Karyawan Microsoft di Amerika Serikat menyambut tahun baru ini dengan kebijakan ‘dermawan’ dari perusahaannya. Pasalnya, baru-baru ini perusahaan raksasa teknologi itu mengumumkan akan memberikan jatah cuti tanpa batas kepada karyawannya.
Microsoft mengganti kebijakan Paid Time Off menjadi Discretionary Time Off. DTO tersebut merujuk pada pemberian hak cuti nggak terbatas kepada karyawan tanpa perlu menambah hari libur. Sederhananya, kamu bisa ngambil hari libur kapan aja tanpa perlu dibatasi jumlah maksimalnya. Seperti apa mekanisme kebijakannya dan apakah ini berarti karyawan Microsoft auto bisa bekerja dengan lebih santai?
ADVERTISEMENTS
Microsoft AS kabarnya akan memberikan cuti tanpa batas kepada karyawannya. Hak tersebut bisa diambil mulai 16 Januari 2023 nanti
Peraturan terbaru tersebut disampaikan langsung oleh Kathleen Hogan, Chief People Officer (CPO) Microsoft lewat memo kepada karyawannya. Dalam memo tersebut, Kathleen bilang kalau metode bekerja dalam dunia kerja saat ini sudah banyak berubah menjadi lebih fleksibel. Dan salah satu terobosan baru dari Microsoft dalam mengikuti arus perubahan tersebut adalah dengan kebijakan cuti tanpa batas ini.
“Bagaimana, kapan, dan di mana kita melakukan pekerjaan kita sudah berubah secara dramatis. Dan sembari kami bertransformasi, memodernisasi kebijakan hari libur kami ke model yang lebih fleksibel merupakan langkah berikutnya yang alami,” jelas Kathleen, dilansir dari The Verge.
Kebijakan baru ini mulai efektif diterapkan mulai 16 Januari 2023 mendatang. Nah, ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan terkait karyawan yang bisa menikmati manfaat ini. Microsoft sendiri menjelaskan kebijakan ini nggak berlaku bagi karyawan Microsoft yang bekerja per jam. Hal ini karena Microsoft terkendala dengan aturan gaji dan jam kerja yang sudah lebih dulu ditetapkan pemerintah negara bagian dan federal.
Alasan yang sama juga membuat karyawan Microsoft yang bekerja di luar AS nggak bisa mendapatkan fasilitas ini. Menurut Microsoft, karyawan di luar AS hanya bisa mengikuti aturan hari libur dan cuti sesuai hukum yang berlaku di negara masing-masing.
Meskipun sudah mendapatkan cuti tak terbatas, Microsoft tetap menawarkan 10 hari libur perusahaan, cuti, cuti sakit dan kesehatan mental, dan cuti untuk berkabung kepada karyawannya. Makin berlipat-lipat ganda deh benefit yang didapatkan~
Nah, kebijakan seperti ini sebenarnya bukan hal baru yang diterapkan dalam dunia kerja terutama di kalangan perusahaan rintisan atau teknologi. Sebelum Microsoft, ada beberapa perusahaan yang sudah lebih dulu memberi hak cuti tanpa batas kepada karyawannya. Sejumlah perusahaan itu terdiri dari Netflix, Linkedin, Gojek, Hubspot, General Electric, dan masih banyak lagi.
Sekilas mungkin kamu sudah mulai iri dengan karyawan Microsoft. Namun, apakah kebijakan ini membuat karyawan jadi lebih santai?
ADVERTISEMENTS
Studi menemukan kalau karyawan yang punya jatah cuti tak terbatas seringkali justru paling sedikit mengambil cuti
Nggak bisa dimungkiri, cuti memang memberi banyak manfaat bagi karyawan. Dengan adanya cuti, karyawan jadi punya kesempatan untuk fokus ke kehidupan pribadinya di luar kehidupan kerja alias work life balance. Manfaat tersebut juga dapat membantu untuk mengurangi tingkat stres karyawan dan meningkatkan produktivitas serta loyalitas mereka terhadap kantor.
Dengan semua manfaat itu, wajar jika banyak orang yang berpikir semakin banyak jatah cuti yang diberikan akan semakin menyenangkan dan menguntungkan karyawan. Namun, di sisi lain Geekwire mengutip studi tahun 2017 yang menemukan bahwa rata-rata karyawan yang punya hak cuti tak terbatas justru mengambil cuti lebih sedikit daripada karyawan yang jumlah hari liburnya dibatasi.
Seperti halnya yang terjadi pada perusahaan Buffer. Melansir dari BBC Indonesia, pada tahun 2014 perusahaan ini justru melihat karyawannya hampir nggak pernah berlibur meskipun kebijakan cuti tak terbatas sudah diterapkan sejak 2012.
Bahkan, Buffer sampai bersedia menawarkan bonus tahunan sebesar Rp13 juta ditambah sekitar Rp6,5 juta per pasangan atau anggota keluarga karyawannya semata-mata agar mereka bersedia mengambil waktu libur. Setelah diiming-imingi demikian, barulah para karyawannya bersedia mengambil hari libur. Akhirnya pada 2016, Buffer mengubah peraturannya dengan menerapkan jatah cuti minimum 15 hari per tahun.
Keenganan karyawan untuk mengambil cuti ini juga bisa dibilang disebabkan oleh budaya perusahaan, beban tanggung jawab serta target yang diberikan perusahaan kepada mereka. Cuti tanpa batas nggak serta-merta bikin karyawan jadi lebih santai apabila beban kerjanya tetap banyak dan dikejar waktu untuk segera menyelesaikannya. Dengan kata lain, karyawan harus tetap berkutat dengan pekerjaan mereka dalam jangka waktu yang lama agar selesai dan tetap nggak bisa memanfaatkan jatah cuti tak terbatas itu dengan maksimal.
ADVERTISEMENTS
Lalu, apakah seluruh perusahaan harus mengikuti langkah Microsoft ini untuk memberi jatah cuti melimpah kepada karyawannya?
Sepertinya nggak semua perusahaan mampu menerapkan sistem serupa dengan Microsoft sih. Pasalnya, kebijakan ini menuntut kepercayaan tingkat tinggi dari karyawan agar mereka nggak memanfaatkan hak cuti tersebut sebagai alasan untuk meninggalkan tanggung jawab pekerjaan. Tentu itu jadi tugas besar bagi perusahaan agar bisnis mereka tetap berjalan ke depannya.