Sudah jadi kewajiban pemimpin untuk mengayomi dan memperhatikan kebutuhan warganya. Akan tetapi program yang dikemukakan pasangan Gubernur & Wakil Gubernur DKI Terpilih, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, baru-baru ini membuat banyak orang terheran-heran. Kata Pak Sandi, Kartu Jakarta Jomblo (KJJ) ini dibuat sebagai ajang silaturahmi bagi warga Jakarta yang belum memiliki pasangan alias jomblo sebagaimana dilansir Kompas ini. Jelas niatnya baik, supaya warganya tidak ada yang kesepian dan bisa cepat menikah.
Program ini katanya merupakan turunan dari program kewirausahan One Kecamatan, One Center for Entrepreneurship (OK-OCE) dan program rumah DP 0 Rupiah. Pemegang KJJ nantinya bakal sangat diuntungkan jika bisa masuk progam rumah DP 0 Rupiah. Kenapa?! Masih menurut Pak Sandi, jika sudah memiliki rumah, kaum jomblo bisa lebih mudah mengambil hati calon mertua. Ya masuk akal sih, tapi banyak kalangan mengkritik program ini karena dianggap terlalu mencampuri urusan pribadi. Tapi program pemerintah khusus jomblo itu sama sekali bukan ide baru ataupun gila, ternyata ada beberapa negara yang sudah mengaplikasikannya. Lihat deh temuan Hipwee News & Feature kali ini!
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
1. Para jomblo di Swedia dibuatkan rumah singgah bersama untuk mengubah perilaku individual mereka yang semakin parah
Sejak tahun 2014 ternyata Swedia adalah negara yang banyak dari warganya punya status jomblo. Dengan adanya fakta tersebut maka pemerintah Swedia mulai giat mencari cara untuk memcahkan masalah tersebut. Kenyataanya, banyak jomblo mapan yang punya apartemen atau rumah tinggal sendiri tapi tertutup secara sosial. Untuk itu pemerintah membuat program dengan mendirikan sebuah hunian yang dijadikan tempat berkumpulnya para jomblo. Tujuannya ya biar mereka bisa bersosialisasi satu sama lain.
ADVERTISEMENTS
2. Jomblo di Jepang bahkan sampai dibuatkan acara kencan, dibiayai serta diringankan pajaknya, bagi mereka yang sukses menikah
Sudah jadi rahasia umum, Jepang punya banyak jomblo. Masalah ini mengakibatkan tingkat pertumbuhan populasi Jepang pun kecil. Hal ini berbuah jadi suatu keresahan yang serius bagi pemerintah. Pemerintah Jepang tidak diam saja, mereka bahkan menggelontorkan subsidi membiayai berbagai progam ‘mak comblang’ para jomblo. Dari program kencan gratis sampai keringanan pajak kalau ada pasangan yang berhasil menikah. Semua ini rela dilakukan dengan harapan angka pertumbuhan di Jepang bisa meningkat.
ADVERTISEMENTS
3. Pemerintah Singapura sering bikin acara sosial sebagai tempat bertemu para jomblo. Bahkan ada program nonton film romantis
Lagi-lagi pertumbuhan populasi yang kecil menjadi satu alasan utama pemerintah di suatu negara membuat sebuah program untuk para jomblo. Seperti halnya di Jepang, pemerintah Singapura pun merasa harus mencari jalan memecahkan masalah minimnya populasi. Bahkan New York Times menyatakan bahwa kesuksesan Singapura di berbagai bidang tidak dibarengi kesuksesannya meningkatkan jumlah populasi warga negaranya.
Untuk itu, pemerintah Singapura pun mengadakan acara-acara yang sifatnya lebih menghibur, seperti pesta teh, kelas memasak sampai acara nonton film romantis untuk memicu buih-buih asmara para jomblo. Nggak cukup itu, pemerintah Singapura konon mengajarkan siswa usia sekolah materi apa itu ‘jatuh cinta’. Biar tambah terinspirasi membangun hubungan romantis.
ADVERTISEMENTS
4. Beda dengan 3 negara di atas yang berupaya keras mengakhiri status jomblo para warganya, di India justru ada program subsidi khusus buat cewek jomblo
Kalau negara-negara lain yang dibahas sebelumnya justru desperate mengadakan program dating dan sosialisasi para jomblo biar cepat menikah, India justru membuat para cewek betah menjomblo dengan subsidi khusus. Buat cewek jomblo yang tengah berkarier, ada serangkaian program subsidi dan pensiun yang menggiurkan. Tujuannya sih supaya hidup perempuan yang masih single lebih terjamin. Maklum lah di India, diskriminasi dan kekerasan terhadap kaum perempuan masih sangat tinggi. Maka dari itu program ini merupakan bentuk perlindungan pemerintah pada kelompok warga yang kondisinya rentan.
Swedia, Jepang, dan Singapura berinisiasi membuat program kreatif yang ditujukan khusus untuk kaum jomblo karena rendahnya angka pertumbuhan. Meski angka kelompok muda yang masih sendiri memang meningkat di kota besar seperti Jakarta, tapi sepertinya masalahnya tidak sepelik tiga negara itu deh. Justru masih lebih parah masalah ledakan dan kepadatan penduduk di Jakarta. Lagipula jika KJJ ini rencananya hanya akan berlaku selama 6 bulan, alias harus melepas status jomblo dalam periode tersebut. Apa malah nggak tambah stres tuh warganya?
Kaum jomblo itu kayaknya sudah cukup stres deh tiap hari ditanya kapan punya pacar atau kapan nikah sama orangtua dan teman sejawat, masa pemerintah daerah sampai ikutan nimbrung nanya?!