Pemanasan global tampaknya memang betul-betul nyata, bukan cuma gosip bikinan para ilmuwan semata. Setelah belum lama ini Amerika Serikat dilanda cuaca ekstrem berupa penurunan suhu secara drastis, atau Australia yang sampai “meleleh” gara-gara temperaturnya mencapai 40-50 derajat Celsius, kali ini dampak global warming dirasakan gunung tertinggi di dunia, Mount Everest. Es-es yang menyelimuti permukaannya dilaporkan mulai mencair perlahan.
Akibat mencairnya es di Gunung Everest, katanya jasad-jasad pendaki yang terkubur di sana berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun lalu, mulai bermunculan! Nggak sedikit orang melaporkan adanya tangan, kaki, atau bagian tubuh lain yang muncul ke permukaan. Wah kalau pada muncul gini, gimana ya nasib mayat-mayat itu? Terus kok bisa mereka terkubur segitu lamanya, memangnya keluarganya nggak mencari? Daripada penasaran, simak dulu ulasan Hipwee News & Feature kali ini.
ADVERTISEMENTS
Operator ekspedisi pendakian Mount Everest belum lama ini banyak menemukan jasad pendaki yang hilang di sana. Tubuh-tubuh itu terekspos karena lapisan es di Everest banyak yang mencair
Sebagai gunung tertinggi di dunia, banyak orang tertantang buat menaklukkan Mount Everest. Namun sayang, nggak sedikit yang harus meregang nyawa saat mendaki karena medan dan cuaca yang memang terlampau sulit. Jasad para pendaki yang gagal, terkubur tumpukan salju atau membeku, dan hilang begitu saja. Tapi karena pemanasan global yang semakin menjadi-jadi, es di Gunung Everest jadi mencair, akibatnya banyak mayat-mayat yang tadinya terselimuti es jadi terekspos.
Sebagian besar jasad atau mayat itu ditemukan di area Gletser Khumbu atau dikenal juga Air Terjun Khumbu. Ini karena lokasi itu jadi lokasi tersulit untuk ditaklukkan
Mayat yang bermunculan di Gunung Everest kebanyakan ditemukan di area Gletser Khumbu. Seperti dilansir dari Forbes, area itu merupakan salah satu titik tersulit dan berbahaya bagi pendaki. Di area tersebut, pendaki seringkali harus berhadapan dengan badai salju atau longsoran salju yang bisa datang tiba-tiba. Nggak sedikit yang gagal saat berusaha mendaki air terjun Khumbu. Selain itu, banyak juga mayat ditemukan di dekat Camp IV, pos tertinggi yang ada di Everest dengan ketinggian mencapai 26.300 kaki!
Saat ini kabarnya masih ada ratusan tubuh manusia tertinggal di atas Gunung Everest. Kok nggak pada diangkut turun ke bawah ya? Memangnya mereka yang hilang itu nggak dicari keluarganya?
Pendakian Everest terkenal sebagai pendakian paling mematikan. Hampir tiap tahunnya ada pendaki yang harus meregang nyawa dalam upaya menaklukkan salah satu puncak tertinggi di dunia ini. Dari yang terkena hipotermia, kelelahan, terserang penyakit, atau terjebak cuaca ekstrem di puncak, jenazah para pendaki ini biasanya ada di area yang sulit dijangkau atau hilang tertimbun longsoran salju.
Kalaupun diketahui, evakuasi jenazah dari puncak Everest adalah proses yang sangat sulit. Tentu saja tubuhnya sudah membeku yang membuat bobotnya bertambah drastis. Untuk memindahkan 1 mayat aja butuh setidaknya 8 orang. Belum lagi proses membawanya turun itu juga nggak mudah. Proses itu juga ternyata banyak memakan korban meninggal lo.
Saat ini diperkirakan masih ada sekitar 200 jenazah pendaki di sana. Sebagian bahkan sengaja ditinggalkan sebagai penunjuk arah, seperti jenazah yang tidak teridentifikasi dan dikenal sebagai ‘Green Boots‘ di poin pertama.
Karena proses pemindahan yang nggak mudah itulah, biasanya akan butuh biaya yang nggak murah buat menurunkan 1 tubuh dari Gunung Everest
Menurut para ahli seperti dilansir BBC, untuk menurunkan mayat dari Everest butuh biaya sekitar 40.000 sampai 80.000 dolar AS atau setara 500 juta sampai 1 miliar rupiah! Itulah kenapa nggak sedikit keluarga yang memang mengikhlaskan kerabatnya terkubur dengan damai di Gunung Everest.
Selain masalah biaya, pihak keluarga juga harus berhadapan dengan hukum Nepal yang mengharuskan keterlibatan lembaga pemerintah saat mengurus jenazah yang meninggal di Everest. Intinya, membawa jasad turun itu jauh lebih ribet dibanding membiarkannya terkubur salju di sana. Tapi setelah perkembangan terbaru ini, banyak keluarga akhirnya mempertimbangkan untuk mengambil jenazah anggota keluarga mereka yang ditemukan.