Saat belanja produk pangan olahan, seberapa sering sih kamu memerhatikan informasi gizi yang tercantum pada kemasan? Daftar kecil yang seringkali luput tersebut nyatanya penting lo buat diteliti. Karena dengan itu, kamu bisa menyesuaikan kebutuhan akan gula, garam, dan lemak harian yang biasa terkandung dalam produk pangan olahan. Tiga bahan ini penting diperhatikan, karena konsumsi yang berlebih dapat jadi faktor risiko berbagai penyakit.
Tapi persoalannya, label yang biasa tertera di belakang kemasan tersebut seringkali menggunakan bahasa yang sulit dipahami awam. Alhasil, sekalipun sudah diperhatikan kita tetap nggak ngerti maksudnya apa. Untuk itu, Badan POM mengeluarkan peraturan Nomor 22 Tahun 2019 tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan, yang salah satunya mengatur mencantuman logo “Pilihan Lebih Sehat”. Lewat terobosan ini, kamu bisa dengan gampang menemukan produk pangan olahan yang lebih sehat di antara produk sejenis jika dikonsumsi dalam jumlah wajar.
ADVERTISEMENTS
Penerapan logo Pilihan Lebih Sehat tahap pertama dari Badan POM berfokus pada minuman siap konsumsi dan mi instan
Terobosan yang dihadirkan Badan POM ini dilatarbelakangi oleh data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, 2013, dan 2018 yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prevelansi penyakit tidak menular di Indonesia. Tren ini diprediksi akan terus berlanjut dan dikhawatirkan memengaruhi bonus demografis di tahun 2030 nanti, karena menurut data WHO penyakit tidak menular merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia.
Oleh karena itu, Direktur Standardisasi Pangan Olahan Badan POM, Dra. Sutanti Siti Namtini, Apt, Ph.D mengatakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan prevelansi penyakit tidak menular adalah mengembangkan pedoman yang mendorong masyarakat untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL).
“Badan POM membuat terobosan logo Pilihan Lebih Sehat agar mudah dipahami masyarakat. Dalam tahap pertama ini, kita memfokuskan logo untuk minuman siap konsumsi, mi dan pasta instan. Ketiga kelompok tersebut merupakan produk yang paling sering dikonsumsi masyarakat,” jelas Sutanti dalam webinar Cara Cerdas Memilih Produk Pangan dengan Logo #PilihanLebihSehat bersama Nestle Indonesia, Rabu (30/9/2020).
ADVERTISEMENTS
Minuman siap konsumsi dan mi instan merupakan produk yang digemari masyarakat sehingga tepat digunakan sebagai sarana edukasi
Senada dengan pernyataan Sutanti, Perwakilan Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor, Dr. Rimbawan mengatakan penerapan Logo Pilihan Sehat pada tiga kelompok produk pangan olahan tersebut sangat tepat. Selain karena produk tersebut digemari, kontribusi tertinggi gula produk pangan olahan terdapat pada minuman kemasan, sementara garam pada mi instan. Di samping itu, ia melihat terdapat peningkatan konsumsi produk olahan di masyarakat sehingga terobosan ini bisa jadi medium edukasi yang baik.
“Makin ke sini, pengeluaran pangan dan dana kita untuk pangan olahan itu makin meningkat. Semakin tinggi status ekonomi seseorang, pengeluaran untuk pangan olahan juga tinggi. Makanya edukasi label ini tepat dimulai dengan bahan makanan olahan,” ucap Rimbawan.
Rimbawan juga memberikan tips dalam memilih produk pangan olahan sesuai kebutuhan dalam enam langkah. Yang pertama, lihat daftar teratas bahan karena itu merupakan bahan yang dominan dalam produk. Lalu waspadai kandungan yang punya resiko terhadap kesehatan seperti GGL dengan prinsip lebih sedikit lebih baik. Kemudian perhatikan kandungan gizi dan bandingkan harga, perhatikan densitas energi, dan yang terakhir pahami klaim pangan. Ia mengatakan produk nol kalori sebenarnya bisa mengandung hingga 4 kalori per porsi, dan ini legal untuk diterapkan produsen.
ADVERTISEMENTS
Semua produk minuman siap konsumsi dan mi instan bisa mencantumkan logo Pilihan Lebih Sehat asal memenuhi syarat
Sementara untuk syarat sebuah produk pangan olahan bisa mendapat logo Pilihan Lebih Sehat, Kepala Subdit Standardisasi Pangan Olahan Tertentu Badan POM, Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP mengatakan untuk tahap pertama ini semua produk minuman siap konsumsi, mi instan dan pasta bisa mendapatkan logo tersebut. Syarat yang dibutuhkan adalah kadar gula minuman siap konsumsi nggak melebihi 6 gram per 100 ml serta nggak menggunakan pemanis, sementara untuk mi instan dan pasta, lemak total harus 10g per 100 g, garam 900 mg per 100 g.
“Produk minuman siap konsumsi bisa mencantumkan logo asal kadar gulanya nggak melebihi 6 gram per 100 ml, dan nggak menggunakan pemanis. Untuk mi dan pasta, lemak total harus 10g per 100 g, garam 900 mg per 100 g. Produk yang memiliki logo Pilihan Lebih Sehat ini dianggap lebih sehat dengan perbandingan produk sejenis dan jika dikonsumsi secara wajar,” jelas Ega.
ADVERTISEMENTS
Nestle Indonesia merupakan salah satu produsen yang sudah siap mengedarkan produk dengan logo Pilihan Lebih Sehat
Nestle Indonesia merupakan salah satu produsen pangan olahan yang sudah mendaftarkan beberapa produknya untuk mendapatkan logo Pilihan Lebih Sehat. Direktur Corporate Affairs Nestlé Indonesia, Debora Tjandrakusuma menjelaskan saat ini produk minuman siap konsumsi seperti MILO, Dancow, dan Bear Brand sudah mendapatkan logo Pilihan Lebih Sehat, dan akan mulai beredar di pasaran pada kuartal 4 tahun 2020. Sebelumnya untuk produk Milo Active dan Dancow, Debora mengatakan Nestle sudah mengurangi kandungan gula dan mengganti dengan bahan yang lebih sehat.
“Sebagai produsen yang menyadari konsumsi gula, garam, dan lemak masyarakat Indonesia cukup tinggi, kami berkomitmen untuk mengurangi kandungan gula di produk kami. Seperti pada Milo Active dan Dancow. Meski harus mengurangi kandungan gula untuk mendapat logo Pilihan Lebih Sehat dari Badan POM, kami menjamin cita rasa produk kami tetap akan disukai karena telah melalui tes konsumen,” kata Debora.
Nah, buat kamu yang selama ini masih abai sama kandungan gizi produk pangan olahan, sekarang jadi dimudahkan dengan kehadiran logo Pilihan Lebih Sehat. Tapi yang harus diingat, produk dengan logo tersebut dikatakan lebih sehat jika dibandingkan dengan produk sejenis dan jika dikonsumsi dalam jumlah wajar, ya.