Hingga saat ini, Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU-PKS) belum juga disahkan, malah nasibnya seolah makin hari makin suram. Petinggi negeri memilih untuk tidak menjadikannya prioritas. Malahan sebagian pihak menolak mentah-mentah dengan alasan RUU tersebut berpotensi melegalkan zina.
Padahal jika disahkan, aturan itu akan melindungi korban kekerasan atau pelecehan seksual yang selama ini seringkali tersudutkan, nggak hanya kaum perempuan, tapi juga laki-laki. Iya, kata siapa laki-laki nggak bisa jadi korban pelecehan seksual? Cerita warganet Twitter ini bisa jadi salah satu bukti kalau pelecehan seksual bisa mengintai siapa saja, nggak pandang umur, penampilan, atau jenis kelamin.
ADVERTISEMENTS
Sebuah cerita soal pelecehan seksual tersebar di dunia maya Twitter. Jika biasanya korbannya perempuan, kali ini yang mengalami adalah laki-laki. Pelakunya? Laki-laki juga
jadi ada temen dari grup pecinta film di surabaya mengalami pelecehan seksual di dalam studio bioskop ketika nonton #Joker jadi gak semua pelecehan dialami oleh perempuan tapi bisa kepada laki-laki juga. pic.twitter.com/bZikrIv8Oh
— Ganda (@gandalah) October 2, 2019
Akun Twitter @gandalah menceritakan pengalaman yang dialami teman laki-lakinya saat menonton film Joker di bioskop, sebut saja A. Dalam cerita tersebut, A mengaku menonton film sendirian. Di deretan kirinya berjajar sekelompok orang dua pria dan dua wanita. Tepat di sebelah kiri A adalah seorang pria. Singkat cerita di tengah-tengah film, A merasa ada yang menyentuh sisi kiri tubuhnya, mulai paha sampai menuju ke pantat.
Awalnya A hanya diam dan belum sepenuhnya sadar kalau mas-mas di kirinya menggerayanginya. Sampai akhirnya, mas itu mulai berani menaruh tangan kanannya di atas paha kiri A, sontak A langsung menarik kakinya. Tapi tak berselang lama lelaki itu kembali mengulanginya, kali ini A menepis tangannya walau sebenarnya jantungnya berdegup kencang, ketakutan.
ADVERTISEMENTS
Saat itu A mengaku bingung, takut, tapi tak kuasa membentak si pelaku karena nggak ingin mengganggu penonton lain
Setelah tangannya ditepis, tak lama pelaku sempat tertidur. Tapi begitu terbangun, kurang ajarnya, si pelaku masih keukeuh meraba-raba paha si A, sampai akhirnya A memberanikan diri membentak,
“Stop pegang-pegang saya, Mas!”
Lalu, A pun pindah tempat duduk karena kebetulan di deretan kanannya ada bangku yang masih kosong. Dalam cerita itu A juga bilang kalau apa yang biasanya dibilang korban pelecehan bahwa saat peristiwa pelecehan terjadi kebanyakan kondisi tubuh korban mendadak kaku, nggak bisa bergerak sama sekali, itu benar adanya. Ini jadi jawaban setiap pertanyaan orang yang biasanya dengan lancang protes, “Kok nggak berontak?”, “Kok diam aja, harusnya lawan dong!”. Faktanya, situasi di lapangan tidak semudah yang orang pikirkan.
ADVERTISEMENTS
Peristiwa yang menimpa A tersebut seolah makin mempertegas fakta bahwa siapapun, tak peduli jenis kelaminnya apa, usianya berapa, bahkan pakai baju apa, akan rentan jadi korban pelecehan seksual
Walau mungkin mayoritas korban pelecehan adalah wanita, tapi nggak menutup kemungkinan kalau pria juga rawan jadi korban. Di dunia yang makin gila ini, orang seolah nggak segan buat melecehkan siapapun dan dimanapun. Mau di tempat tertutup atau terbuka sekalipun. Peristiwa di atas sebaiknya jadi pelajaran bagi siapa saja yang membaca, untuk selalu waspada pada setiap orang, nggak peduli orang asing atau keluarga sendiri, karena semua bisa jadi pelaku dan semua pun juga bisa jadi korban.
Semoga saja pemerintah dan otoritas terkait bisa lebih peduli pada isu pelecehan seksual, karena dampak yang ditimbulkan pada korban bisa membekas bahkan sampai selamanya. Yuk, perangi pelecehan atau kekerasan seksual!