Setiap orang pasti pernah bermimpi atau merasakan pengalaman bawah sadar dalam tidurnya. Bermimpi adalah aktivitas unik, sebab kita nggak pernah bisa menebak siapa yang akan datang dalam mimpi dan seperti apa ceritanya. Uniknya lagi, kita terkadang lupa alur cerita dalam mimpi saat terbangun. Nggak jarang, kebanyakan orang kemudian menerka-nerka apa maksud mimpi yang dialaminya. Makanya banyak yang akhirnya mencari bantuan penafsir mimpi atau sekadar menceritakan mimpinya pada teman-teman terdekat.
Nah ada penelitian yang cukup menarik nih tentang kebiasaan menceritakan mimpi kepada orang lain. Berdasarkan studi ilmiah, seorang profesor dari Institute of Cognitive Science, Carleton University, menyarankan kita untuk nggak menceritakan mimpi semalam kepada orang lain. Bukan karena kepercayaan bahwa mimpi yang diceritakan pada orang lain nggak bakal terwujud, sebagaimana dilansir dari Scientific American, tapi justru buat kesehatan pikiran kita. Kok bisa ya?! Agar kamu lebih bisa memahami maksudnya, berikut Hipwee News & Feature sajikan hasil temuan dari Profesor Jim Davis.
ADVERTISEMENTS
Ceritanya suka random abis, mimpi ternyata bisa dijelaskan secara ilmiah. Mimpi tuh interpretasi dari aktivitas acak saraf tulang belakang dan otak kecil yang menyebabkan mimpi seringkali jadi sangat aneh
Jim Davis memaparkan teori mengenai alasan kenapa kita bisa bermimpi dan kenapa mimpi terasa begitu menarik untuk diceritakan. Menurut teori aktivasi sintesis, mimpi sebenarnya nggak berarti apa-apa, hanya impuls otak listrik yang menarik pemikiran dan citra acak dari ingatan kita. Karena ‘acak’ tersebut, nggak heran jika terkadang informasi yang ditangkap oleh saraf dan otak bisa kacau dan menyebabkan mimpi menjadi sangat aneh.
Teori ini juga mendukung adanya interpretasi emosi melalui mimpi. Misalnya, saat kamu sedang merasa khawatir di dunia nyata, maka kekhawatiran tersebutlah yang membuat kita justru bermimpi buruk. Karenanya, ada baiknya kita mengesampingkan segala masalah dan menenangkan diri sebelum tidur.
ADVERTISEMENTS
Mimpi juga bisa merupakan simulasi untuk menghadapi situasi yang mengancam, hal inilah yang membuat kita memimpikan hal-hal yang menegangkan
Teori kedua yang dikemukakan oleh Jim Davis adalah mimpi sebagai persiapan untuk menghadapi situasi yang mengancam. Adapun beberapa bukti yang menguatkan teori simulasi ancaman ini misalnya kebanyakan orang mengalami emosi mimpi yang negatif dengan tema yang berkutat pada hal-hal yang sifatnya ancaman seperti jatuh, dikejar, bencana alam, dan lain-lain.
Sumber-sumber ketakutan yang dianggap tabu, akan lebih banyak muncul dalam mimpi ketimbang dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, ketakutan-ketakutan akan permasalahan di dunia nyata justru menjadi hal yang jarang sekali dimimpikan. Di sinilah, mimpi akan menjadi media pembelajaran untuk menanggapi situasi-situasi yang mengancam, meskipun jarang ditemui di dunia nyata.
ADVERTISEMENTS
Lalu kenapa kebanyakan dari kita sangat antusias dan merasa perlu untuk menceritakan mimpi yang dialami pada orang lain?
Mengacu pada teori simulasi ancaman, bahwa mimpi bisa dijadikan sarana untuk belajar bagaimana menghadapi situasi yang mengancam, maka kita jadi merasa butuh bantuan dalam menyelesaikan situasi yang dihadapi tersebut. Anggapan bahwa dua kepala lebih baik daripada satu ketika menghadapi suatu masalah menjadi acuan dalam hal ini. Maka dengan menceritakan mimpi dan mendiskusikannya dengan orang lain, secara nggak langsung kita berusaha untuk mempersiapkan diri jika menghadapi situasi serupa di dunia nyata.
Selain mencari dukungan, bias negativitas juga berpengaruh dalam hal ini. Manusia secara alamiah akan lebih perhatian terhadap hal-hal yang sifatnya negatif dan berbahaya. Oleh karena itu, mimpi yang biasanya berisi informasi negatif terasa lebih penting dari yang seharusnya. Alasan lainnya adalah tingkat emosi dalam mimpi. Karena mimpi begitu emosional, maka pengalaman tersebut terasa begitu penting bagi orang yang mengalami dan layak untuk dibagikan pada orang lain.
ADVERTISEMENTS
Menceritakan mimpi yang dialami pada orang lain justru bisa mengganggu kehidupan sosial lho! Begini penjelasannya…
“Aku punya teman yang selalu berusaha keras mengingat setiap detail mimpinya, menuliskannya lantas menceritakannya pada teman-temannya. Namun, akhirnya ia berhenti karena menyadari bahwa kebiasaannya tersebut justru membuatnya dikucilkan karena lingkungannya merasa terganggu dan nggak nyaman. — Jim Davis”
Memang, mimpi dianggap sebagai pengalaman yang begitu emosional dan sangat penting bagi orang yang mengalaminya. Namun, bukan berarti pengalaman tersebut layak untuk dibagi pada orang lain, mengingat mimpi sama halnya dengan khayalan atau nggak nyata. Orang yang sekadar mendengarnya dan nggak merasakan emosinya akan kesulitan untuk mengerti apa yang kamu alami. Belum lagi jika mimpi yang kita alami termasuk aneh dan nggak lazim, maka orang yang mendengarkan cerita dalam mimpi tersebut hanya akan menganggap hal itu sebagai kekonyolan semata. Jika hal ini terus terjadi, bukan nggak mungkin kamu juga akan dikucilkan karena dianggap orang yang aneh.
Kita perlu menyadari bahwa nggak semua orang bisa masuk ke dalam dunia kita, dunia mimpi kita apalagi. Orang lain memiliki kehidupannya masing-masing dan akan sulit untuk memahami apa yang nggak dialaminya secara langsung. Hanya kamulah yang akan mengerti dirimu sendiri. Jadi, jika kamu menginginkan jawaban atas mimpi-mimpimu, maka cobalah untuk berkaca pada diri sendiri, terlepas dari nggak semua mimpi bisa diartikan dan ditanggapi dalam kehidupan nyata.