Akhir tahun 2019 lalu, seorang miliarder asal Jepang bernama Yusaku Maezawa membuat warganet Twitter heboh. Pasalnya ia tiba-tiba saja mengumumkan kalau dirinya ingin membagi-bagikan uang senilai 125 miliar rupiah ke para pengikutnya di Twitter! Pengumuman “durian runtuh” itu disambut antusias publik. Yusaku akan memilih secara acak 1.000 followers-nya untuk berkesempatan menerima hadiah darinya, yang mana berarti setiap orang akan mendapat sekitar Rp123 jutaan! Syaratnya pun terbilang cukup mudah, pengikutnya cuma disuruh retweet unggahannya itu.
🎍謹賀新年🎍
【総額10億円】#前澤お年玉 100万円を1000人にプレゼントします!
100万円で皆さまの人生がよりハッピーになりますように。
応募方法は僕のフォローとこのツイートのリツイート。締切は1月7日23:59まで。
企画趣旨や当選条件などはYouTubeで説明してます。 https://t.co/kBgwwmJoaP pic.twitter.com/1Fr0Vq4i6Z
— Yusaku Maezawa (MZ) 前澤友作 (@yousuck2020) December 31, 2019
Saat ditanya alasannya membagi uangnya secara cuma-cuma, Yusaku mengaku ingin membuat pengikutnya bahagia. Benar-benar sesederhana itu. Tapi ngomong-ngomong soal cara miliarder dunia menggunakan hartanya memang terbilang sederhana, malah kayaknya jarang banget ada yang memakainya untuk pamer barang-barang mahal, seperti yang dilakukan Bill Gates dan sederet bos besar dunia lainnya. Lihat aja penampilan Mark Zuckerberg dan istrinya yang sering jadi sorotan karena dinilai terlalu biasa buat miliarder macam dia. Atau Jeff Bezos yang lebih pilih pakai mobil biasa buat keseharian dibanding mobil sport mahal. Bezos bahkan dikenal dengan gaya hidup-nya yang hemat. Padahal kalau lihat jumlah kekayaan mereka sampai triliunan rupiah lo! Terus duitnya buat apa sih?
ADVERTISEMENTS
Sekarang ini tren kalangan elit dalam menunjukkan kekayaannya sudah bergeser. Dulu mungkin dilihatnya dari kepemilikan barang-barang mewah ya…
Dulu, kepemilikan barang mewah memang jadi penanda status sosial seseorang. Seperti tahun 1899, sendok perak dan korset dilihat sebagai simbol kekayaan bagi kalangan elit waktu itu. Seorang ekonom, Thorstein Veblen, menjelaskan dalam bukunya bagaimana benda atau barang sering dipamerkan buat menunjukkan status sosial. Lebih dari seratus tahun kemudian, ternyata tren itu jadi sedikit bergeser. Orang-orang kaya malah makin malas pamer barang-barang mewah. Mereka banyak yang lebih memilih hidup sederhana layaknya orang biasa.
ADVERTISEMENTS
Kalau sekarang barang mewah bukan lagi menandakan status, soalnya kalangan menengah ke atas pun sudah banyak yang punya
Tren di atas bergeser karena sekarang ini banyak barang mewah yang mulai bisa diakses siapapun. Nggak cuma kalangan elit, tapi juga menengah ke atas, bahkan menengah ke bawah. Selain biaya produksinya makin murah, sekarang juga mulai banyak sistem kredit cepat dan mudah. Belum lagi sederet barang tiruan yang membanjiri pasar dagang. Orang yang ekonominya pas-pasan banyak yang memilih barang KW demi memenuhi tuntutan hidup layaknya orang berduit. Nah, orang yang beneran berduit jadi rada malas karena banyak barang mewah yang jadi nggak lagi eksklusif.
ADVERTISEMENTS
Ibaratnya, saat ini sudah nggak zaman lagi orang kaya pamer harta lewat barang-barang mewah. Mungkin orang kaya baru aja yang masih begitu, hehe~
Intinya sih sekarang sudah bukan zamannya orang kaya pamer harta lewat barang-barang mewah. Mungkin sebenarnya mereka punya barang-barang itu di rumah. Jeff Bezos pun punya koleksi mobil sport di rumahnya. Tapi ia memilih nggak menunjukkan itu semua. Fakta ini disebut Elizabeth Currid-Halkett, seorang profesor sekaligus penulis buku “The Sum of Small Things: A Theory of a Aspirational Class“, sebagai “konsumsi yang tidak mencolok”. Malah di AS, 1% dari penduduknya –yakni orang-orang dengan pendapatan minimal US$300.000/tahun– menghabiskan lebih sedikit uang untuk membeli barang-barang mewah sejak 2007.
Kalau ada orang-orang yang masih pamer kekayaannya di media sosial, bisa jadi mereka itu OKB atau Orang Kaya Baru ya, guys? 😀
ADVERTISEMENTS
Terus miliarder dunia zaman sekarang pakai duitnya buat apa ya? Ternyata sebagian dari mereka malah lebih memilih menginvestasikan uangnya buat pendidikan, kesehatan, dan pensiun
Dibanding sibuk mengoleksi barang-barang mewah, ternyata miliarder dunia lebih memilih buat meng-investasikan harta-nya untuk pendidikan, kesehatan, dan pensiun lo! Sejak 1996, belanja pendidikan di kalangan elit ini mengalami peningkatan. Di AS, angkanya meningkat 3,5 kali lipat. Selain bisa buat investasi masa depan, pendidikan di AS (atau mungkin di seluruh dunia?) yang makin mahal ternyata dipandang sebagai ‘barang mewah baru‘ bagi kalangan elit. Mungkin inilah yang jadi alasan kenapa sekolah di luar negeri jadi begitu populer, beda ‘kan sama zaman dulu?
ADVERTISEMENTS
Sebagian lain memilih mendonasikan uangnya untuk membantu yayasan atau organisasi sosial dunia. Cara membelanjakan uang yang begini ini malah terlihat berkelas!
Bill Gates dan istrinya, Melinda Gates, dikenal sebagai miliarder paling dermawan di dunia. Tahun 2013 aja, pemilik perusahaan raksasa Microsoft itu dilaporkan sudah mengeluarkan 28 miliar dolar AS, atau setara 400 triliun rupiah lebih cuma buat donasi! Mereka juga punya yayasan yang fokus pada pendidikan dan kesehatan. Entah sudah berapa banyak harta yang mereka gelontorkan buat orang-orang kurang mampu di dunia. Cara membelanjakan uang seperti ini sekilas memang nggak tampak secara kasat mata, tapi justru jadi cara paling elegan. Menghabiskan uang buat meningkatkan taraf hidup orang lain, kurang berkelas apa coba?
Sekarang ini orang kaya nggak cuma bisa dilihat dari nominal hartanya aja, tapi juga dari kemampuannya menginvestasikan kekayaan-nya. Kalau punya banyak duit tapi boros, ya buat apa? Nah, seandainya kamu sekaya Mark Zuckerberg atau Yusaku Maezawa, kamu bakal melakukan apa nih?