Masa Depan Budaya Tulis Tangan, Masihkah Layak Dipertahankan?

Kertas dan pena adalah komponen paling fardhu ‘ain bagi anak sekolah di era sebelum millennial. Menyalin tulisan di papan tulis sekarang seakan jadi nostalgia untuk mereka yang pernah mengalaminya. Jangankan mencatat, proses belajar mengajar saat ini sudah dilengkapi dengan fasilitas audio visual dan presentasi digital. Tinggal copy dan paste, kamu sudah mengantongi materi pelajaran. Begitu pula dengan mata pelajaran bahasa yang mengajarkan kita metode menulis tegak bersambung. Hmmm… siapa nih yang dulu paling jago?

Sayang di beberapa negara, pelajaran menulis latin ini sudah benar-benar dihapuskan dari kurikulum. Jadi sedih ya 🙁

Di balik masa depan budaya tulis tangan yang penuh ketidakpastian, ada seorang gadis asal Nepal bernama Prakriti Mala yang pernah dinobatkan sebagai orang dengan tulisan tangan tercantik. Ia memenangkan sebuah kontes lokal untuk golongan usia 13-19 tahun dan menjadi terkenal di sosial media setahun yang lalu. Meski tulisan tangannya yang memang sangat bagus itu banyak dipuji orang, ternyata banyak juga yang menganggap skill menulis bagus di zaman sekarang sudah tidak begitu berguna.

Masa Depan Budaya Tulis Tangan, Masihkah Layak Dipertahankan?

Komentar netizen di sosial media soal bakat menulis tangan yang dipunyai Malla via www.malaysiandigest.com

Semua emang sudah serba digital, bahkan akan segera bergerak ke ranah audio visual. Terus bagaimana ya nasib tulisan tangan ke depan?! Apa bakal punah seiring majunya peradaban? Obrolin bareng Hipwee News & Feature yuk guys!

ADVERTISEMENTS

Menulis tegak bersambung perlahan dihapuskan dari mata pelajaran, bahkan negara dengan sistem pendidikan nomor satu seperti Finlandia pun tidak lagi mengajarkan

Masa Depan Budaya Tulis Tangan, Masihkah Layak Dipertahankan?

Finlandia adalah negara pertama yang menghapuskan pelajaran menulis via BBC.com

Mulai 2015 yang lalu, Finlandia tidak lagi memasukkan pelajaran tulis tangan dalam kurikulum pendidikannya. Seperti yang dilansir melalui ABC News, beberapa negara di Amerika juga mengamini keputusan Finlandia dan menghapuskan pelajaran tulis tangan di sekolah-sekolahnya. Pertimbangan ini tentunya berkaitan dengan perkembangan zaman dong, dimana era digital memang mencaplok kebutuhan kita untuk menulis manual dengan pena yang digores di atas kertas. Bagi generasi yang masih mengalami betapa berharganya menulis dengan tangan sendiri, rasanya memang masih belum siap buat memprediksi kalau di masa depan kemungkin akan jarang orang yang bisa tulis tangan.

ADVERTISEMENTS

Bukan hanya penting di sekolah. Dulu, tulis tangan sangatlah berharga untuk menulis surat dan ucapan buat yang terkasih

Masa Depan Budaya Tulis Tangan, Masihkah Layak Dipertahankan?

Surat untuk ibu gurunya Amel yang sempat viral via specialunik188.blogspot.com

Menulis tidak begitu saja berhenti di atas bangku sekolah. Dahulu kala, menulis juga sering digunakan saat kita berkirim surat dengan orang terkasih bahkan ketika berucap selamat atas hari kelahiran atau pernikahan. Menulis dengan tulisan serapih mungkin, bersapa, dan menorehkan tanda tangan di akhir surat, lalu mengirimkannya lewat pos. Ah, masa-masa itu… Mungkin yang sering disebut ‘kids zaman now’ nggak akan mengerti betapa nostalgic-nya peristiwa itu.

Meski begitu, jika melihat kenyataan yang ada, tulisan tangan sampai sekarang masih sangat dibutuhkan kok. Meskipun untuk beberapa keperluan saja contohnya menulis dokumen cepat, menulis memo, dan menuliskan dokumen keuangan seperti cek ataupun wesel. Untuk dokumen lain, tinggal klik tombol print dan semua tercetak. Betapa mudahnya.

ADVERTISEMENTS

Tapi sekarang, bisa dibilang budaya tulis tangan hampir mengalami kepunahan. Gempuran teknologi digital memang nggak bisa dibendung

Masa Depan Budaya Tulis Tangan, Masihkah Layak Dipertahankan?

Curcol ya shay! via brilistyle.brilio.net

Tahukah kamu soal sebutan ‘surat cinta’? Di era 90-an, surat cinta adalah barang paling sakti yang bisa merubah seorang dengan wajah murung jadi sumringah lagi karena dapat kabar dari kekasih tercinta. Saat ini, tentu saja ‘surat cinta’ sudah berevolusi menjadi sms, chat Whatsapp, DM Instagram, bahkan messenger Facebook. Semuanya pun pakai media ketik, bukan tulis tangan. Hanya butuh skill menghafal letak huruf untuk mengirimkan pesan digital.

Tahukah kamu soal sebutan ‘buku diari’? Di era sebelum millennial, diari adalah ‘buku sakti’ tempat semua orang mencurahkan keluh kesahnya. Kalau gemar sejarah, kamu pasti kenal Soe Hok Gie, seroang mahasiswa yang buku diarinya diterbitkan hingga difilmkan dengan judul Catatan Harian Seorang Demonstran. Saat ini, buku harian sudah berevolusi menjadi status Facebook, tweet, feeds Instagram, bahkan yang terbaru makin jadi konten audio visual yaitu Instagram stories dan snapchat.

Sungguh luar biasa ‘kan? Zaman bergulir begitu cepat, saat ini jumlah orang yang bisa menulis bagus dengan gaya tegak bersambung pun makin sedikit.

ADVERTISEMENTS

Mungkin tulisan tangan saat ini sifatnya rekreasional, bisa dibangkitkan sebagai seni tapi bukanlah skill yang wajib dimiliki

Masa Depan Budaya Tulis Tangan, Masihkah Layak Dipertahankan?

Lebih mirip prasasti kerajaan Kutai via buzzfeed.com

Apakah budaya tulis tangan punya masa depan? Mungkin saja ada, tapi dalam bentuk yang lain. Kita mungkin nggak bisa menyamakan sebuah kebutuhan dengan nilai keindahan. Seperti tulisan di era millennial, tak lagi dibutuhkan tapi selalu ada nilai keindahannya.

“Tapi kita tidak dapat mengukur nilai dalam sebuah bakat dengan keharmonisan langka antara kegunaan dan keindahan.” Tubeck, The New York Times.

Menulis tangan dengan pena dan kertas bakal selamanya berpotensi menjadi sebuah kesenian yang muncul karena bakat yang dimiliki seseorang, meski pada dasarnya kegunaannya sudah tidak terlalu diperlukan. Beberapa orang bahkan lebih menyukai membaca catatan mereka di sebuah buku, ketimbang copy presentasi power point yang baru saja ia saksikan. Beberapa psikolog juga percaya bahwa tulisan tangan lebih bisa membangun kemampuan kognitif seseorang, terutama untuk mengingat.

Meski seni menulis ini sudah ada sejak awal abad 19 dan dipercaya sebagai salah satu metode untuk mendisiplinkan pikiran. Nyatanya kegunaan menulis dengan tangan memang makin terkikis. Rela nggak rela, kita harus mawas diri menyaksikan generasi sekarang yang tulisan tangannya lebih mirip cakar ayam (termasuk tulisan tangan si penulis yang minta dicatok). Kalau menurutmu apakah budaya tulis tangan ini punya masa depan yang pasti?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE