Kapan pertama kali merokok?
Coba deh tanyakan hal itu ke diri sendiri, teman, saudara, atau orang tua yang merokok. Kebanyakan orang mulai merokok waktu SMP sampai SMA, masa dimana anak remaja ini penasaran dengan hal-hal baru di sekitarnya. Hal ini diperkuat juga dengan fakta bahwa 20% remaja usia 13 – 15 tahun adalah perokok. Nggak heran ‘kan kalau Indonesia adalah pasar rokok tertinggi di dunia.
Nah, beberapa waktu lalu ini muncul video orang dewasa mengajarkan anak-anak merokok yang jadi viral di Indonesia. Video ini direkam oleh seorang motovlogger asal Lampung dan jadi viral setelah diunggah di Instagram. Kenyataan ini bikin masyarakat terutama orang tua jadi kaget dan resah. Yang bikin masyarakat gemes adalah orang dewasa yang mengajari anak merokok ini malah sok sibuk ketika ditegur sama motovlogger tersebut. Hal ini jelas bikin khawatir. Yuk simak ulasannya bersama Hipwee News & Feature.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Kasus anak dibawah umur yang merokok ternyata nggak cuma sekali ini terjadi di Indonesia. Sebelumnya ada Aldi, balita yang video merokoknya juga viral.
Aldi Suganda, balita usia 2 tahun ini bisa menghabiskan 40 batang rokok sehari! Sejak Aldi masih berusia 11 bulan, ia sudah mulai merokok. Jika dia tidak diberi rokok, Aldi akan membentur-benturkan kepalanya ke benda lain. Kejadian itu nggak hanya viral di Indonesia aja, tapi juga di kancah internasional.
Bayangkan aja, jika anak usia 11 bulan biasanya ngambek kalau nggak dikasih dot, Aldi sudah jago merokok dan marah kalau tidak diberi rokok. Namun, seperti dilansir dari CNN, pada akhirnya, Aldi bisa melepas ketergantungannya terhadap rokok setelah melalui rehabilitasi.
ADVERTISEMENTS
Salah satu penyebab anak mulai merokok di usia dini adalah orang tuanya. Kebanyakan anak yang merokok juga memiliki orang tua yang perokok lho.
Pengaruh orang tua terhadap kebiasaan anak merokok ternyata besar lho. Menurut American Journal of Public Health, sebanyak 38% anak yang memiliki orang tua perokok pernah mencoba merokok. Bisa dilihat kan bahwa orang tua yang merokok punya risiko lebih besar memiliki anak yang perokok juga.
ADVERTISEMENTS
Anak-anak juga gampang banget untuk mendapatkan rokok. Nggak ada yang tanya umurnya berapa, asal punya duit, mereka bisa beli rokok
Siapa nih yang waktu masih SD atau SMP, orang tuanya sering minta tolong untuk dibelikan rokok? Padahal ada lho peraturan pemerintah yang mengatur soal penjualan rokok. Menurut PP 109 Tahun 2012 Pasal 25, rokok nggak boleh dijual kepada anak dengan usia dibawah 18 tahun dan juga kepada ibu hamil. Tapi buktinya, anak SD masih dilayani kan sewaktu membeli rokok.
Minta tolong anak untuk membelikan rokok sebenarnya sudah jadi langkah pengenalan anak terhadap rokok lho. Mereka jadi tahu bahwa mendapatkan rokok itu mudah. Nggak ada yang curiga atau tanya-tanya soal rokoknya lebih lanjut dengan menjawab, “Rokoknya buat Bapak, kok. Tadi Bapak minta saya beli rokok.” Kalau sudah begini, anak bisa beli rokok untuk dirinya sendiri dengan alasan dimintai tolong beli rokok.
ADVERTISEMENTS
Padahal, anak-anak yang udah merokok dari usia dini ini punya banyak risiko penyakit. Mungkin nggak sekarang, tapi ada efek jangka panjangnya, salah satunya kanker pita suara yang dialami oleh Robby.
Ingat ‘kan dengan Robby, pria yang menggemparkan masyarakat karena mengalami kanker laring hingga pita suaranya terpaksa diambil, Lehernya pun berlubang karena operasi tersebut. Bahkan ia mengalami kesulitan berbicara. Ternyata, hal tersebut terjadi karena Robby adalah seorang perokok aktif yang mulai merokok sejak SD hingga menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 26 tahun akibat kanker tersebut.
Dampak buruk rokok memang nggak terasa sekarang, saat baru mulai merokok. Tapi merokok punya resiko jangka panjang bagi perokok. Mulai dari penyakit paru-paru sampai kanker, semua itu bisa jadi penentu hidup dan mati para perokok tersebut.
ADVERTISEMENTS
Sebenarnya peran orang tua untuk mengarahkan anak agar tidak merokok itu penting, bahkan sudah ada aturan hukumnya. Tapi penerapannya gimana ya?
Orang tua yang mengajari anak merokok bisa dapat hukuman penjara hingga 6 bulan karena bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Dalam aturan hukum tersebut, dijelaskan bahwa orang tua wajib melindungi anaknya, termasuk dari bahaya merokok. Tapi kenyataannya, orang tua malah menjadi contoh pertama sehingga anak menjadi perokok dan tidak ada sangsi hukum yang benar-benar diimplementasikan.
Semua kembali lagi ke peran orang tua untuk bisa memutus permasalahan rokok pada anak yang sudah lama belum terselesaikan. Kuncinya terhadap bagaimana orang tua bisa menjadi contoh yang baik untuk anak-anak.