Kebayang nggak sih rasanya bagian tubuh kita diambil secara paksa buat dijadikan bahan obat-obatan? Mungkin kita masih bisa hidup ke depannya, tapi namanya ada bagian tubuh yang hilang, pasti rasanya bakal beda, atau malah akan merasa kesakitan. Kemungkinan besar, itulah yang dirasakan badak bercula dan harimau-harimau di Cina. Mereka seringkali jadi korban keserakahan manusia yang mengincar cula dan tulangnya untuk dijadikan obat tradisional.
Jual beli cula badak dan tulang harimau ini dulunya ilegal di Cina. Karena pemerintah melarang, alhasil aktivitas tersebut cuma dilakukan di pasar gelap. Setelah 25 tahun dilarang, baru-baru ini pemerintah Cina justru memberlakukan kebijakan yang sangat bertolak belakang. Mereka melegalkan cula badak dan tulang harimau untuk digunakan sebagai bahan obat-obatan. Jelas saja kalau aktivis satwa jadi murka karena hal ini. Kerja keras mereka melindungi satwa langka tersebut jadi sia-sia. Duh, kira-kira apa ya yang membuat pemerintah Cina berubah pikiran gini? Kalau penasaran, mari simak ulasan Hipwee News & Feature kali ini, guys!
WWF urgently calls on China to maintain the ban on tiger bone and rhino horn trade, and close captive facilities where tigers are bred for commercial purposes.
Please RT and support our call for change! ??
— WWF ? (@WWF) October 29, 2018
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Pemerintah Cina baru saja melegalkan cula badak dan tulang harimau untuk dijadikan bahan obat-obatan. Aturan ini sontak bikin murka para aktivis satwa dunia
Belum lama ini tepatnya hari Senin (29/10) kemarin, pemerintah Cina baru aja menerbitkan aturan baru yang melegalkan penggunaan cula badak dan tulang harimau untuk bahan obat. Aturan ini bertolak belakang dengan kebijakan sebelumnya, yang justru melarang jual beli anggota tubuh hewan-hewan langka tersebut. Para aktivis satwa yang tergabung dalam berbagai komunitas pecinta binatang begitu mengecam keputusan ini. Tingkat perburuan satwa liar dikhawatirkan bisa semakin meningkat karena permintaan yang tinggi. Padahal badak bercula dan harimau ini masuk dalam daftar hewan terancam punah.
ADVERTISEMENTS
Meskipun yang boleh “dipakai” adalah badak dan harimau yang sudah diternakkan, tapi tetap saja, alasannya itu lho, masa cuma biar obat-obat tradisional Cina makin mendunia?!
Dalam pernyataannya sih, katanya badak dan harimau yang boleh digunakan harus yang berasal dari peternakan. Artinya memang sudah diternak dari lama, bukan yang ada di alam liar atau di kebun binatang. Dan kabarnya aktivitas ini cuma boleh dilakukan atas izin rumah sakit atau dokter yang berwenang, seperti dilansir di The New York Times. Tapi meski begitu kebijakan baru ini tetap nggak bisa dibenarkan. Soalnya alasannya itu untuk mendorong pertumbuhan obat-obatan Cina agar makin mendunia. Cina memang terkenal dengan obat tradisionalnya sih, tapi kalau sampai mengeksploitasi satwa langka, duh, mendingan nggak usah lah!
ADVERTISEMENTS
Padahal World Federation of Chinese Medicine Societies pernah menyatakan: nggak ada bukti spesifik kalau obat dari cula badak dan tulang harimau memang bermanfaat buat keperluan medis
World Federation of Chinese Medicine Societies pernah melakukan riset untuk membuktikan manfaat cula badak dan tulang harimau bagi kesehatan. Hasilnya, nggak ada bukti spesifik kalau bagian tubuh hewan itu bermanfaat bagi keperluan medis. Cula badak mengandung keratin –protein yang sama seperti yang ada di kuku dan rambut kita. Katanya keratin inilah yang bisa mengobati segala penyakit mulai dari kanker, hingga asam urat, ketika dikonsumsi dalam bentuk bubuk. Tapi sejauh ini belum ada bukti spesifiknya. Percobaan paling mendekati itu saat diuji ke hewan pengerat, yang memang bisa menurunkan demam. Tapi obat-obatan yang lebih murah dan lebih banyak tersedia di pasaran –seperti aspirin atau acetaminophen– malah dinilai jauh lebih efektif.
Sedangkan kalau tulang harimau yang dijadikan pasta, katanya bisa mengobati rematik dan sakit punggung, tapi Susan Lieberman, wakil presiden untuk kebijakan internasional di Wildlife Conservation Society, New York, mengaku tidak pernah tahu ada bukti kuat soal itu.
ADVERTISEMENTS
Memotong sebagian cula badak katanya sih nggak akan menyakiti badak. Tapi kalau dipotongnya sampai pangkal, jelas bisa menyakitkan
Cula badak itu sifatnya mirip kuku manusia. Jadi ketika dipotong sebagian, katanya sih nggak akan menyakitkan. Di Afrika, ada gerakan yang sengaja memotong separuh cula badak-badak untuk menghindari perburuan liar. Tapi kenyataannya, banyak pemburu yang memaksa memangkas habis cula sampai pangkal-pangkalnya karena dianggap lebih bernilai. Itulah yang bisa membuat badak kesakitan bahkan cacat.
Cula badak katanya juga bisa tumbuh kembali. Menurut penelitian terbaru, badak yang culanya pernah dipotong akan lebih cepat tumbuh lagi dibanding badak yang belum pernah dipotong culanya. Meski begitu, fakta ini sama sekali nggak bisa lantas membenarkan aktivitas jual beli cula badak. Soalnya saat proses pemotongan cula, badak biasanya akan dibius. Nah kalau keseringan dilumpuhkan, badak bisa rentan terkena komplikasi.
ADVERTISEMENTS
Lagipula cula yang tumbuh di kepala badak itu ‘kan punya banyak fungsi. Bayangkan ketika culanya dipotong, dia jadi kehilangan beragam fungsi tubuhnya. Memangnya tega??
Cula pada kepala badak diciptakan bukan tanpa fungsi. Adanya cula bisa membantu hewan ini mempertahankan wilayah, melindungi anak-anaknya, mencari makan seperti menggali sumber air atau mematahkan dahan pohon. Selama perebutan wilayah dengan badak lain, masing-masing mereka akan menggunakan culanya untuk bertarung. Bayangkan ketika culanya dipotong, mereka tentu akan kesulitan menjalani hidup. Kasihan banget ‘kan?
Pemotongan cula badak memang dari dulu sudah menimbulkan pro kontra. Pada beberapa catatan, aktivitas ini terbukti bisa mengurangi kematian badak yang disebabkan karena pertempuran antar badak hitam di Zimbabwe. Tapi di sisi lain, pemotongan cula juga bisa menurunkan nilai badak, baik untuk keperluan fotografi maupun untuk jual beli langsung. Saat ini para aktivis satwa masih terus berusaha mendesak pemerintah Cina agar mengkaji ulang kebijakan barunya itu, demi kelangsungan hidup spesies badak dan harimau di dunia.