Kalau mengamati berita di media belakangan ini, kok kayaknya sering banget Indonesia dilanda bencana. Mulai dari banjir, longsor, sampai angin kencang.
Perubahan iklim yang terjadi sekarang sebenarnya udah dirasakan sejak lama. Kamu mungkin pernah berpikir kenapa rasanya musim hujan dan kemarau tak lagi bisa dibedakan dan diprediksi dengan pasti kapan datangnya. Di sekolah dulu sih katanya musim hujan berlangsung dari Oktober-Maret sedangkan kemarau dari Maret-Oktober. Tapi kenyataannya sekarang nggak pasti juga. Kalau sekarang aja udah nggak menentu gini, apa kabar suhu dan cuaca di Indonesia 30 tahun mendatang ya?
ADVERTISEMENTS
Perubahan iklim secara global juga ikut berpengaruh pada iklim di Indonesia sendiri. Jangan kaget kalau cuaca jadi seringkali tak menentu
Hampir mayoritas penduduk dunia udah tahu kalau bumi kita ini lagi dilanda pemanasan global yang berdampak pada ke beberapa hal. Yang paling kerasa sih iklim atau cuaca yang seringkali nggak menentu. Meski kata buku sedang musim kemarau, kadang hujan tetap turun dengan lebatnya. Atau sebaliknya, sedang musim penghujan tapi cuaca di beberapa wilayah malah panas dan terik. Belum lagi peningkatan intensitas gelombang air laut yang berpengaruh pada mata pencaharian nelayan.
ADVERTISEMENTS
Pada 2014 lalu, BMKG memprediksi kalau 30 tahun mendatang Indonesia bakal mengalami kenaikan suhu. Imbasnya waktu musim hujan makin pendek, tapi dengan intensitas yang makin tinggi
Dilansir Detik, BMKG melalui Kepala Pusat Iklim Agro Klimat II Iklim Maritim-nya, Nurhayati, pernah melansir pernyataan 2014 lalu kalau 30 tahun mendatang rata-rata temperatur di Indonesia akan meningkat 0,5-1,4 derajat celcius karena pengaruh perubahan iklim. Ini berdampak pada respon tiap wilayah di Indonesia terhadap peningkatan atau penurunan curah hujan. Karena sebenarnya setiap daerah itu curah hujannya juga berbeda-beda.
ADVERTISEMENTS
Peningkatan temperatur bisa membuat cuaca ekstrem lebih rentan terjadi. Pulau Jawa diklaim jadi yang paling rawan terkena
Nurhayati menambahkan kalau 30 tahun ke depan, Pulau Jawa jadi daerah yang rawan terjadi cuaca ekstrem. Sedangkan Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua diprediksi akan mengalami kenaikan curah hujan sebesar 10-15 persen. Akibatnya bencana banjir akan makin sering terjadi.
ADVERTISEMENTS
Ke depannya orang bakal lebih susah memprediksi kapan terjadi hujan, kapan terjadi kemarau. Soalnya bisa tiba-tiba datang dan pergi
Menurut Ketua Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Armi Susandi, seperti dilansir Kompas menyatakan pemanasan global juga menyebabkan nggak meratanya pola temperatur dan tekanan udara. Makin tinggi perbedaan tekanan udara ini bisa mendorong terjadinya angin kencang penyebab badai pada lintang tertentu. Perhitungan musim tanam dan melaut jadi nggak presisi lagi. Soalnya jadi nggak jelas juga kapan musim hujan kapan musim kemarau.
ADVERTISEMENTS
Ini juga akan berdampak pada kenaikan permukaan air laut. Bukan nggak mungkin akan banyak pulau-pulau di pesisir tenggelam
Kenaikan suhu temperatur ini juga menyebabkan es di kutub makin lama makin berkurang. Hal ini bisa menyebabkan naiknya permukaan laut sehingga berisiko tinggi menurunkan kualitas kehidupan di pesisir pantai. Nggak menutup kemungkinan pulau-pulau di pesisir lama-kelamaan bakal tenggelam. Tapi kenaikan itu nggak terjadi secara beragam. Contohnya di Indonesia. Ini karena negara kita diapit Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Biar gimanapun kita nggak bisa terhindar dari segala kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan. Tugas kita sebagai manusia yang bertanggung jawab terhadap kondisi bumi ini adalah dengan mencegah berbagai aktivitas yang malah bisa memperburuk. Selain itu alangkah lebih baik kalau kita membekali diri dengan berbagai upaya menghadapi perubahan cuaca dan iklim di masa mendatang…