Produktivitas jadi kata penting selama pandemi Covid-19, karena dibatasinya kegiatan di luar rumah berimbas pada terbatasnya akses-akses penunjang kegiatan. Di sisi lain, masyarakat diminta agar tetap produktif sebab hal ini akan berpengaruh salah satunya pada perekonomian bangsa. Lantas, hal apa yang bisa kita lakukan agar bisa produktif sekaligus aman selama pandemi ini?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, sebagai ujung tombak pemulihan kesehatan dan pembangunan masyarakat, sebelumnya sudah menjalankan fungsinya lewat aktivitas Promosi Kesehatan (PromKes) dan juga Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Kali ini, Kemenkes kembali mengimbau masyarakat untuk bisa menerapkan protokol kesehatan dan hidup sehat, sebagai satu solusi menekan angka penyebaran Covid-19, tanpa mengganggu aktivitas ekonomi. Nah, hal tersebut tentunya nggak bisa diupayakan oleh Kemenkes sendirian. Semua pihak harus turut serta mengupayakannya, termasuk masyarakat.
ADVERTISEMENTS
Penerapan protokol kesehatan di Indonesia masih belum maksimal meski angka penyebaran Covid-19 terus naik
Melalui webinar Forum Kemitraan Kesehatan hasil kolaborasi dengan CCPHI: Partnership for Sustainable Community yang digelar Rabu (21/10/2020) via Zoom, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, dr. Kirana Pritasari MQIH, mengatakan penerapan protokol kesehatan di Indonesia masih belum maksimal meski angka penyebaran Covid-19 terus naik. Untuk itu, berbagai kerja sama bisa jadi salah satu jalan memperluas informasi dan edukasi terkait protokol kesehatan, termasuk dengan pelaku dunia usaha, filantropi, hingga media. Ia mengaku, upaya yang dilakukan pemerintah nggak selalu bisa menjangkau komunitas dengan situasi khusus, misalnya di pedesaan atau daerah perbatasan.
“Dengan kerjasama di antara kita (dunia usaha, filantropi, dan media), kita akan memiliki energi yang lebih besar dan sinergi yang lebih luas. Karena biasanya upaya yang dilakukan pemerintah tidak bisa menjangkau komunitas dengan situasi khusus. Jadi dengan dukungan kemitraan dari berbagai pihak, perluasan informasi dan penguatan masyarakat untuk bisa menerapkan protokol kesehatan bisa diperkuat,” kata dr. Kirana.
Bagi dr. Kirana, pandemi Covid-19 ibarat tsunami yang nggak hanya berimbas pada kesehatan, tapi juga aspek sosial dan ekonomi serta pendidikan. Oleh karena itu, dampak ini bisa jadi berlangsung lebih lama jika masyarakat hanya berharap pada penemuan obat atau vaksin, tanpa mau menjalankan protokol kesehatan. Nah, untuk upaya penerapan protokol kesehatan di masyarakat, ia menyampaikan Kemenkes bersama dengan filantropi dan dunia usaha saat ini tengah melanjutkan program yang sebelumnya sudah ada.
“Beberapa program yang dijalankan bersama filantropi dan dunia usaha, pada mulanya bukan ditujukan untuk pandemi. Melainkan program yang sudah ada namun bermanfaat pada kondisi saat ini. Seperti contoh program pengadaan sanitasi, dan kerja sama untuk edukasi cuci tangan menggunakan sabun,” imbuhnya.
ADVERTISEMENTS
Keterlibatan masyarakat merupakan hal penting untuk edukasi protokol kesehatan
Perkantoran dan fasilitas umum merupakan dua kluster dengan tantangan tersendiri dalam penerapan protokol kesehatan. Meski begitu, Sektretaris Dirjen Kesmas Kementerian Kesehatan, drg. Kartini Rustandi, M.Kes, berpendapat fasilitas umum punya tantangan lebih karena pengendalian kerumuman masih sulit dilakukan. Kendati demikian, ia mengatakan penerapan protokol kesehatan di fasilitas umum bukan nggak mungkin dilakukan. Ia mengimbau masyarakat setidaknya bisa menerapkan protokol 3M, yakni menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.
“Adaptasi kebiasaan baru merupakan upaya membangun masyarakat yang produktif tetapi aman Covid-19. Pemerintah sendiri sudah menetapkan kebijakan terkait Protokol Kesehatan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 melalui KMK 328 & 382 tahun 2020,” terang drg. Kartini.
Ia menambahkan, penerapan protokol kesehatan harus dilakukan oleh semua komponen masyarakat, dengan kesadaran dan konsisten dalam upaya jaga diri, jaga keluarga, dan masyarakat, karena hanya dengan itu Indonesia bisa menekan angka penularan Covid-19, sekaligus menjaga keberlangsungan ekonomi dan usaha.
Senada dengan itu, Direktur Promkes & PM Kementerian Kesehatan, dr. Riskiyana S. Putra, M.Kes, mengatakan keterlibatan masyarakat merupakan hal penting untuk edukasi protokol kesehatan. Namun, hal ini harus didukung regulasi dan evaluasi. Untuk itu, pemerintah melalui Kemenkes sebelumnya sudah menyusun regulasi untuk industri, perkantoran, fasilitas umum, hingga sekolah, dengan harapan bukan jadi sekadar acuan melainkan benar-benar diterapkan
“Partisipasi semua elemen masyarakat adalah kunci keberhasilan sebuah program. Kami terus mencari formula terbaik untuk dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mentaati protokol kesehatan. Menurut kami, kolaborasi dengan banyak pihak adalah salah satu sarana penting yang harus terus dilakukan, karena selain dapat memperluas jangkauan partisipasi juga dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat dalam membuat strategi serta kebijakan ke depan,” jelas dr. Riskiyana.
ADVERTISEMENTS
Industri dan filantropi yang tetap produktif sekaligus merasa aman dengan disiplin protokol kesehatan
Dari dunia usaha, VP General Secretary Tirta Investama, Vera Galuh, mengatakan telah menjalankan protokol kesehatan ketat di setiap pabrik yang mereka kelola. Mulai dari pos keamanan, di dalam area, pekerja lapangan, hingga meminimalisir kontak fisik. Selain itu penerapan 3M wajib dipatuhi seluruh karyawan. Hal ini dilakukan dengan membentuk gugus tugas internal, demi memastikan produktivitas lebih dari 15 ribu karyawan bisa terjaga. Kendati demikian, ia menyampaikan tantangannya adalah membiasakan para pekerja untuk bisa membawa kebiasaan mematuhi protokol kesehatan tersebut di mana pun.
“Selama pandemi ini kami harus menjaga produktivitas 25 juta pabrik, karena memiliki dampak terhadap 2 juta supply chain, dan kurang lebih 15 ribu karyawan. Tantangan dalam penerapan protokol kesehatan lebih kepada membiasakan masyarakat untuk menerapkan hal serupa di mana saja, tidak hanya di lingkungan kerja,” ungkap Vera.
Sementara dari sisi filantropi, Group Head AGRO Dompet Dhuafa, Zainal Abidin, menyampaikan mereka berkomitmen menerapkan prinsip protokol kesehatan dalam beraktivitas. Bahkan protokol jaga jarak dan larangan berkerumun telah mereka mulai jauh sebelum pandemi, dengan mengupayakan nggak ada antrian zakat lewat prinsip jemput bola dalam menyalurkan zakat.
“Di Dompet Dhuafa tidak ada kerumanan atau antrian zakat karena kami sejak dulu menerapkan metode jemput bola. Jadi relawan kami yang datang ke tempat penerima zakat, yang sebelumnya sudah kami data. Selain itu kami juga ketat menerapkan 3M,” jelas Zainal.
Sebagai penutup, drg. Kartini mengatakan media juga punya peran penting dalam mengupayakan terciptanya iklim disiplin protokol kesehatan di masyarakat. Menurutnya, tugas media adalah menghindari berita nggak seimbang, dan memproduksi berita yang jelas dan baik, agar masyarakat mendapatkan informasi akurat. Dengan itu, edukasi yang sampai ke masyarakat mengenai protokol kesehatan bisa diterima dengan baik.