Tidak ada habisnya kita membahas masalah sampah yang terjadi di Indonesia. Penanganan sampah yang masih minim membuat banyak daerah harus berurusan dengan tumpukan sampah di setiap sudut kotanya. Tidak jarang sampah juga berakhir di tempat-tempat yang tidak seharusnya, seperti laut atau sungai, dan mencemari lingkungan sekitarnya.
Di Bekasi, ada satu sungai yang saat ini sedang jadi sorotan, namanya Kali Pisang Batu. Sungai ini dicemari sampah yang panjangnya mencapai 1,5 kilometer. Permukaan sungai jadi tidak tampak saking banyaknya sampah yang menumpuk. Masalah ini membawa sederet keluhan warga yang tinggal di sekitarnya, mulai dari bau menyengat sampai air yang tercemar. Wah, bagaimana nasib mereka ya, padahal tumpukan sampah ini bisa menimbulkan penyakit berbahaya. Mari simak informasi selengkapnya bareng Hipwee News & Feature.
ADVERTISEMENTS
Dalam waktu sebulan saja, Kali Pisang Batu berubah jadi lautan sampah yang panjangnya mencapai 1,5 kilometer. Permukaan airnya sampai tidak terlihat!
Kali Pisang Batu di Tarumajaya, Kabupaten Bekasi menjadi sorotan karena tumpukan sampahnya yang tidak main-main. Panjangnya mencapai 1,5 kilometer dengan ketebalan sekitar 50 sentimeter. Kebanyakan tumpukan itu terdiri dari sampah rumah tangga, seperti plastik bekas sampo, detergen, air mineral, dan lain-lain. Sampah-sampah itu bercampur dengan hasil buangan dari pasar-pasar di sekitarnya. Soal bau jangan ditanya, dikutip dari Kompas, warga sekitar sampai susah tidur saking menyengatnya bau yang muncul.
ADVERTISEMENTS
Warga di sekitaran Kali Pisang Batu mengaku tidak pernah membuang sampah di sana, disinyalir sampah-sampah itu berasal dari Kota Bekasi
Kalau kata Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, Dodi Agus, dikutip Tempo, hulu Kali Pisang Batu ini ada di Kota Bekasi. Alirannya melintasi sejumlah sejumlah pemukiman warga di Kecamatan Bekasi Utara dan Medansatria. Di sana juga ada beberapa pasar tradisional. Sampah-sampah di Kali Pisang Batu disinyalir berasal dari sana. Sejumlah desa jadi kena imbasnya, seperti Desa Setia Asih, Setia Mulya, dan Pahlawan Setia.
ADVERTISEMENTS
Warga-warga yang terdampak mengeluh karena tumpukan sampah itu mencemari air sungai yang sekarang jadi menghitam. Belum lagi gangguan nyamuk, lalat, dan bau menyengat, bikin hidup tak lagi nyaman
Satu tong penuh sampah di depan rumah aja rasanya sudah sangat mengganggu akibat bau yang ditimbulkan, apalagi 1,5 kilometer sampah di sungai ya? Benar-benar tidak terbayang semenyengat apa baunya. Selain soal bau, warga sekitar juga mengeluhkan banyaknya nyamuk dan lalat terutama saat malam tiba. Belum lagi kalau hujan deras, air kali meluap sampai masuk rumah warga. Padahal air yang sudah tercemar itu bisa menimbulkan gatal-gatal kalau terkena kulit.
ADVERTISEMENTS
Air sungai yang tercemar juga turut jadi penyebab sulitnya ketersediaan air bersih di sana. Air perumahan dan sumur jadi ikutan bau!
Selama ini warga di sekitaran Kali Pisang Batu memakai air sumur untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tapi semenjak air sungai tercemar, air sumur jadi ikut-ikutan bau. Alhasil, seperti dilansir Kompas, mereka harus mengendapkannya dulu selama 12 jam biar lumpur dan pasir di dalamnya turun. Kalau sudah, baru bisa dipakai mandi. Tapi itupun kadang masih berasa baunya lo. Kalau buat masak, biasanya mereka akan membeli air PAM seharga Rp6.000/galon.
ADVERTISEMENTS
Sejak ramai jadi bahan perbincangan, tumpukan sampah itu mulai diangkut sejak Sabtu lalu. Saking banyaknya, sampai ada 150 truk yang mengangkutnya. Wow!
Setiap truk membawa sekitar 2 ton sampah. Jadi kalau ditotal ada sebanyak 300 ton sampah yang berasal dari Kali Pisang Batu. Untuk mengambil sampah dari sungai, pemerintah setempat memakai 2 alat berat. Menanggapi ini, kabarnya Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan akan bersinergi dengan Pemerintah Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan DKI Jakarta buat membahas lautan sampah Kali Pisang Batu.
Ya, semoga saja segera ada solusi baik solusi jangka pendek maupun jangka panjang untuk problematika ini. Soalnya kalau dibiarkan bakal terus berulang, dan malah bisa mencemari air laut juga. Ngeri lo kalau tidak ada solusi konkret, padahal banyak kandungan plastik yang berbahaya dalam tumpukan sampah itu, kalau termakan ikan dan ikannya kita makan, gimana coba?