“Sikap kekeluargaan dan toleransi yang tinggi membuat semua orang akan betah berada di sini,” tutur Pandan Arum, Selasa (11/1).
Pandan Arum, perempuan ini tidak sedang membicarakan Bali, Jakarta, atau Bandung yang konon jadi daerah idaman untuk ditinggali. Sebaliknya, ia tengah antusias menceritakan pengalamannya tinggal di Maluku Utara yang dinobatkan sebagai provinsi paling bahagia di Indonesia.
Padahal, seperti yang kita tahu, tiap tahun para pendatang menyerbu Jakarta yang dianggap mampu menawarkan kehidupan lebih baik. Apalagi, mengingat pusat pemerintahan dan pembangunan ada di sana. Ibaratnya, dalam sekedipan mata, kita udah bisa mendapatkan apa yang kita mau karena semua serba ada di ibu kota.
Selain itu, membayangkan tinggal di Bali dengan panorama alam serta suasana adat yang masih kental juga impian sebagian besar orang. Setuju? Apalagi, ya, beberapa pesohor tanah air mulai meninggalkan Ibukota Jakarta lalu menetap di Pulau Dewata. Ya, demi kenyamanan dan ketenangan hidup, pindah tempat tinggal pun nggak jadi masalah. Bahkan, gencarnya Work From Bali seakan makin meneguhkan daerah ini sebagai tempat yang damai dan tenang.
Sayangnya, berdasarkan data rilis Indeks Kebahagiaan 2021 Badan Pusat Statistik (BPS), DKI Jakarta cuma berada di peringkat 27. Sementara itu, Bali hanya berhasil menempati peringkat 24. Jawa Barat yang punya kota andalan seperti Bandung pun harus puas di peringkat 30 aja.
Nah, setelah melihat hasil itu, Hipwee Premium menghubungi beberapa orang yang tinggal di Maluku Utara nih, SoHip. Hipwee Premium pengin mendengar langsung pengalaman mereka. Benarkah tinggal di Maluku Utara memang membahagiakan? Apa sih yang bikin bahagia? Ini dia jawabannya!
ADVERTISEMENTS
Sebagai pendatang, Pandan Arum merasa diterima di Maluku Utara. Langsung betah nih ceritanya~
Ketika dihubungi Hipwee Premium, Pandan Arum menyambut dengan senang hati. Sebagai pendatang sejak tahun 2001 yang tinggal di Ternate, Maluku Utara, ia merasakan betul rasanya tinggal di provinsi ini. Saat pindah dari Boyolali ke Maluku Utara, ia seperti orang lain pada umumnya, memiliki kekhawatiran nggak betah maupun nggak diterima di lingkungan baru.
Namun, ketakutan itu nyatanya nggak terjadi. Pandan yang notabene bukan asli orang Maluku Utara disambut ramah. Nggak heran kalau Pandan (28 tahun) sering menyebutkan kata “nyaman” setiap kali diminta menjelaskan tentang pengalamannya, SoHip. Rasanya nyaman, damai, bersih, dan aman, begitu kata Pandan. Kenyamanan ini membantu Pandan menjalani rutinitas sehari-hari dengan baik.
“Hal tidak menyenangkan adalah saat usaha orang tua saya bangkrut. Hanya itu,” ungkap Pandan. Itulah satu-satunya hal nggak menyenangkan selama tinggal di Maluku Utara sejauh ini.
ADVERTISEMENTS
Senada dengan Pandan, Isra Iksan mendefinisikan suasana di Maluku Utara dalam tiga kata ini
Lahir di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Muhammad Isra Iksan (20 tahun) tentu paham bagaimana rasanya tinggal di tanah kelahirannya ini. Nggak jauh berbeda dengan Pandan, Isra menilai tempat tinggalnya nyaman, bersih, dan aman.
“Suasana di Maluku Utara itu masih dikatakan suasananya nyaman dan bersih. Nyaman dalam konteks warga di sini semuanya murah senyum dan baik,” lanjutnya saat dihubungi via telepon oleh tim Hipwee Premium, Senin (10/1).
Meski beberapa wilayah di Maluku Utara sudah tercemar udaranya akibat banyak aktivitas tambang, tempat tinggalnya masih tergolong bersih sehingga ia merasa nyaman tinggal di Maluku Utara bersama orang tuanya. Bahkan, suasana ini mendukungnya untuk menjalani keseharian sebagai mahasiswa.
Meskipun begitu, ia nggak bisa menutupi keresahan soal pertambangan yang merusak lingkungan. Penurunan kualitas udara, pembuangan limbah, dan pembukaan lahan hutan untuk tambang di beberapa tempat di Maluku Utara membuatnya nggak senang sekaligus khawatir.
ADVERTISEMENTS
Meski jauh dari kata kesan metropolitan, Maluku Utara memiliki satu hal ini yang bikin siapa pun nggak bingung cari tempat menepi
Sadar nggak sih kalau 10 besar provinsi paling bahagia di Indonesia adalah wilayah yang ada di luar Pulau Jawa? Selama ini muncul anggapan kalau pembangunan di provinsi-provinsi ini masih tertinggal. Stereotip ini juga dilekatkan pada Maluku Utara. Walaupun tidak segemerlap pembangunan di Pulau Jawa nih, Maluku Utara nyatanya punya daya tarik yang belum tentu dimiliki oleh provinsi metropolis seperti DKI Jakarta.
ADVERTISEMENTS
Kamu sedang membaca konten eksklusif
Dapatkan free access untuk pengguna baru!