanusiaan yang sepertinya luput dari perhatian dunia.
ADVERTISEMENTS
1. Para Bacha Bazi ini umumnya berusia 10-18 tahun. Kebanyakan diculik, ada juga yang dijual oleh keluarga karena didorong oleh kemiskinan
Dimiliki bagai properti via www.neonmag.fr
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Kondisi negara Afghanistan paska perang yang berantakan, juga jadi faktor. Sebab selain diperjualbelikan, mereka juga dipungut dari anak-anak terlantar di jalanan
Anak-anak dipungut dari jalanan dijadikan budak via i2.wp.com
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Mereka diharuskan untuk menari, menghibur para pria yang lebih dewasa. Tak mau menari berarti harus siap dipukuli
Dipelihara untuk menari dan menghibur via www.express.co.uk
4. Mereka memang tidak dibayar sebagaimana pelaku prostitusi. Tapi mereka dipelihara dan dicukupi kebutuhannya oleh sang pemilik
Tidak dibayar, tapi dipelihara
5. Terkadang mereka diharuskan juga berdandan dan memakai berbagai aksesoris layaknya perempuan
Harus berdandan seperti perempuan via s-media-cache-ak0.pinimg.com
6. Praktik Bacha Bazi tak berhenti di ranah hiburan. Sebab setelah menari, anak-anak ini terkadang digiring ke ruang privat untuk dijadikan budak seksual
Terkadang berlanjut pada pelecehan seksual via i.dailymail.co.uk
7. Menurut Afghanistan Independent Human Rights Commission, anak-anak korban Bacha Bazi ini mengalami trauma mental. Tak sedikit juga yang tumbuh dewasa dan ganti menjadi pemilik Bacha Bazi selanjutnya
Para korban mengalami tekanan mental via dapolemics.com
8. Melarikan diri juga susah. Selain membahayakan nyawa, anak-anak ini juga tak punya kemampuan apa-apa. Terlebih sokongan pemerintah terhadap pelarian Bacha Bazi belum terlihat
Melarikan diri pun susah via i.dailymail.co.uk
9. Awal mulanya tradisi Bacha Bazi adalah karena adanya larangan anak perempuan untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan publik. Apalagi menari
Anak-anak laki-laki sebagai pengganti wanita penghibur via www.womanaroundtown.com
10. Alih-alih dianggap sebagai praktik homoseksual yang sangat dilarang dalam Islam, Bacha Bazi lebih dianggap sebagai praktik budaya
Dianggap sebagai praktik budaya via i.dailymail.co.uk
11. Karena itulah meski sudah dilarang, Bacha Bazi masih tetap ada. Karena pemilik dan penikmatnya adalah polisi, jenderal, politikus, pejabat, dan orang-orang besar
Susah dihentikan karena dilakukan oleh orang-orang besar via i.ytimg.com
12. Di bawah pemerintahan Taliban, pelaku Bacha Bazi bisa diberi hukuman mati. Setelah Taliban tumbang, praktik Basha Bazi kembali merebak
Kembali merebak setelah Taliban terdesak via www.daffodilsafrica.com
Berbicara soal tradisi terkadang memang susah-susah gampang. Bagaimanapun apa yang kini dianggap pelanggaran itu sudah turun temurun dilakukan. Mungkin karena itu juga praktik Bacha Bazi di Afghanistan ini tetap saja ada meski sudah dilarang. Tentunya pemerintah Afghanistan baik seluruh organisasi masyarakatnya harus berusaha lebih keras lagi untuk menyadarkan warga atas polemik tradisi ini. Karena sungguh miris bila demi tradisi yang kemudian diselewengkan, masa kecil anak-anak ini dirampas dan masa depannya terancam.