Media sosial dibuat heboh sama kabar soal Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menganggarkan lem Aibon senilai Rp82 miliar untuk siswa-siswi di sana. Publik pun dibuat keheranan. Ya jelas aja, uang segitu banyak masa cuma dipakai buat beli lem? Padahal belum tentu juga semua pelajar di Jakarta membutuhkannya. Daripada dipakai beli lem, ‘kan mending buat membangun infrastruktur sekolah, toh masih banyak yang bangunannya miris.
Publik juga makin bingung karena saat dikonfirmasi, penjelasan orang-orang Pemprov tuh bisa beda-beda. Ada yang bilang salah ketik, ada juga yang bilang itu ditulis dengan sadar. Terus yang benar yang mana dong? Simak aja deh ulasan Hipwee kali ini.
ADVERTISEMENTS
Temuan “wow” ini awalnya diunggah sama anggota DPRD DKI dari PSI, William Aditya Sarana, di media sosial. Katanya ia berhasil mengakses RAPBD buat 2020 besok
William mengunggah foto yang memperlihatkan keganjilan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) DKI Jakarta tahun 2020. Di situ terlihat Dinas Pendidikan menganggarkan lem Aibon senilai Rp82 miliar untuk 37.500 murid. Kalau dibagi rata, artinya setiap murid diberi 2 kaleng lem Aibon setiap bulannya!
Unggahan itu langsung viral karena bikin publik sukses bertanya-tanya keheranan, memangnya buat apa pelajar disuplai 2 kaleng lem Aibon setiap bulan?
ADVERTISEMENTS
Menanggapi kabar heboh ini, sayangnya Pemprov DKI nggak punya jawaban seragam, soalnya jawabannya pada beda-beda semua. Awalnya dibilang salah ketik, tapi yang terbaru dibilang itu cuma anggaran sementara
Orang yang bilang kalau anggaran itu (mungkin) salah ketik adalah Sekretaris Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Susi Nurhati. Katanya pihaknya masih akan mengecek seluruh komponen. Beda lagi sama yang dibilang Pelaksana Tugas di Disdik, Syaefuloh Hidayat. Menurutnya anggaran lem Aibon puluhan miliar itu nggak ada, yang ada itu anggaran buat Alat Tulis Kantor (ATK) seluruh sekolah yang ‘cuma’ Rp22 miliar.
Lain dengan versi Kasubag Tata Usaha Sudin Pendidikan Jakarta Barat Wilayah I Sudarman, yang notabene si penyusun anggaran itu. Katanya anggaran tersebut ia tulis secara sadar. Walau katanya ada kesalahan sedikit saat meng-input anggaran lem Aibon. Ada juga yang bilang kalau itu cuma data sementara yang telah disesuaikan sama komponen masing-masing sekolah.
ADVERTISEMENTS
Nggak cuma jawaban yang beda-beda itu aja yang bikin masyarakat puyeng, tapi ditambah juga sama fakta kalau nggak ada satu pun sekolah yang mengajukan dana buat beli lem Aibon. Jadi itu ide siapa ya?
Syaefuloh Hidayat juga bilang kalau di Jakarta Barat nggak ada satu pun sekolah yang mengajukan dana buat beli lem Aibon. Lagian memang kalau dipikir-pikir sekolah juga nggak butuh lem sebanyak itu, apalagi kalau dianggarkan per anak bakal dapat 2 kaleng lem setiap bulan. Daripada buat beli lem, mending mengajukan anggaran buat membenahi bangunan yang sudah nggak layak, atau pengadaan teknologi.
Hmm.. kalau kalian gimana Guys?