Di penghujung masa jabatannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy justru mendulang kontroversi lewat perkataannya yang mungkin bagi para guru dianggap telah menyakiti hati. Dalam sebuah acara peringatan Hari Guru Internasional di Gedung Kemendikbud, Muhadjir memberi pidato terkait serba-serbi profesi guru. Acara tersebut bertajuk “Guru Milenial, Sebuah Profesi Masa Depan”.
Namun ada satu ujarannya yang mungkin dianggap kurang menghargai profesi guru. Seperti kita ketahui selama ini, banyak sekali guru di negeri ini yang kehidupannya masih jauh sekali dari kata ‘layak’. Honor yang mereka terima seolah tidak sebanding dengan perjuangan yang telah dilakukan kepada anak-anak didiknya. Mengetahui kondisi itu, Muhadjir justru berkata:
“Saya agak yakin, bahwa orang yang pertama masuk surga itu adalah guru. Kalau sekarang gajinya sedikit, apalagi guru honorer, nikmati saja, nanti masuk surga.” ujarnya seperti yang dikutip dari Detik.
Pak, tolong, bukannya kami tidak ingin masuk surga, tapi apakah sudah tidak ada cara lain agar profesi kami ini bisa lebih dihargai?
ADVERTISEMENTS
Layaknya banyak profesi lain yang menyimpan tanggung jawab selangit, begitu pun dengan profesi guru, tanggung jawabnya pun nggak main-main
Jika ada orang yang menganggap jadi guru itu mudah, mereka sungguh salah besar. Mungkin benar kalau ada yang bilang semua profesi punya tantangan masing-masing, tapi kalau boleh sedikit hitung-hitungan, guru mengemban tanggung jawab yang sangat besar. Selain bertanggung jawab terhadap kemampuan akademis anak didik, mereka juga turut andil membentuk karakter, kepribadian, dan moral para siswanya.
Kalau ada tokoh atau sosok penting yang berhasil membangun negeri, semua itu tidak lepas dari jasa guru-guru yang telah mendidiknya di sekolah dulu.
ADVERTISEMENTS
Namun bedanya dengan segudang profesi bergengsi di luar sana, gaji guru kerap bikin hati meringis. Apalagi mereka yang statusnya masih honorer
Sudah bukan rahasia lagi kalau masih banyak guru di Indonesia yang bergaji miris. Jangankan berjuta-juta, seperti segudang profesi bergengsi di luar sana. Guru kadang hanya menerima ratusan ribu saja sebulan. Apalagi guru honorer, atau mereka yang ditugaskan di daerah terpencil. Belum lagi nggak sedikit juga cerita yang digaji per 3 bulan sekali.
Percayalah, mendidik serta membimbing anak-anak di pelosok itu bukanlah hal yang mudah. Terlebih jika guru tersebut harus menempuh medan cukup sulit untuk sampai di tempat ia mengabdi. Tapi, entah kenapa segala peluh yang telah berderai itu seolah tak cukup mampu mengetuk hati petinggi negeri untuk lebih menghargai jasa para pahlawan ini.
ADVERTISEMENTS
Mungkin, kecilnya gaji guru di sini, jadi salah satu faktor yang membuat banyak anak muda tidak memasukkan profesi ini sebagai cita-citanya di kemudian hari
Jika dahulu profesi guru jadi cita-cita hampir semua dari kita –selain dokter dan tentara tentunya– sekarang mungkin profesi itu sudah jarang lagi tercatat dalam kolom cita-cita di biodata anak masa kini. Pelajar SMA/SMK pun bisa jadi jarang ada yang mau melanjutkan pendidikan tinggi bidang keguruan karena tahu kalau gaji guru di sini sangat minim. Ditambah seiring berkembangnya zaman, banyak profesi baru terus bermunculan, seolah makin menenggelamkan profesi guru yang bagi sebagian orang, sudah nggak lagi bergengsi.
Pernyataan Mendikbud soal guru akan masuk surga mungkin nggak salah-salah amat, mengingat ilmu yang telah diajarkan memang bisa jadi ladang amal jariah. Namun bukan berarti itu bisa jadi pengalihan tanggung jawab pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup seorang guru. Biar bagaimana pun, guru berhak atas kehidupan yang layak, yang salah satunya bisa diperoleh dari gaji yang tinggi.
Semangat ya untuk kalian yang berprofesi sebagai guru. Jangan pantang menyerah, demi masa depan bangsa~