Sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu di universitas, sudah jadi kewajibannya untuk memenuhi setiap tugas yang diberikan pihak kampus, salah satunya mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN). Di UGM, KKN jadi salah satu mata kuliah wajib sebagai bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat pedalaman.
Tapi perjalanan KKN tidak selalu berjalan mulus. Kalian pasti masih ingat dengan kasus mahasiswi Agni yang dilecehkan teman KKN-nya sendiri saat sama-sama mengabdi di Pulau Seram, Maluku. Ada juga cerita dimana sekelompok mahasiswa mengalami kecelakaan di lokasi KKN. Yang terbaru kali ini ada kabar mengejutkan dari seorang mahasiswa Fakultas Kehutanan. Katanya, ia tenggelam di Teluk Pulau Kaja, Palangka Raya saat menjalankan program KKN. Sampai berita ini ditulis, ia belum juga ditemukan.
ADVERTISEMENTS
Nasib malang sedang menimpa mahasiswa UGM yang lagi menjalankan program KKN di Sei Gohong, Bukit Batu, Palangka Raya. Ia tenggelam saat sedang mandi di sungai
Mahasiswa Fakultas Kehutanan, Ananda Ricky Dwi Hari Yulianto dilaporkan tenggelam di Teluk Pulau Kaja, Pelabuhan Sei Gohong, Palangka Raya pada Minggu sore, 11 Agustus 2019, seperti diwartakan Kompas. Ananda diketahui merupakan mahasiswa KKN UGM asal Banyuwangi.
Kapolsek Bukit Batu, Ipda Ahmad Wira Wisudawan, menyatakan kalau saat itu Ananda sedang mandi di sungai bersama kedua temannya. Tapi sekitar 10 menit kemudian, ia hanyut kena arus gelombang kapal kelotok yang lewat. Sebelum tenggelam, korban sempat melambaikan tangan tanda meminta bantuan. Namun sayang, tubuhnya dengan cepat terbawa arus.
ADVERTISEMENTS
Sampai saat ini, Ananda Ricky kabarnya belum ditemukan. Seluruh pihak masih terus bekerjasama untuk menemukan bisa menemukan korban
Hingga artikel ini ditulis, Ananda belum juga ditemukan. Saat ini segenap tim UGM dibantu para alumni di Palangka Raya, serta camat, lurah, relawan, dan aparat kepolisian, masih terus melakukan pencarian. Upaya tersebut dilakukan menggunakan peralatan seadanya. Tampak di foto yang beredar, lokasi tenggelamnya korban dikerumuni warga yang ingin melihat langsung proses pencarian.
ADVERTISEMENTS
Kejadian seperti ini bukan baru sekali-dua kali dialami mahasiswa KKN, terutama yang sedang bertugas di daerah pedalaman
Tinggal selama kurang lebih 2 bulan di daerah pedalaman memang cukup menantang dan berisiko. Apalagi kalau nggak ada keluarga atau sulit sinyal. Karena kalau ada apa-apa akan sulit meminta bantuan. Memang sih, setiap kelompok KKN pasti punya dosen pembimbing. Tapi dosen juga nggak tinggal di sana bersama para mahasiswa KKN. Malah ada yang nggak berkunjung ke lokasi KKN sama sekali. Padahal di beberapa universitas, KKN termasuk kegiatan wajib yang jadi syarat kelulusan.
Meski mungkin dalam surat pernyataan yang harus ditanda tangan mahasiswa dan orangtua sebelum KKN, tertulis kalau pihak kampus akan tanggung jawab, pada kenyataannya nggak semua kampus bersedia memberikan kompensasi atau apapun yang jadi hak keluarga jika ada sesuatu terjadi pada mahasiswa KKN.
Hmm.. rumit juga sih ya.. Menurut kamu gimana nih?