Membicarakan alam semesta seolah tak ada habisnya. Di balik keindahannya, tersimpan banyak rahasia dan misteri yang kadang mengusik rasa penasaran. Seperti fenomena yang terjadi belum lama ini. Potret kilatan cahaya ramai diperbincangkan di jagat maya, Jumat (28/5). Kilatan yang disinyalir sebagai meteor itu terlihat jatuh di puncak Gunung Merapi. Bahkan hingga detik ini, Sabtu (19/5), fenomena alam itu masih menyisakan tanda tanya. Sehingga banyak orang yang masih membahasnya. Alhasil kata ‘Merapi’ menempati trending topic di Twitter.
Meski kemampuan manusia dan ilmu pengetahuan dalam menyibak fenomena alam terbatas, tapi bukan berarti kilatan cahaya itu tak bisa dijelaskan secara ilmiah. Penjelasan para ahli ini mungkin bisa jadi jawaban atas keingintahuan banyak orang soal kilatan cahaya tersebut.
ADVERTISEMENTS
Kehebohan kilatan cahaya yang diduga meteor bermula saat seorang fotografer membagikan jepretannya
Momen tersebut terjadi dengan sangat cepat. Namun, Gunarto mampu mengabadikannya dalam sekejap pula. Berkat jepretan kameranya, Gunarto menangkap potret kilatan cahaya berwarna biru kehijauan jatuh di puncak Gunung Merapi. Saat itu, Gunarto yang berprofesi sebagai fotografer tengah berada di Kali Adem, Cangkringan, Yogyakarta. Rencananya, ia akan berburu foto panorama Merapi di malam hari. Tak disangka, ia justru mendapati fenomena alam yang cukup langka saat akan berkemas.
“Yang pasti kalau ngomong itu foto saya bener-bener melihat ada cahaya putih dan cukup terang. Dia jatuh dari atas, pokoknya saya tahunya dia itu cuma satu dua detik ya, cepat sekali, jatuh dari atas ke bawah,” terang Gunarto, dinukil dari CNN Indonesia.
Sebelum melangkah pulang, Gunarto melihat cahaya bulat nan terang turun dari langit dan akhirnya jatuh di pucuk Gunung Merapi yang akhirnya ia tangkap dengan kamera. Setelah itu, ia mengunggah jepretannya itu di media sosial. Dalam hitungan menit, unggahan tersebut menjadi topik hangat. Banyak orang menduga kilatan cahaya itu adalah meteor. Namun, Gunarto nggak berani membenarkannya lantaran dirinya bukan ahli dalam bidang astronomi yang paham betul soal selestial. Jadi, ia cuma bisa menebak.
ADVERTISEMENTS
Ternyata, fenomena jatuhnya kilatan cahaya tersebut terekam oleh kamera CCTV BPPTKG juga
Merespons kehebohan kilatan cahaya jatuh di puncak Gunung Merapi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkap rekaman CCTV. Melalui kamera CCTV yang ada di sisi timur Merapi, fenomena alam itu pun terekam dengan jelas pada 27 Mei 2021 pukul 23.08 WIB. Hanik Humaida selaku Kepala BPPTKG menegaskan rekaman cahaya itu nggak disertai suara. Sehingga ia menyakinkan fenomena itu nggak ada ada kaitannya dengan aktivitas kegempaan Gunung Merapi.
“Tidak terdapat sinyal yang signifikan dari data kegempaan dan tidak dilaporkan terdengar suara atau terlihat kilatan cahaya dari pos-pos pemantauan Gunung Merapi,” ujar Hanik.
Mengutip Kompas, Hanik nggak bisa memastikan kilatan cahaya yang tampak jatuh di kawah Merapi itu berasal dari mana. Jadi, ia tak bisa menjawab rasa penasaran banyak orang yang menduga kilatan itu adalah meteor. BPPTKG hanyalah lembaga yang memitigasi aktivitas di Gunung Merapi, tapi nggak punya tugas meneliti setiap kejadian alam di sekitarnya.
ADVERTISEMENTS
Menanggapi kilatan cahaya yang diduga sebagai meteor, Lapan yang lebih tahu tentang fenomena-fenomena semacam ini berikan penjelasan
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) buka suara soal fenomena kilatan cahaya jatuh di puncak Gunung Merapi. Emmanuel Sungging, seorang peneliti Lapan, mengatakan kemungkinan kilatan cahaya itu adalah meteor. Menurutnya, warna biru kehijauan atau disebut cyan yang dipancarkan cahaya itu berasal dari kandungan magnesium. Selama ini, benda-benda luar angkasa yang jatuh ke bumi memang memiliki beberapa warna sesuai dengan kandungan yang dibawa.
Emmanuel mengimbau kepada masyarakat agar segera melaporkan bila melihat fenomena semacam itu lagi, sehingga Lapan bisa langsung meneliti dan menindaklanjuti fenomena yang terjadi. Pun, Lapan bisa berkoordinasi dengan lembaga lain seperti BNPB atau BAPETEN untuk meneliti kemungkinan bencana atau radiasi.