Seni Journaling untuk kesehatan mental | Credit by Hipwee via www.hipwee.com
SoHip, apa yang biasanya kamu lakukan ketika memiliki unek-unek atau perasaan sedih, kecewa, kesal, dan bentuk emosi lain yang sulit diungkapkan?
Di suatu kondisi mungkin kamu bisa menceritakannya kepada orang terdekat. Namun, ada kondisi tertentu yang kadang membuatmu kesulitan sekadar untuk memahami pikiran, perasaan, dan emosimu sendiri. Hal inilah yang membuat kita sulit mengeluarkan unek-unek dengan bercerita pada orang lain. Pada akhirnya, kita hanya bisa memendam emosi hingga menyesakkan dada.
Jika ini terjadi terus-menerus dan dalam waktu yang lama, tentu tidak baik untuk kesehatan mental kita. Apalagi, jika kamu memilih untuk mengeluarkan segala perasaan dan emosi yang dirasakan lewat media sosial. Alih-alih bisa merasa lega dan nyaman, kadang justru menimbulkan pandangan negatif dan memicu masalah lain.
Nah, untuk mencegah hal tersebut, salah satu cara mengeluarkan segala perasaan dan emosi paling aman yang bisa kamu coba adalah melakukan journaling.
Journaling | Credit by Prophsee Journal on Unsplash
Secara bahasa, journaling artinya membuat jurnal. Sementara, dalam Bahasa Indonesia, jurnal sendiri diartikan sebagai catatan harian. Istilah journaling biasanya merujuk pada kegiatan menulis pada buku harian. Journaling juga dimaknai sebagai seni menulis untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan emosi tentang peristiwa yang kita alami dalam kehidupan. Seni menulis ini punya manfaat yang luar biasa, lo.
Melansir dari Psychology Today, kegiatan journaling yang dilakukan secara rutin bisa menjadi sarana self-healing atau metode penyembuhan diri sendiri dari segala macam perasaan dan emosi yang kita rasakan. Bahkan, journaling juga bisa membantu meminimalkan gejala stres dan kelelahan mental. Sehingga, kegiatan ini sangat baik untuk mejaga kesehatan psikologis kita. Nah, seperti apa sebenarnya journaling itu? Apakah beda dengan menulis biasa? Bagaimana cara memulainya? Temukan jawabannya yuk!
ADVERTISEMENTS
Journaling tidak selalu berupa tulisan estetik karena yang terpenting dalam sebuah jurnal adalah tulisan yang mampu mengungkap isi pikiran, perasaan, dan emosi yang kita rasakan
Aesthetic journal book | Credit by Binti Malu on Pexels
Journaling sering digambarkan sebagai tulisan tangan tentang segala macam pikiran, perasaan, dan emosi pada sebuah buku, kemudian dihias dengan berbagai gambar. Ada yang dihias dengan stiker, ada pula yang dihias gambar dengan spidol warna-warni sehingga terlihat aesthetic. Namun, menurut penuturan Raisa Angelin, seorang yang sudah rutin melakukan journaling, ternyata seni menulis ini tidak harus ditulis dengan tulisan yang cantik dan diberi hiasan estetis, lo.
“Kadang kalau mikir journaling itu tulisannya harus bagus dan harus dihias ini itu, yang ada jadi malas nulis karena merasa terbebani. Apalagi, kalau nggak bisa bikinnya dan nggak punya alat-alatnya. Jadi, dalam journaling yang penting tulisan dulu karena itu yang bantu mengeluarkan emosi kita,” ujar Raisa.
Pada intinya, journaling bertujuan untuk mengungkap apa pun yang kita rasakan, baik itu hal-hal bahagia, kesedihan, maupun segala bentuk emosi lainya dalam bentuk tulisan. Kegiatan ini dilakukan secara rutin atau setiap kali membutuhkan tempat untuk menuangkan pikiran, perasaan, dan emosi yang kita rasakan karena suatu kejadian. Hal inilah yang membedakan journaling dengan tulisan lainnya.
Daftar target yang ingin dicapai | Credit by Polina Kovaleva on Pexels
Melansir dari Very Well Mind, ada tiga jenis tulisan dalam kegiatan journaling, yakni ungkapan rasa syukur, pelepasan emosi, dan catatan perencanaan pribadi. Ketiga jenis tulisan ini bisa membantu self-healing hingga mengelola stres akibat emosi dan tekanan yang kita hadapi. Kamu bisa memilih jenis tulisan sesuai kondisi dan kebutuhan saat akan memulai menulis.
“Journaling itu nggak harus seperti ‘Dear diary, bla-bla-bla‘, kadang aku journaling buat berkeluh kesah, menulis kebahagiaan yang aku temui. Bahkan, aku juga menulis wish list misalnya bulan ini ingin beli apa dan mau ngapain aja,” tutur Raisa.
Jika dalam menulis jurnal jenis apa pun, kamu ingin menghias tulisanmu pun tidak masalah kok. Soalnya, bagi sebagian orang menghias jurnal memang bisa meningkatkan mood, asalkan hal ini tidak jadi beban yang menghalangimu untuk mencoba journaling, ya.
ADVERTISEMENTS
Bagaimana journaling bisa membantu self-healing dan meningkatkan kesehatan psikologis? Begini manfaanya bagi kesehatan fisik dan mental
Journaling untuk self-healing| Credit by Andrea Piacquadio on Pexels
Melakukan journaling berarti kita menuliskan isi pikiran, perasaan, dan semua emosi yang dirasakan. Hal tersebut membuat kita mencoba untuk memahami kondisi diri sendiri dan mengindentifikasi masalah yang terjadi. Ada pengalaman dari seseorang yang sudah rutin melakukan journaling, Arintya namanya. Ia menuturkan pada Hipwee Premium bahwa ia melakukan journaling untuk membantunya keluar dari masalah psikologis karena banyaknya pikiran yang membuatnya sering overthinking.
“Aku orangnya sering banyak pikiran jadi overthinking, terus sempat cari bantuan profesional dan disarankan untuk menuangkan isi pikiran jadi tulisan, maka mulailah journaling ini. Ternyata, dengan kita menuliskan perasaan dan emosi bisa jadi self-healing buat meredakan stres dan kecemasan juga,” tutur Arintya.
Misalnya, saat mengalami kekecewaan atau kondisi di mana sedang banyak pikiran seperti Arintya, sering kali kita menghindari emosi yang terjadi, padahal ini akan membuat kita kesulitan menyelesaikan masalah dan menghadapi kenyataan. Nah, ketika menuangkan perasaan dan pikiran tersebut dalam sebuah jurnal, kita seperti sedang menguraikan isi pikiran dan perasaan yang mengganggu supaya lebih mudah diselesaikan.
Biasanya jika sudah rutin melakukan journaling, kamu akan merasa ‘plong’ alias lega. Inilah mengapa journaling bisa membantu self healing dan meningkatkan kesehatan mental. Melansir dari Psychology Today, berdasarkan sebuah analisis terhadap 13 penelitian tentang journaling, ditemukan hasil bahwa ketika melakukan journaling berarti seseorang sedang menghadapi emosi kemudian memprosesnya secara kognitif untuk dipahami diri sendiri. Inilah mengapa ketika berhasil menuliskan unek-unek rasanya begitu melegakan.
Masih dalam penelitian yang sama juga diungkap bahwa journaling terbukti membawa manfaat kesehatan mental serupa dengan intervensi psikologis yang dijadikan sebagai terapi untuk masalah stres dan kecemasan. Secara keseluruhan, journaling juga menyebabkan penurunan tekanan darah, peningkatan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan suasana hati, mengurangi gejala depresi, meningkatkan memori, dan membantu penerimaan diri melalui self-healing.
“Sejak rutin journaling tiap pagi dan malam hari, rasanya pikiran nggak sepenuh dulu, jadi nggak gampang overthinking. Selain itu, jadi lebih mudah meredakan emosi, sehingga lebih stabil. Apalagi, hal-hal yang kita tulis kemarin-kemarin bisa jadi bahan evaluasi saat menyelesaikan masalah, itu bisa jadi healing juga sih,” tutur Arintya saat ditanyai soal manfaat journaling yang ia dapatkan.
ADVERTISEMENTS
Langkah-langkah memulai journaling bagi pemula supaya manfaatnya bisa kita dapat secara maksimal, pahami yuk!
Memulai journaling | Credit by Ketut Subiyanto on Pexels
Bagi kamu yang belum pernah melakukan journaling, mungkin rasanya berat untuk memulai karena alasan malas atau pernah memulai, tapi tidak bisa konsisten. Hal tersebut wajar kok, apalagi jika kamu belum terbiasa mengungkap isi pikiran dan perasaanmu lewat tulisan tangan. Berikut beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk memulai journaling supaya manfaatnya bisa maksimal!
Siapkan buku khusus untuk journaling, nggak harus bagus yang penting bisa untuk menulis. Bahkan, kamu bisa memulainya dengan menulis di mana pun sesukamu.
Mulailah menulis dari hal-hal sederhana, misalnya apa yang membuatmu senang, sedih, marah, kecewa, dan sebagainya.
Luangkan waktu setidaknya 10 menit untuk menulis. Nggak perlu banyak, asal bisa mengungkap isi pikiran dan perasaan.
Jadikan journaling sebagai rutinitas. Jika belum bisa rutin setiap hari, kamu bisa memulainya dengan 3 hari dalam seminggu misalnya Senin, Kamis, dan akhir pekan.
Jangan berekspektasi terlalu tinggi terhadap jurnal yang kamu buat, cukup bisa menulis dan bisa melegakan.
Jangan jadikan journaling sebagai beban. Jika bosan, ubah mindset kegiatan ini sebagai hal yang seru tanpa harus menuntut.
Konsisten dengan tujuan yang ingin kamu dapat, supaya manfaatnya bisa maksimal.
ADVERTISEMENTS
Jika kamu berpikir journaling adalah kegiatan yang membosankan, maka kamu harus coba trik-trik berikut supaya journaling bisa jadi seru!
Cara biar journali jadi seru | Credit by Hipwee
Saat bingung mau nulis apa, mulailah dari hal yang simpel
Jangan berpikir bahwa kamu harus menulis perasaan yang unik, kejadian langka, dan kondisi yang dramatis. Mulailah menulis tentang hal simpel, misalnya ucapan rasa syukur, rasa terima kasih pada diri sendiri, dan perasaan apa pun yang kamu rasakan di hari itu.
Nggak perlu mikir estetika, nanti jadi beban~
Hal yang terpenting adalah bisa menulis hal yang kamu rasakan dulu, soal estetis atau hiasan adalah bonus kalau kamu punya waktu senggang dan butuh hiburan. Bagaimana pun menghias jurnal kadang memang seru, menghibur, dan bisa meningkatkan mood.
Buat wish list yang ingin diwujudkan
Journaling nggak melulu tentang perasaan dan emosi, lo. Sesekali cobalah menulis wish list atau daftar keinginan. Misalnya, tiap awal bulan bikin daftar barang keinginan yang ingin dibeli atau hal kesukaan yang akan dilakukan. Dijamin journaling bakal seru!
Buat ide random untuk tulisan
Supaya lebih seru, coba buat daftar ide random yang akan kamu tulis, misalnya apa yang akan kamu lakukan jika dapat uang kaget Rp10 juta, ingin liburan ke mana jika ada yang kasih tiket pesawat gratis, apa yang akan dilakukan jika bertemu artis idola. Ide-ide random dan konyol ini bisa membantu kegiatan journaling kamu lebih ekspresif dan seru.
Jadikan journaling sebagai rutinitas self-care
Self-care nggak selalu perawatan kecantikan dan tubuh saja, lo. Kamu bisa menjadikan journaling sebagai rutinitas, seperti menggunakan skincare atau mandi sehari-hari. Sehingga, kegiatan ini bisa rutin, seru dan lebih terasa manfaatnya.
Daripada mengungkapkan unek-unek dan segala macam pikiran, perasaan, serta emosi di media sosial, journaling bisa jadi pilihan paling aman dan tepat. Apalagi, jika sudah bisa rutin setiap hari, maka nggak hanya kesehatan mental saja yang bisa didapat, kita juga bisa lebih sehat secara fisik karena emosi negatif bisa terurai dengan baik. Mengutip kalimat Raisa dan Arintya, yang sudah lebih dulu menjalani journaling secara rutin,
“Mulai aja dulu, jangan banyak pikiran, lama-lama jadi kebiasaan!”